Kamis, 12 Mei 2016

Menaklukkan Dunia

Namo Buddhaya,

Menaklukan Dunia Dunia
Ven Ajahn Chah

Saat kita duduk bermeditasi, kita menghendaki pikiran ini menjadi tenang, tapi pikiran tidak kunjung menjadi tenang. Mengapa demikian? Kita tidak berpikir tapi ternyata kita berpikir. Jika pikiran ini duniawi  ( untung rugi, pujian celaan, ketenaran, kegagalan, kebahagiaan dan penderitaan ) adanya, maka begitu kita duduk dengan mata terpejam, yang terlihat adalah dunia. Kesenangan, kesedihan, kekecewaan, kebingungan – semuanya akan bermunculan silih berganti. Mengapa demikian? Karena kita masih belum menyadari Dhamma, dengan pikiran seperti itu seorang meditator tidak dapat menyingkirkan Dhamma duniawi. Kita seperti sedang duduk diatas sarang semut merah. Semut-semut itu sama dengan Dhamma duniawi akan menggigit kita, karena memang itu sarang mereka. Lalu apa yang mesti kita lakukan? Kita harus mengembil obat serangga dan mengusir semut-semut itu keluar dari sarangnya.

Tapi umumnya orang yang melatih Dhamma tidak menyadari akan hal ini. Kita sering kali terhanyut dalam Dhamma duniawi, sehingga pikiran pun turut menjadi duniawi, kadang-kadang kita sering berpikir, “Oh, saya tidak dapat melakukannya, ini di luar kekuasaan saya.” Kita pun menjadi putus asa dan tidak mau berusaha, karena pikiran ini dipenuhi oleh kekotoran Dhamma duniawi yang menghambat pertumbuhan Sang Jalan. Kita tidak dapat mengembangkan Sila, Samadhi, Panna ataupun melakukan perenungan. Benar-benar seperti sedang duduk diatas sarang semut. Kita tidak dapat berbuat apa-apa karena digerogoti oleh semut-semut merah itu, menggigit dan merayap di sekujur tubuh kita. Kita menjadi bingung dan menderita.
Dhamma duniawi hadir dalam pikiran para mahluk duniawi. Ketika mereka berusaha berlatih untuk menemukan ketenangan, Dhamma duniawi itu muncul. Pikiran yang diselimuti kebodohan menjadi gelap. Bila pengetahuan tumbuh , pikiran menjadi terang, karena kebodohan tumbuh terlebih dulu, pengetahuan menjadi sukar sekali tumbuh, karena pikiran telah lebih dulu menyerap kebodohan.

Karena itulah Sang Buddha menyuruh murid-muridnya untuk melatih pikiran mereka, karena dalam pikiran inilah tumbuh delapan Dhamma duniawi. Adapun jalan Mulia Beruas-delapan, harus melalui ketenangan dan meditasi, usaha yang tekun serta kebijaksanaan, akan mengendurkan cengkeraman duniawi. Keterikatan, kebencian, dan nafsu-nafsu semakin menipis, dan kita tetap mengawasinya. Saat kita memperoleh kemasyuran, keuntungan materi, pujian, kebahagiaan, atau penderitaan sekalipun, kita harus tetap waspada. Kita harus terlebih dahulu mengenali hal-hal ini sebelum dapat menaklukan dunia-dunia yang tepat berada dalam pikiran kita.