Berat Cinta Jatuh ke Alam Saha
(Bagian 1)
Banyak praktisi pelafal Amituofo yang tidak mengenali “Musuh Dalam Diri Sendiri” yang merintangi upayanya terlahir ke Alam Sukhavati. Padahal ini merupakan persoalan utama. Yang dimaksud dengan musuh dalam diri sendiri adalah kemelekatan pada cinta.
1. Kemelekatan Cinta Pada Keluarga
Orang jaman sekarang suka mengatakan bahwa keluarga adalah tempat melatih diri, tetapi haruslah dibedakan dengan jelas, yang dimaksud dengan “tempat melatih diri” mesti ditujukan untuk mengakhiri tumimbal lahir, dan bukan tempat berseminya cinta bernoda dan benih tumimbal lahir.
Hanya saja sekarang banyak orang yang tidak memiliki kebijaksanaan, tidak menggunakan pandangan benar untuk membedakannya, mencari kejelasan akan hal yang satu ini, mengira bahwa kita bisa bersama-sama melatih diri menimbun bekal terlahir ke Alam Sukhavati, padahal sebenarnya yang sedang ditimbun adalah benih-benih tumimbal lahir.
Kenapa dikatakan demikian? Ketahuilah bahwa umat berkeluarga (Upasaka Upasika) selain menghabiskan waktunya dalam keluarga maka sisa waktu lainnya adalah berada dalam urusan duniawi. Dalam keluarga selalu menambah benih tumimbal lahir, memperkuat tali ikatan kasih, yang langsung berlawanan dengan upaya terlahir ke Alam Sukhavati.
Begitu pandangan benar agak dilonggarkan, maka langsung berhadapan dengan kemelekatan pada keakuan, anda sekalian pasti jelas akan hal ini, coba amati sejenak ke dalam hati sendiri, maka langsung bisa diketahui.
Ikatan kasih dalam keluarga adalah kasih sayang individual, ditambah lagi urusan rumah tangga yang menyita banyak waktu dan tenaga, maka terwujudlah tumimbal lahir, menjadi benih untuk melanjutkan ikatan.
Yang dimaksud dengan jalinan hubungan yang baik itu ada 2 kemungkinan yaitu :
1. Saling memberi motivasi untuk membebaskan diri dari tumimbal lahir, sehingga kedua belah pihak dapat terlahir ke Alam Sukhavati.
2. Saling menambah kemelekatan, saya baik padamu, kamu baik padaku, sama-sama saling memperkuat ikatan kasih, maka hubungan ini akan membawa jatuh kembali ke dalam roda samsara.
Asalkan anda mengamati dengan seksama, maka dapat menemukan di dalam sebuah keluarga, ikatan kasih suami istri, ayahbunda dan anak, merupakan hati yang melekat pada tumimbal lahir.
Umpamanya, rumah tangga yang harmonis, sekeluarga melewati hari-hari yang penuh kehangatan, sungguh indah terasa. Dalam kondisi seperti ini hatimu tentu saja begitu memandang berat, atau begitu kagum, atau larut di dalam kehangatan tersebut, atau begitu hati-hati menjaganya………padahal sesungguhnya ini hanyalah kerisauan dan siksaan.
Avatamsaka Sutra menyebutkan bahwa akar dari segala penderitaan adalah nafsu keinginan. Dari nafsu keinginan ini muncullah beragam penderitaan. Kita adalah makhluk di Kamaloka, sejak lahir memang sudah membawa nafsu keinginan, sekarang malah menambah-nambahnya lagi dengan kemelekatan pada kasih sayang, selanjutnya pasti diikuti oleh penderitaan.
Umpamanya ketika jalinan kasih yang hangat tersebut tiba-tiba berubah, maka akan muncul kesengsaraan yang parah. Sementara itu kemelekatan pada ikatan kasih ini diam-diam terus meningkat tajam, selanjutnya jatuh kembali ke dalam lingkaran tumimbal lahir dan menjalani kesengsaraan yang tak berujung.
Berada dalam sebuah keluarga, apabila pada masa kelahiran lampau mempunyai jalinan jodoh yang baik dengan anggota keluarga, maka hubungan ini akan begitu akur, manis sekali, saling sayang menyayangi, kian lama kian melekat, akhirnya bersama-sama bergandengan tangan mengikuti arus tumimbal lahir. Begitu salah satu meninggal dunia, maka yang satunya lagi akan menangisi kematian dan amat tersiksa, bahkan tidak punya semangat hidup lagi.
Sebaliknya apabila pada masa kelahiran lampau mempunyai jalinan jodoh yang buruk dengan anggota keluarga, sering berselisih serupa musuh berbuyutan, sama-sama memperkuat ikatan permusuhan, atau selama bertahun-tahun tidak saling menyapa, perang dingin, berjalan di jalan masing-masing……………..pokoknya, berada di dalam keluarga, masing-masing menggunakan perasaan emosional, kalau bukan muncul kerisauan maka yang muncul adalah kebencian.
