Berat Cinta Jatuh ke Alam Saha
(Bagian 2)
2. Dengan Kebijaksanaan Mematahkan Akar Cinta
Bagi praktisi pria dan wanita, haruslah memiliki kebijaksanaan untuk mengikhlaskan duniawi, ini merupakan pokok yang amat penting. Kalau tidak demikian, maka serupa dengan yang sudah dibahas sebelumnya, takkan berdaya untuk menimbun bekal terlahir ke Alam Sukhavati.
Terkecuali sanggup mengikhlaskan duniawi, melepaskan segala kemelekatan, usahakan mengurangi nafsu cinta di hati, sehingga hati sendiri bisa putus hubungan dengan noda duniawi, barulah takkan meracuni batin sendiri.
Akar permasalahan mengapa melatih diri itu tidak bisa efektif adalah dikarenakan tidak sanggup memutuskan nafsu cinta duniawi. Oleh karena diseret oleh nafsu cinta ini sehingga khayalan jadi melayang-layang; rasa suka muncul oleh karena perasaan cinta, demikian pula rasa benci dan takut juga muncul karena cinta.
Sehingga tampaknya praktisi ini seolah-olah sudah mengikhlaskan, seolah-olah begitu serius melafal Amituofo, tapi ketika menghadapi ujian akhir saat ajal menjelang, hatinya sulit tak tergoyahkan, jadi gagal terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Maka itu mulai sekarang juga harus berkeras hati, dengan kekuatan kesabaran perlahan-lahan mengurai simpul ikatan tali cinta. Terhadap segala sesuatu yang kita sukai, senantiasa dengan kebijaksanaan mengamatinya dengan jelas, saat permulaan haruslah memaksakan diri untuk memutuskan kemelekatan pada cinta, dengan demikian pada akhirnya barulah bisa menjauhi nafsu keserakahan.
Haruslah menggunakan kebijaksanaan untuk mengamatinya, barulah dapat memutuskan nafsu cinta ini. Sesungguhnya banyak orang yang tidak menyadari poin ini. Mereka merasa rumah tangga sendiri begitu harmonis, sehingga merasa begitu bangga, terlena dan hanyut di dalamnya, suka pada rumah tangga yang hangat ini.
Namun, keluarga yang hangat ini, dapatkah membawa anda pada Jalan Pembebasan? Pencerahan? Kebahagiaan sejati? Takkan berubah selamanya? Jadi haruslah direnungkan secara seksama, barulah takkan terlena dan hanyut.
Buddha Sakyamuni membabarkan di dalam Lankavatara Sutra bahwa Bodhisattva demi keluar dari samsara…………merenungkan segala sesuatu di dunia tiada yang bisa membawa kegembiraaan; merenungkan istri, anak, sanak dan kerabat bagaikan belenggu; merenungkan istana bagaikan penjara; merenungkan harta benda bagaikan tumpukan kotoran.
Pertama-tama merenungkan keluarga bagaikan belenggu, pepatah berkata : “Suami istri adalah jodoh, ada jodoh baik dan ada pula jodoh buruk. kalau tidak berjodoh takkan berkumpul bersama; putra putri adalah hutang piutang, ada yang datang melunasi hutang dan ada pula yang datang menagih hutang”.
Sesungguhnya suami istri itu juga akibat diseret kekuatan karma masing-masing, selama masih ada jodoh maka masih bisa berkumpul bersama, begitu jodoh usai maka harus berpisah. Maka itu bisa bersama hanya untuk sementara waktu juga tidak bermakna, apabila begitu tenggelam dalam asmara, maka akan menjadi rintangan terbesar untuk terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Master Lian Chi berkata : “Suami istri yang saling mencintai, bagaikan luan and phoenix, begitu mesra, tidak tahu kapan berpisah. Ketika masih hidup maka masih bisa bersama, namun ketika jodoh berakhir juga harus berpisah.
Kedua belah pihak saling menjalin kemesraan, saling melilit pasangannya dengan ikatan, bagaikan memakaikan belenggu pada pasangannya. Apabila bisa melihat dengan jelas musuh yang telah melilit diri sendiri sehingga jatuh kembali ke dalam samsara, maka seharusnya segera mencari Jalan Pembebasan, sejak itu menghapus jejak jalinan jodoh yang paling dekat ini dari dalam hati, takkan lagi terlibat.
Putra putri adalah musuh kerabat penagih hutang, pada masa kelahiran lampau ada hutang yang belum dilunasi, sehingga pada masa kelahiran sekarang datang menjadi putra putri. Maka itu hubungan ayahbunda dan putra putrinya, tak terpisahkan dari : menagih hutang, melunasi hutang, balas budi, balas dendam.
