Senin, 09 Mei 2016

Munculnya Kemelekatan

Namaste Sotthi Hontu.

"-Munculnya Kemelekatan-"

Ven Ajahn Chah

         Ketika suasana hati sedang menyenangkan disana akan muncul kemelekatan, dan kita pasti akan menyukainya. Dan pada saat susana hati tidak menyenangkan, kita juga akan melekatinya, disana kan muncul perasaan tidak suka. Keduanya adalah jalan yang salah, bukanlah jalan seorang yang melatih Dhamma. Mereka adalah jalan duniawi, yang hanya mencari kesenangan dan kebahagiaan saja, serta menghindari ketidak-senangan dan penderitaan. Orang bijaksana mengetahui akan hal ini, dan akan meninggalkan dua jalan ekstrim itu, ia tidak akan tergoyahkan oleh kesenangan dan ketidaksenangan, kebahagiaan maupun penderitaan.

          Ketika mereka hadir ia tidak melekat, tapi membiarkan hal-hal itu berlalu sesuai hakikat mereka. Inilah pandangan benar. Saat seseorang mengetahui hal ini sepenuhnya, tumbuhlah kebebasan, kebahagiaan dan penderitaan tidak berarti lagi bagi mereka yang telah mencapai pencerahan.

          Buddha mengatakan bahwa mereka yang telah memperoleh pencerahan akan jauh dari segala kekotoran. Namun bukan berarti mereka melarikan diri dari kekotoran. Mereka tidak lari kemana-mana. Kekotoran tetap berada disana. Beliau membandingkannya dengan daun teratai didalam kolam. Daun dan air ada bersamaan, mereka berhubungan, tetapi daun tidak menjadi basah karena air. Air dalam hal ini kekotoran, sedang daun teratai adalah pikiran yang tercerahi.

            Pikiran mereka yang menjalani latihan pun sama, tidak lari kemana-mana, baik, buruk, bahagia, menderita, benar atau salah muncul disana, dan pikiran mengetahui semuanya. Meditator hanya mengetahui, hal-hal ini tidak masuk kedalam pikirannya. Ia tidak mempunyai kemelekatan, ia benar-benar telah terlatih. Menggunakan kata ia benar-benar terlatih adalah bahasa yang lazim kita gunakan. Dalam bahasa Dhamma, kita katakan kalau ia membiarkan pikirannya mengikuti jalan tengah.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.