Kamis, 16 Juni 2016

Pokok Penting 05

Pokok Penting Terlahir ke Alam Sukhavati
(Bagian 5)

Setiap hari juga melakukan perenungan kematian, begitu ajal tiba juga begitu tenang, oleh karena sudah mempersiapkannya dari awal. Orang bijak selalu memikirkan rencana jangka panjang, pandangannya selalu jauh ke depan, melakukan segala persiapan dengan matang.

Kalau bukan begini maka ketika ajal menjelang akan jadi panik, ketakutan, bisa-bisa karena silap sesaat menjadi penyesalan selamanya.

Orang bijak justru memandang urusan akhir ini sebagai masalah yang paling penting dalam kehidupan ini, sedangkan urusan lainnya boleh dikesampingkan. Segala sesuatu di dunia ini tidak membawa manfaat yang seberapa, kurangilah sedikit demi sedikit. Sedangkan upaya terlahir ke Tanah Suci Sukhavati adalah sebegitu pentingnya, jadi perbanyaklah sedikit demi sedikit.

Apabila anda masih mempunyai tanggung jawab di dunia ini, baik dalam keluarga, pekerjaan dan sebagainya, maka segala hal tetap harus dijalani dengan serius, jadi bukan berarti ayahbunda, istri dan anak-anak boleh diabaikan dan tidak perlu bekerja lagi. Dengan menunaikan tanggung jawab barulah bisa melatih diri dengan tenang.

Lantas bagaimana caranya supaya setiap hari bisa melatih karma suci agar setiap hari bisa memperoleh kemajuan batin, mengerahkan segenap hati ke tanah suci? Maka setiap hari harus mengingatkan diri sendiri, menempatkan hari kematian sebagai hari ini. Setiap hari melakukan persiapan menghadapi ajal, begitu tiba hari tersebut langsung terlahir ke tanah suci.

Bagaimana cara melakukan persiapan tersebut? Setiap hari anda merenungkan : Kehidupan ini begitu tidak kekal, kematian begitu cepat menjelang, maka itu saya harus melakukan persiapan sejak dini.

Sebelum tidur juga merenungkan : Apa lagi yang menjadi beban di hatiku yang tidak sanggup saya lepaskan? Apa lagi yang saya khawatirkan? Andaikata memang tidak ada lagi kekhawatiran di hati, maka saat sekarang juga dijemput Buddha Amitabha juga bukan masalah, membulatkan tekad terlahir ke Tanah Suci Sukhavati.

Sebaliknya bila di hati masih penuh dengan kekhawatiran, masih memikirkan ada urusan yang masih belum diselesaikan, masih banyak yang belum bisa diikhlaskan, maka inilah yang menjadi “musuh kerabat penagih hutang” anda, saat menjelang ajal pemikiran inilah yang akan merintangi upaya anda terlahir ke tanah suci.

Maka itu saat sekarang juga harus melakukan persiapan matang, kelak tiba waktunya takkan muncul problema.

Persiapan lain yang mesti dilakukan adalah menyampaikan pesan-pesan terakhir, segala sesuatu disampaikan dengan jelas, apa yang perlu diurus harus dibereskan, namun yang paling penting mesti merenungkan :  Andaikata esok pagi tidak bangun lagi, cepat lambat pasti mati, jadi tidak ada yang tidak bisa dilepaskan lagi.   

Anggota keluarga masing-masing punya karma tersendiri, punya takdir kehidupan tersendiri, saya juga tidak bisa ikut campur lagi. Harta benda dan kepemilikkan juga tidak bisa dibawa pergi, melekatpun tiada berguna lagi. Dengan demikian dalam waktu seketika juga melepaskan segala kemelekatan, dalam hati jangan lagi mengkhawatirkan harta benda, putra putri dan sebagainya, sedini mungkin melepaskan semua ikatan belenggu ini.

Setiap saat menjelang tidur merenungkan : Kalau esok pagi tidak bangun lagi, maka urusan yang penting sekalipun, saya juga tidak bisa ikut mencampurinya lagi. Dengan merenungkan sedemikian rupa, maka batin takkan terganggu lagi oleh urusan-urusan duniawi.

Kalau bukan demikian, maka hati selalu saja mengkhawatirkan hal-hal duniawi, saat ajal menjelang timbullah problema.

Seperti begini rupanya, setiap hari melakukan perenungan sampai akhirnya sudah terbiasa, hatipun jadi bebas tanpa kemelekatan lagi, kalau sudah begini jadinya, maka tekad welas asih Buddha Amitabha akan memenuhi setiap sudut ruang sanubari hatimu.