Kita sendiri sudah banyak melihat contohnya, jadi sudah sangat jelas, banyak yang datang jadi putra putri pada masa kelahiran lampau adalah orang yang dibunuhnya. Oleh karena pada masa kelahiran lampau berhutang uang dan nyawa padanya, sehingga pada kelahiran sekarang dia datang menjadi putra putri untuk menagih hutang. Lagi pula pada umumnya ayahbunda akan lebih menyayangi anak yang datang menagih hutang. Beginilah jodoh karmanya, dia akan membelenggu dirinya sendiri.
Maka itu haruslah dengan kebijaksanaan untuk mengamati dengan jelas, barulah mengetahui bahwa semua ini tidak pantas untuk mencurahkan nafsu cinta.
Kemudian rumah bagaikan penjara, begitu menikah dan berumahtangga, sejak itu takkan ada lagi kebebasan, sejak itu dibelenggu dan dipenjara, kurungan ini berlangsung hingga seumur hidup. Kehidupan yang dijalani dua orang tentunya akan banyak timbul problema, sungguh tidak bebas!
Sebagian orang selama berada dalam kurungan ini malah terus menambah klesa (kekotoran batin) dan menciptakan karma buruk. Bahkan diri sendiri juga akan menemukan bahwa jiwa raga sendiri semakin tenggelam, kian hari kian tidak menemukan kedamaian, kerisauan kian banyak, hati yang bajik juga kian berkurang.
Kemudian harta benda adalah bagaikan tumpukan kotoran. Pada umumnya orang-orang beranggap semakin kaya semakin bagus, mengira banyak uang bisa beramal. Kenyataannya, makin kaya makin repot, banyak hal yang perlu dikhawatirkan.
Umpamanya mobil, sebelum punya mobil pribadi, rasanya ingin sekali punya mobil, lebih leluasa bisa ke mana-mana, kenyataannya sesudah punya mobil lebih banyak repotnya. Pepatah berkata : “Beli mobil itu mudah tapi perawatannya tidak mudah”, setelah memiliki mobil tak terhindar dari banyak problema, tiap bulan perlu uang minyak, tiap tahun bayar asuransi, biaya pemeliharaan, uang parkir, uang tol dan sebagainya, menghabiskan banyak waktu. Belum lagi bertemu jalanan tersendat, macetnya hingga berjam-jam, jalan kaki malah lebih cepat sampainya.
Mulanya mengira punya mobil itu nyaman, namun sekarang malah banyak urusan yang jadi tertunda. Ditambah lagi melihat orang lain gonta ganti mobil, sementara diri sendiri malah satu mobil disetir bertahun-tahun, bisa-bisa jatuh gengsi. Terpaksa ganti mobil demi harga diri.
Pokoknya sebelum punya mobil tidak banyak kerisauan, setelah punya mobil malah bertambah kesengsaraan, hati jadi tidak bebas!
Baik suami istri, putra putri, rumah tangga, harta benda dan sebagainya, sudah merupakan kesengsaraan, apa lagi hal duniawi lainnya, tidak ada yang sebanding, amatilah dengan seksama, maka dapat menemukan bahwa tidak ada kegembiraan di dalamnya.
Setelah jelas akan fakta yang sesungguhnya dari dunia ini, maka akan memiliki kekuatan untuk menolak segala nafsu keinginan, namun untuk memutuskan dari akarnya maka harus menggunakan kebijaksanaan.
Namun yang paling penting bukan berarti setelah memahami fakta maka boleh mengabaikan tanggung jawab kita di dunia ini, bukan berarti kita boleh memejamkan mata tidak perlu melihat lagi, tetap harus menunaikan tanggung jawab namun takkan melekat lagi.
