Minggu, 08 Mei 2016

Kebijaksanaan Seorang Guru

Kebijaksanaan Seorang Guru
ZEN Wisdom

Alkisah ada seorang guru yang memiliki beberapa orang murid. Salah satu di antara muridnya ada yang gagu. Suatu hari sang guru menyuruh  muridnya yang gagu tadi untuk turun gunung. Sang guru berkata, “Besok, turun gunung dan sebarkanlah ajaran kebenaran yang telah kubabarkan kepada semua orang.” Muridnya yang gagu itu merasa rendah diri dan segera menulis di atas kertas, “Maafkan saya guru, bagaimana mungkin saya dapat menyebarkan ajaran guru, saya ini kan gagu. Mengapa guru tidak meminta murid lain saja yang lebih mampu membabarkan ajaran guru dengan lebih baik?”

Sang guru tersenyum dan meminta muridnya tadi merasakan sebiji anggur yang diberikan olehnya. “Anggur ini manis sekali,” tulis muridnya. Sang guru kembali memberikan sebiji anggur yang lain. “Anggur ini masam sekali,” tulis muridnya. Kemudian gurunya melakukan hal yang sama pada seekor beo. Biarpun diberi anggur yang manis atau masam, beo itu tetap saja mengoceh, “masam… masam…”

Sang guru menjelaskan pada muridnya, “Kebenaran bukanlah untuk dihafal, bukan pula cuma untuk dipelajari, tapi yang terutama adalah untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.”

Cacat tubuh yang kita miliki janganlah menjadi rintangan dalam mengembangkan batin kita. Kita jangan seperti sebuah sendok yang penuh dengan madu, tapi tidak pernah mengetahui manisnya madu itu. Kita jangan seperti beo yang pintar mengoceh, tapi tidak mengerti apa yang diocehkannya. Engkau memang tidak mampu berbicara dengan baik, tapi bukankah engkau bisa menyebarkan kebenaran dengan cara-cara lain, misalnya menulis buku? Lebih penting lagi, bukankah perilakumu yang sesuai dengan kebenaran akan menjadi panutan bagi yang lain?” Itulah cara mengajar terbaik: teladankan kebenaran dalam perilakumu, bukan cuma dalam ucapan.