Bila sebaliknya anda masih saja suka melekat dan tidak sudi melepaskan, mengkhawatirkan ini dan itu, maka pemberkatan Buddha Amitabha sulit menembusi sanubarimu. Oleh karena hatimu sudah sesak dipenuhi kekotoran duniawi, begitu banyak kekhawatiran mengacaukan hatimu, bagaimana bisa terjalin dengan Buddha. Ini sungguh berbahaya.

Jadi, kalau kita mau terlahir ke Tanah Suci Sukhavati, maka harus menggenggam erat “suka” dan ”benci”. Kalau sudah memang benci pada penderitaan di alam saha ini, maka lepaskanlah semua kemelekatan dan munculkan suka cita pada tanah suci, segala urusan di dunia dilepaskan, sementara upaya terlahir ke tanah suci haruslah diutamakan; begitu semua kemelekatan pada dunia ini sudah dilepaskan secara keseluruhan, maka tiada lagi yang bisa membuat hatimu mendua, secara keseluruhan hati sudah jadi terfokus pada tanah suci, maka hatimu telah terjalin dengan Buddha Amitabha, inilah kuncinya.

Petikan Kelas Belajar Penjelasan Sutra Usia Tanpa Batas
Edisi 209
Laporan belajar dari Venerable Zi-liao
Tanggal 10 Maret 2016
Bertempat di Pure Land Learning College Association, Australia
Kode Artikel 02-042-0209


往生的要訣
(五)

要做到這一點,那現在就要念死。天天念死的話,到臨終時就從容鎮定,因為心態已經完全準備好了。所以,有智慧的人會深思熟慮,會從長計議,他的目光會很長遠,會提前做好準備。否則死亡一旦來臨,那時慌張、恐懼,最終很可能一失足成千古恨。人如果有智慧,就會把這件事看成人生最大的事情,其他都可以放下,但在這上面絕對不能馬虎。世間法沒什麼利益,能放一分是一分。往生淨土最重要,能提一分是一分,要盡量的提,盡量多準備,在這件事上絕對不能失誤。(如果你還處在世間,有家庭、工作等,那應當心出離,身體仍要做事,並不是父母、兒女、妻子、工作等全部不管。該盡的本分都要盡好,這樣才能心安理得的修行。)

那麼,怎樣才能做到每天都在修淨業的道上非常平穩的前進,一心趣向西方呢?這就要念念提醒自己,把臨死那一天的事放在今天來做。天天都準備臨死的事,一到那天,就直接往生了。

這又該怎麼準備呢?你每天要想:生命是無常的,死亡很快來臨,所以我必須提前辦好。睡前要反省:我心裡還有什麼放不下嗎?還有沒有罣礙?如果心裡一點罣礙沒有,即使現在死了,也是一心唯一歸向淨土,這樣還算可以。如果心裡還有很多罣礙,還想著這件事沒做完,那件事沒了結,還有這個放不下,那個離不開等等,那這些心裡的罣礙就成了你的「生死冤家」,到臨終時就會來障礙你往生。所以,現在要提前辦好,不然一到那個時刻,很可能會出問題。

所謂「提前辦好」,當然一方面像前面說的,該交代的交代,該處理的處理,但更重要的,是要想:如果今晚就死了,明早起不來,那反正要死了,也沒什麼放不下的。家人的事都由各自的業來安排,我想管也管不了。再執著的東西到時候也帶不走,執著也沒用。像這樣,把世上的事一下子全放掉,心不要還掛在財物、兒女等上面,提前就全部了結。而且天天都要這麼了結。每天睡前都要想:如果明天起不來,也就這麼去了,再重要的事想管也管不著。這樣想了以後,當時就要讓自己的心不再被世間的事纏繞。不然的話,心裡始終放不下,到時候就很麻煩。

像這樣,平時想慣了,把心放得空空的,世間的事都能放下,這樣的話,阿彌陀佛的悲心就能充實你空靈的心。如果你心頭想這想那,有各種的放不下,那阿彌陀佛的加持也很難入到你心裡。因為你的心已經被世間的事填滿了、搞亂了,七上八下,亂成一團,跟佛相合就很困難。這就非常危險。所以,我們要往生,一定要把握住「欣厭」二字。厭就是全部要放,欣就是全部提起。娑婆的事一概放盡,那淨土的事就能完全提起;一旦把娑婆的事全放掉,也就沒有了分心的事,你就能一心跟阿彌陀佛相應。這就是關鍵。

文摘恭錄 — 無量壽經科註第四回學習班  自了法師  (第二O九集)  2016/3/10  澳洲淨宗學院  檔名:02-042-0209




Sumber : Mitra Sejati