Lagi pula demi sebuah rumah tangga, setiap hari harus menyelesaikan pekerjaan yang tidak bermanfaat, sehingga jarang memiliki waktu buat melatih diri, bahkan Sepuluh Kebajikan saja sulit diamalkan. Oleh karena bila hanya memikirkan kepentingan keluarga sendiri maka lupa mempertimbangkan kepentingan orang lain, ketika berseberangan dengan kepentingan sendiri maka akan menciptakan kesempatan untuk melakukan karma buruk.
Umpamanya seorang ibunda, apa saja yang diperbuat adalah demi kepentingan anaknya, asalkan anak suka apapun diberikannya, bahkan sampai tega menyembelih makhluk hidup.
Bahkan ketika anak sendiri berselisih dengan anak orang lain, maka tanpa memakai akal sehat langsung membela anaknya, padahal anaknya sendiri yang bersalah, tapi dia malah tidak melihatnya, sehingga kelak setelah dewasa si anak melanggar hukum.
Maka itu ketika hati seseorang sudah dibutakan oleh cinta, yang dipikirkan cuma bagaimana cara agar bisa memberi manfaat pada keluarganya sendiri, tak peduli apakah bisa mencelakai orang lain atau bahkan dirinya sendiri.
Andaikata keluarga kecil saja tidak sanggup diikhlaskan, bagaimana bisa melampaui Triloka (Kamaloka, Rupaloka dan Arupaloka), terlahir ke Tanah Suci Sukhavati?
Maka itu banyak orang yang belajar Ajaran Buddha, sesungguhnya mereka hanya memupuk secuil pahala Alam Dewa dan Manusia saja. Ada juga sebagian orang bahkan secuil pahala ini juga tidak diperoleh sama sekali, oleh karena belajar Ajaran Buddha itu bagi dirinya cuma untuk mengisi waktu saja, atau cuma ikut-ikutan saja.
Sementara itu otaknya dipenuhi urusan keluarga, karir, pikirannya di taruh pada hubungan asmara pria dan wanita, sanak dan kerabat, kesenangan duniawi dan sebagainya, terhadap upaya terlahir ke Alam Sukhavati, sama sekali tidak tampak motivasinya.
Orang seperti ini yang begitu mendambakan dunia fana ini, sama sekali tidak punya harapan untuk bisa terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.
Petikan Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas
Edisi 218
Laporan belajar dari Venerable Zi-liao
Tanggal 14 Mei 2016
Bertempat di HK Buddhist Education Foundation
Kode Artikel 02-042-0218
愛不重不生娑婆
(一)
宋朝的善月大師說:修淨土法門的人很多,但是能通曉往生的竅訣並實際去做的人很少;口中講淨土的人很多,但是能找到其中關要的人很少。很多念佛人都不知道在往生方面有「自障自蔽」這種問題。其實這就是最關鍵的問題。說到「自障」,再沒有比對於輪迴的愛執更嚴重的往生障礙。而「自蔽」就是指對於極樂世界、阿彌陀佛等心存懷疑。如果能夠把這懷疑和愛執之心斷除,那麼即生往生西方就不是什麼難事了。這裡講得非常清楚,如果心裡還存有往生的違品——貪愛世間的心,以及懷疑之心,那是根本不可能往生的。
