Oleh YM. Bhante Pannyawaro.
Kesabaran Tidak ada latihan diri yang melebihi kesabaran. Tanpa kesabaran semua latihan akan berhenti di tengah jalan. Kesabaran bukan berarti kita harus berdiam masa bodo, tetapi kesabaran adalah suatu sikap untuk bertahan dengan pengertian yang terang dan jelas, mempertahankan sesuatu yang diperjuangkan. Itulah kesabaran. Saya mungkin bisa menggunakan kata lain yang lebih mengena untuk memperjelas kesabaran ini dengan kata : keuletan, keuletan yang terus menerus, yang tidak menyerah, yang tidak berhenti, tidak mengeluh, tetapi tetap berjuang.
Orang tua, guru, pemuka agama hanya bisa menceritakan tentang kesabaran, menceritakan tentang keuletan , tetapi mereka mungkin tidak bisa mendidik, melatih keuletan atau kesabaran. Siapakah guru yang sesungguhnya yang bisa melatih keuletan, kesabaran? Guru yang paling baik yang bisa melatih meningkatkan keuletan dan kesabaran adalah orang-orang yang tidak menyukai kita, orang-orang yang mengganggu, mereka yang menjengkelkan, mereka yang membuat masalah kepada diri kita, mereka itulah yang sesungguhnya yang melatih kita untuk sabar, untuk ulet, dan untuk bertahan.
Orang yang menjengkelkan, yang menfitnah, yang marah kepada kita, yang salah paham kepada kita, yang sengaja merongrong kita, mereka itulah guru yang baik, guru yang sebenarnya melatih diri kita untuk sabar dan mempunyai keuletan. Orang-orang yang memanjakan kita, orang yang sering membantu kita, bukanlah guru yang baik, yang bisa melatih kesabaran kita. Tetapi memang kita tidak perlu mengucapkan terima kasih kepada "guru kesabaran yang baik" itu. Anggaplah mereka guru yang baik di dalam latihan kita, supaya kita tidak membenci mereka. Bahkan mereka bisa meningkatkan kesabaran akibat kesulitan-kesulitan yang mereka buat terhadap kita.
Laut itu menjadi luas karena letaknya lebih rendah dari segala-galanya. Sehingga semua sungai-sungai mengalir menuju lautan. Oleh karena itu, kalau kita mau sabar dan rendah hati, kita menjadi besar.
Kalau punya kesulitan yang hebat, berusahalah untuk menghadapi dengan tegar. Jangan mudah mengeluh! Orang mengeluh itu seperti menjual belas kasihan, supaya orang lain mau menolong dirinya. Jadi kemampuannya hanya minta tolong. Jangan menual belas kasihan. Kalau menjual belas kasihan untuk mendapatkan pertolongan, sikap itu akan menghancurkan daya tahan mentalnya sendiri.
Bagaimana supaya keuletan itu bisa menumbuhkan kekuatan mental? Cobalah kerjakan apa saja dengan sungguh-sungguh,. kalau menyapu, menyapulah dengan sungguh sungguh, sampai bersih; mengatur meja, aturlah dengan sungguh-sungguh; melayani pembeli, layanilah dengan sungguh-sungguh; membuat tulisan, buatlah dengan sungguh-sungguh; sampai sekecil-kecilnya, buatlah sungguh-sungguh, sesempurna mungkin.
Memang secara duniawi hasilnya bagus, tetapi ada hasil yang tidak kelihatan mata. Kalau kita membiasakan diri berkerja dengan sungguh-sungguh, tidak separuh-separuh, sikap mental ini mahal sekali harganya.