Nibbana
Sumber Tulisan: Artikel Buddhis
Nibbana merupakan sesuatu yang tak dipahami oleh pemikiran biasa. Usaha menjelaskan Nibbana dalam bahasa keduniawian akan mengalami kegagalan, karena Nibbana tidak bersifat duniawi, malah berlawanan. Mengatakan bahwa Nibbana sama dengan ini dan sama dengan itu ibarat menggambarkan kucing sama dengan harimau.
Nibbana bukanhlah kemusnahan. Mungkinkah Sang Buddha meninggalkan kerajaan, istri, anak, dan keluarga hanya untuk mencapai sesuatu yang musnah? Nibbana bukan suatu keberadaan. Nibbana berada di luar keberadaan dan ketidak beradaan, di mana kedua aspek itu bersyarat, mutlak, dan tidak dapat digambarkan sebagai keberadaan maupun ketidak beradaan.
Nibbana ya Nibbana. Sabda Sang Buddha dalam Udana:
"Itulah tempatnya dimana tiada tanah maupun air, tiada api maupun udara, bukan dunia ini pun bukan dunia lain, tanpa matahari maupun bulan. Aku nyatakan pada kalian, disana tidak ada yang datang maupun pergi, tak ada yang tetap maupun timbul, tanpa awal tanpa akhir,tanpa perkembangan, tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak diciptakan, dan yang mutlak.
Saat dalam kedalaman dan keheningan pikiran, Yang Suci Bijaksana mencapai kebenaran, Ia terlepas dari kegembiraan dan rasa sakit, dari yang berbentuk dan tidak berbentuk. Di mana air, tanah, dan udara tidak ditemukan. Tiada bintang maupun matahari yang bersinar, bulan tidak lagi memancarkan cahayanya. Namun, kegelapan tidak ada disana."
Setelah Parinibbana, Sang Tathaghata tidak dapat dikatakan ada, juga tidak dapat dikatakan tidak ada. Tidak dapat pula dikatakan ada baik kedua-duanya ada dan tidak ada. Tidak bisa pula dikatakan ada atau tidak ada. Di dalam Milanda Panha disebutkan, "Tidak di tempat yang terlihat di timur, selatan, barat, atau utara, di atas, di bawah, atau di luar di mana Nibbana berada, walau demikian Nibbana adalah milik orang yang mengatur hidupnya dengan benar, berbicara dengan benar, dan memiliki pengertian benar di manapun dia hidup."
Nibbana bukanlah sesuatu yang tercipta dengan sendirinya, juga bukan sesuatu yang diciptakan.
"Di mana tidak terdapat 4 unsur air, tanah, api, dan angin, di situlah Nibbana."
"Di mana ke-4 unsur yang mengikat, membentang, membakar, dan bergerak tidak lagi ditemukan, di situlah Nibbana."
"Oh, para bhikkhu, seperti sungai-sungai yang mencapai samudra dan derasnya hujan yang jatuh dari langit, tak ada kekurangan atau kelebihan yang dapat teramati pada samudra, demikian pula bahwa banyak para bhikkhu yang memasuki Nibbana tak bersisa, tak ada kekurangan atau kelebihan di dalam Nibbana," kata Sang Buddha.
Dinyatakan dalam Visudhi Maggha:
"Kesedihan memang ada, tak ada yang disedihkan, tidak ada pelaku pelaku di sana, tidak ada hasil perbuatan ditemukan, Nibbana ada, tetapi tak ada si 'pencari'. Jalannya ada, tetapi si penempuh tidak sesungguhnya ada"
Nibbana berada di luar jhana , karena di sana api keserakahan, kebencian dan kegelapan batin beserta semua gangguan yang menyertai, hambatan dan penderitaan berakhir. Demikianlah, Nibbana sendiri abadi, bahagia, dan patut didambakan Laksana seorang yang menderita penyakit kulit yang menimbulkan rasa gatal, dan Nibbana seperti kebahagiaan saat penyakitnya telah disembuhkan. Kebahagiaan sementara didapatkan ketika ia menggaruk, tetapi kuku yang segera menginfeksi menjadi sebab yang memperpanjang penyakit penyakit tersebut. Seperti itulah kerinduan akan nafsu membawa kepuasan sementara yang akan memperpanjang lingkaran kelahiran kembali.
Begitulah Nibbana di mana 108 kemelekatan, usia tua, penyakit, kematian, penyesalan, rasa sakit, keputusasaan dan kesedihan, dihentikan sepenuhnya. Demikianlah, saat kondisi tertinggi tercapai, kita akan memahami bagaimana kehidupan bahagia yang kita rindukan itu tak pernah diperoleh. Mimpi kita akan berakhir. Tidak akan ada lagi angan-angan. Prahara berakhir. Perjuangan hidup selesai. Proses alamiah akan berhenti. Maka, sang roda kereta kehidupan akan patah. Keinginan untuk hidup berakhir. Dasar sungai akan mengering. Tiada air lagi yang mengalir.
Tidak akan roda yang patah itu bergulir. Inilah akhir kesedihan. Inilah pelepasan akhir. Yang tersisa hanya NIBBANA.
Sadhu...Sadhu...Sadhu...