之後大師又說:「無為子十疑論序曰:『愛不重,不生娑婆;念不一,不生極樂。』」「無為子」指宋朝開悟的大居士楊傑,他在為智者大師的《淨土十疑論》所作的序言當中,講到「愛不重不生娑婆;念不一不生極樂」這句話非常重要。我們如果看過後代大德,包括一些淨土祖師的教言開示,就能發現處處都會提到這句話。可見對於往生來說,這個問題相當關鍵。也就是要想真正修集往生資糧,必須斷除對於世間的貪愛。我們下面就對於這個道理簡單講講,希望大家都能斷除往生方面的「自我障蔽」,修集清淨的往生資糧,踏上真正的往生之路。
(一)家庭愛染,生死因緣
現在的人經常會說「家庭是道場,生活作佛事」等等,但是這也要辨別清楚,所謂「道場」必須是修持出世間的清淨法業,積累往生資糧的道場,而不是增長輪迴愛染,堅固生死根源的地方。只是現在很多人沒有智慧,沒有以正見去仔細的分析、辨別這件事,認為我們是在共同修集往生資糧,實際上完全是在積聚輪迴的因緣。
為什麼這麼說?要知道,居士處在家庭裡面,大多是糾纏在世間法當中。在家庭裡常常會增長輪迴的因,增長愛執之心,跟往生西方直接相違。稍一放鬆正念,就會以我執煩惱來互相面對。這一點大家都有自知之明,自己觀察一下就會知道。就像《楞嚴經》中所說:「汝愛我心,我憐汝色,以是因緣經百千劫常在纏縛。」家人彼此之間往往是世俗的情愛,再加上各種家庭瑣事的糾纏,都成為輪迴法,成為繫縛的因。要知道,所謂好的關係有兩種:一種是互相策勵,在出世間的解脫法方面做真實的饒益,這種關係可以讓自他都往生清淨佛土,都能得到解脫。一種就是互相增長愛戀,我對你好,你對我好,彼此增長世俗情執,這種關係會使你的心深陷在輪迴裡面,實際上就是繫縛輪迴的因,完全不隨順解脫,不是往生西方的因。只要你去觀察,就會發現,在家庭裡面,所謂的夫妻之情、母子之愛,都是貪執輪迴的心。譬如認為世間家庭的氛圍,闔家團圓的快樂,一家人在一起安穩舒適的過日子等等,非常美好、幸福。在這些方面你的心非常重視,或者羨慕不已,或者沉浸其中,或者小心翼翼的守護……其實這些都是煩惱,都是苦。
《法華經》中說:「諸苦所因,貪欲為本」,一切苦的出生之處就是貪欲,以它為根,就會出生無數的憂苦。我們都是欲界的眾生,與生俱來就有對世間的貪愛,一旦增長這種貪愛,隨之而來的一定是痛苦。譬如在得不到滿足的時候,或者出現一些變故的時候,就會產生極大的苦惱。而且這種貪愛會不斷的潛滋暗長,它也是十二緣起裡能生支的第一個,有了愛就會取後有的生死,之後就是數不盡的輪迴,說不完的苦。中峰國師在《淨土詩》中也說:「塵沙劫又塵沙劫,數盡塵沙劫未休,當念只因情未撇,無邊生死自羈留。」眾生在生死之中經歷了無數大劫,數盡了塵沙,也算不清到底經歷了多少劫的生死。這都是由於一個「情」字,心裡一直放不下,以至於把自己纏縛在輪迴當中。
《涅槃經》中說:「居家迫迮猶如牢獄,一切煩惱由之而生。」這一點稍加觀察就能很明顯的發現。處在家庭裡面,如果和家人往昔有善緣,彼此的感情很好,很甜蜜,很恩愛,這樣就會增長貪染,互為流轉生死的增上緣。其中一個人一旦離開,其他人就會非常痛苦,甚至沒有勇氣繼續活下去。如果相互之間的緣分不是很好,經常發生摩擦、衝突,像冤家一樣,彼此怨恨;或者長年冷戰、形同陌路……總之,處在家庭裡面,彼此間都是以我執、煩惱來用事,在在處處不是生貪就是生瞋。
另外,為了這個家,每天必須忙碌各種瑣事,很少有時間修集善法,甚至連十善業的內涵都很難具足。因為行持十善業道必須有一種斷惡之心,要堅持這種原則。但是一旦陷在家庭的欲坑當中,陷入各種世俗法裡面,就連行持十善業都有困難。因為如果顧及一個小家的利益,為別人考慮的心就會很少,這樣發生利益衝突的時候,往往會造下嚴重的惡業。譬如做為一個母親,如果用心有偏差,認為我的孩子什麼都好,無論他要什麼我都給,就有可能造下殺生等的惡業。而且,當自己的孩子和別人的孩子發生矛盾時,她處理起來很可能不合乎正理。明明是自己孩子的錯,但是完全看不到,只是一味的縱容,甚至將來孩子長大後會犯下大錯。所以,一旦人的心被愛蒙蔽住了,雖然想利益自己的家人,但是往往會害了他,也害了自己。正所謂「慈悲多禍害,方便出下流」。沒有以智慧攝持的所謂「慈悲」、「方便」,非但不成為善法,反而會成為惡趣的因。所以,如果不能以智慧攝持,讓家人都隨順解脫,那麼家庭就像一個枷鎖一樣,會捆住一個人的心,連起碼的十善業道都守不好,更不可能往生西方了。因為往生極樂世界的要求更高,必須徹底放下對整個三界的貪愛,如果連小小的家庭都看不破,心完全落在欲界裡面,又怎麼可能往生淨土?
因此,這些方面都值得我們警醒。很多人說是學佛,但其實最多只是做一點人天善法。有些人甚至連人天善法也修不起來,所謂的學佛,對他來說只是一種消遣,一種高檔、時尚的生活。這樣滿腦子都是家庭、工作,心完全被各種的男歡女愛、親人之間的感情、五欲的享受等等所吸引,想從這些當中出離,把它們視為苦的心根本沒有,對於清淨佛國的事基本無動於衷。像這樣貪愛世間,完全不具備欣厭的內涵,在願上面一點也不符合條件,是不可能往生的。
無量壽經科註第四回學習班 自了法師 (第二一八集)2016/5/14 香港佛陀教育協會 檔名:02-042-0218
Sumber : Mitra Sejati