Namo Buddhaya
Kasih Sayang.
Oleh: YM Bhante Pannyavaro.
Apakah bisa , seorang korban penjarahan, yang rumahnya di bakar, mendoakan pembakarnya atau orang yang menyakitinya? Apakah bisa dia memberi cinta kasihnya?
Kalau kita berbicara teori, seharusnya memang begitu. Agama manapun mengajarkan, balaslah mereka yang melakukan kekerasan dengan kebaikkan. Memang seharusnya kita mendoakan, seharusnya memaafkan, seharusnya tidak boleh marah, seharusnya tidak emosi. Seharusnya, menurut agama, kita semua ini menjadi orang yang saleh! Seharusnya!
Tetapi, kita juga harus melihat bagaimana kenyataannya. Kenyataan, kita bukan orang saleh. Kita sulit sekali mempunyai pikiran yang penuh cinta kasih kepada orang yang memusuhi kita, yang mengganggu, yang ingin membunuh kita.
Saya ingin mengambil contoh. Cobalah Anda lihat seorang pencuri yang dengan cerdik mencuri barang-barang Anda atau merampas milik Anda. Kalau boleh saya bertanya kepada pencuri itu, "Hai saudara, bukankah engkau mencuri, melakukan perbuatan buruk?"
"Ya, saya tahu apa yang saya lakukan ini sesuatu yang tidak baik."
"Mengapa engkau melakukannya?"
Saya mencuri karena saya ingin mengurangi penderitaan saya."
Saya percaya, tidak ada orang yang mencuri karena ingin menambah penderitaan. Tidak ada pencuri yang mencuri karena ingin tertangkap, kemudian dipukuli beramai-ramai, lalu dijebloskan ke dalam penjara. Sekalipun dia mencuri, itu karena dia juga ingin mengurangi penderitaan, ingin bahagia. Memang cara untuk meraih kebahagiaan yang dia tempuh adalah cara yang salah, karena cara yang dia tempuh akan mengakibatkan dirinya menderita dan membuat kesulitan bagi orang lain. Meski berakibat demikian, tujuan dia mencuri adalah karena dia ingin bahagia. Tidak ada pencuri yang mencuri untuk mencari kesengsaraan.
Sebagai sesama manusia, kita semua menginginkan kebahagiaan. Kalau kita mau merenungkan dengan jujur apa yang saya uraikan di atas, maka akan timbul rasa kasihan, kasih sayang yang alami, kasih sayang yang wajar terhadap mereka yang berbuat kejahatan untuk mengurangi penderitaan, untuk mencari kebahagiaan. Bukan kebencian yang harus dialamatkan kepada mereka yang salah jalan itu. Kasih sayang itu tidak dibuat-buat, tidak dipaksa-paksakan; tetapi kasih sayang yang alami. Kasih sayang yang alami itu timbul karena kita menyadari bahwa siapa pun adalah sesama manusia, sama seperti kita, sama seperti Anda, sama seperti saya, yang sama-sama juga menginginkan kebahagiaan, tidak ingin hidup menderita. Karena itu, meskipun mengetahui mereka mencari kebahagiaan dengan cara yang salah, bukan kebencian yang timbul dalam diri kita, tetapi justru rasa kasihan, kasih sayang.
Semua agama, semua kepercayaan mengajarkan cinta kasih: "Janganlah engkau membenci, janganlah engkau memusuhi orang lain, karena mereka juga manusia seperti engkau, meskipun mereka membencimu, memusuhimu, janganlah engkau marah pada mereka."
Kita adalah sesama manusia yangt memang tidak sama, tetapi tidak sepenuhnya berbeda. Kita semua adalah manusia. Seperti juga kita, mereka pun ingin kebahagiaan. Dengan menyadari ini, maka akan timbul kasih sayang sejati. Kasih sayang yang bukan kita jalankan karena semata-mata takut pada agama, kasih sayang yang tidak dipaksakan karena itu sudah perintah agama, tetapi kasih sayang yang muncul karena pengertian kita yang berkembang.