Petikan Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas
Edisi 218
Laporan belajar dari Venerable Zi-liao
Tanggal 14 Mei 2016
Bertempat di HK Buddhist Education Foundation
Kode Artikel 02-042-0218
愛不重不生娑婆
(二)
(二)智慧觀察,斬斷愛根
對於在家的男女修行人來說,必須要有看破世間的智慧,這一點至關重要。否則,就像前面所說,根本遮止不了造集轉生惡趣的業,更沒辦法修集往生資糧。如果能夠看破、放下這一切,盡量減少心上的貪愛,讓自己的心跟世間的染污法脫離關係,就不會被毒害到了。
《徑中徑又徑》裡講到:修行不得力的根本,在於沒有斷掉對世間法的貪愛。由於愛的牽纏,就會妄念紛飛;喜歡因愛而生,厭惡、恐懼也同樣由愛而起。這樣就算平時好像能看得破,好像能一心念佛,但是到了臨終的關鍵時刻也難免動心,導致淨業難成,不得往生。所以,現在必須咬緊牙關,以堅忍的力量,斬斷愛的繩索。對自己所貪愛的一切,要時時以智慧觀察清楚,最開始要強制性的斷除愛執,這樣到最後自然能夠遠離貪染。
這裡講得很清楚,就是要通過智慧觀察,清楚的認識到世間的真相,才能斷除愛執。其實很多人很難發現這一點。會覺得自己的家庭很好,對此很自豪、很陶醉,喜歡這種安逸的家庭生活。但是,這些家的歡樂到底是什麼體性?是清淨的出世間法嗎?是覺悟的法嗎?是真正的安樂嗎?這些方面,必須要靜下心來好好想一想,心裡看清楚後就不會再迷惑了。
佛在《楞伽經》裡說:「復次大慧!菩薩為求出離生死……觀諸世間無一可樂,妻子眷屬如枷鎖想,宮殿台觀如牢獄想,觀諸珍寶如糞聚想。」我們具體來看,首先說眷屬如枷鎖,俗話說:「夫妻是緣,善緣惡緣無緣不聚;兒女是債,討債還債無債不來。」其實夫妻之間就是以彼此的業力牽纏,暫時聚合在一起,因緣一盡就必須分開。所以短暫的相聚也沒什麼大的意義,如果對此非常耽著,會成為繫縛生死最大的障礙。蓮池大師在《雲棲詩偈》裡也講到這個道理,大意是說:夫妻恩愛,鸞鳳和鳴,纏纏綿綿不知哪日能結束。活著的時候好像可以長相廝守,但是到緣盡的時候也不得不各自分開。彼此情意纏綿,互相繫縛,如同披上了沉重的枷鎖一般。願能看破將自己纏縛在生死之中的冤家,趕緊尋找出離之道,以此將這關係最密切的因緣,從自己的心上抹去,不再牽纏。
兒女就是債主,無非是由於過去世有債務關係,今生才投生為兒女。普庵祖師也說:「眷屬猶如夢,非冤不遇逢,如今兒女者,皆再來祖宗。」印光大師也說:「以彼此有負欠故,致所生兒女種種不一。有還債者,有討債者,有報德者,有報怨者。」所以,父母和兒女之間的關係不出這四種:討債、還債、報恩、報怨。我們都看過很多這方面的因果實錄,都很清楚,很多今世的兒女是前世自己所殺的人。由於前世欠了他的錢和命,所以今生他投生為自己的子女來討債。而且,父母往往會特別疼愛這種來討債的兒女。這就是業緣,它會像枷鎖一樣緊緊的束縛住自己。所以一定要以智慧看清楚,就會知道這些根本不值得貪著。
而且,家宅就像監獄,一旦結婚成家,就不再有自由,就要被鎖在這個監獄裡面,一鎖就是幾十年。即使是兩口之家,都會有很多很多的事,非常不自在!一般人只要被關在這裡面,就只能不斷的增長煩惱和業。那是很危險的。自己也會發現身心愈來愈沉重,愈來愈不安樂,煩惱愈來愈多,善心愈來愈少了。
再說,財物、珍寶就像糞堆。大多數人都希望財富愈多愈好,認為錢財當然是多多益善。但是實際上,錢財愈多,麻煩就愈多,人就愈操心。就拿有車來說,這方面很多人都有體會。沒車的時候覺得有車很好,既方便又體面,但實際上,有車之後麻煩更多。俗話說「買車容易養車難」,有車之後不得不面臨很多問題,每個月的油費,每年的保險費,維修保養費、停車費、養路費、過橋費……在北方,冬天租的車庫比人住的房子都貴。而且,稍微碰到點事,就得跟保安、交警打交道,徒增困擾、浪費時間。另外,在城市裡遇到高峰期堵車,一堵就是幾個小時,比走路用的時候還多。原本以為有車方便,結果更耽誤事。再說,本以為有車很體面,但是看到身邊的朋友不斷的換車,自己卻一輛車開了幾年,會感覺很沒面子。換車吧!錢不夠;不換呢?心裡難受。乾脆賣了吧!面子上更掛不住。總之,有車之後,數不盡的麻煩、苦惱就會一直緊密相隨,擺脫不掉。
像這樣,夫妻、兒女、家庭、財物等等,都是苦的法、苦的自性。其他世間的事與此類似,詳細觀察就能發現根本沒有什麼安樂。看清楚世間苦的本性,就能很有力量的制伏貪愛之心。但是要想真正從根斬斷,必須要有看透萬法真相的空性智慧。幽溪大師在《淨土法語》中說到:制止境緣的牽纏,不是讓我們把世間所有的事物全部扔掉、燒光,也不是閉著眼睛不看。當你知道一切所愛的事物原本無有,只是自己的錯覺認為它有,所以錯覺在的時候才有這些假相,錯覺消失,就都蕩然無存。這樣以智慧認識到萬法沒有什麼實法可得,心裡自然不會有執著。
無量壽經科註第四回學習班 自了法師 (第二一八集)2016/5/14 香港佛陀教育協會 檔名:02-042-0218
Sumber : Mitra Sejati