Penjelasan Nasehat Bodhisattva Samantabhadra
Bait Sutra :
pǔ xián pú sà jǐng zhòng jì
普 賢 菩 薩 警 眾 偈
Nasehat Bodhisattva Samantabhadra
shì rì yǐ guò mìng yì suí jiǎn
是 日 已 過,命 亦 隨 減,
Hari berlalu usia makin berkurang,
rú shǎo shuǐ yú sī yǒu hé lè
如 少 水 魚,斯 有 何 樂?
ibarat ikan di kolam yang airnya semakin berkurang, adakah kebahagiaan di sana?
dà zhòng
大 眾
Marilah kita semua
dāng qín jīng jìn rú jiù tóu rán
當 勤 精 進,如 救 頭 燃,
giat berusaha melatih diri, seperti memadamkan api di kepala,
dàn niàn wú cháng shèn wù fàng yì
但 念 無 常, 慎 勿 放 逸。
renungkanlah ketidakkekalan, maka itu janganlah malas melatih diri.
Penjelasan :
“Hari berlalu usia pun berkurang”, maksudnya adalah sehari sudah berlalu, usia kita juga sudah berkurang sehari.
“Ibarat ikan di kolam yang airnya semakin berkurang”, air merupakan sumber kehidupan bagi ikan. Dengan adanya air barulah ikan dapat mempertahankan hidupnya; andaikata airnya mengering, ikan pun jadi mati. Hadirin sekalian cobalah pikirkan, ikan yang berada di kolam yang airnya makin dangkal, apakah ikan tersebut masih dapat bertahan hidup? Demikian pula dengan manusia, usia kita makin berkurang, juga seperti ikan yang berada di kolam tersebut, airnya perlahan semakin berkurang.
“Adakah kebahagiaan di sana?”, bila terpikir sampai di sini, dalam kehidupan manusia, adakah sesuatu yang pantas digembirakan? Mengapa kita tidak bersungguh-sungguh membangkitkan Bodhicitta, merasa pedih pada kelahiran dan kematian? Tetapi kita masih saja merasa bahwa dunia ini pantas didambakan, segala kenikmatan dan kesenangan, semua panorama masih dianggap indah.
Andaikata anda dapat merenungkan bahwa kehidupan manusia adalah bagaikan ikan di kolam yang airnya hari demi hari makin berkurang, jadi adakah sesuatu yang pantas digembirakan? Masih adakah hal yang patut didambakan lagi? Adakah lagi yang pantas membuat anda begitu serakah? Adakah lagi sesuatu yang pantas membuat anda tidak sanggup mengikhlaskannya? Adakah lagi hal yang dapat membuat anda tidak sanggup melepaskan kemelekatan?
Oleh karena itu maka dikatakan : “Marilah kita semua! Giat melatih diri”, semua makhluk seharusnya selekasnya melatih diri dengan tekun, jangan sampai menyia-nyiakan waktu, jangan mengulur waktu lagi. Seharusnya senantiasa mengingat kata “Mati”, di dunia ini tidak ada yang pantas didambakan.
“Seperti memadamkan api di kepala”, harus memperlakukan melatih diri itu seperti ada orang yang hendak memenggal kepala anda, kita harus memikirkan upaya untuk melindungi kepala sendiri, ini amat penting, bila sebaliknya tidak dilindungi, maka orang itu akan segera datang memenggal kepalamu; di sini juga boleh dijelaskan sebagai kepala yang dibakar oleh api, maka itu harus memikirkan segala upaya untuk segera memadamkan api dan tidak membiarkannya berlarut-larut.
Anda seharusnya senantiasa mengingat kata “Mati”, andaikata anda tidak pernah melupakan kata “Mati”, bagaimana mungkin anda masih punya waktu bertamasya di dunia ini? Mencari kesenangan duniawi? Pergi makan-makan dan minum-minum atau kegiatan yang tidak bermanfaat lainnya? Anda harus selalu ingat kata “Mati”, barulah giat melatih diri.
“Renungkanlah ketidakkekalan”, anda seharusnya setiap hari takkan pernah melupakan bahwa setan ketidakkekalan dapat hadir sewaktu-waktu untuk mengundang tamunya.
“Maka itu janganlah malas melatih diri”. Janganlah selalu berkhayal menikmati kemudahan dan kenyamanan, pikiran penuh dengan nafsu, rakus pada makanan lezat, bersaing dan berebutan dengan orang lain, memikirkan pembunuhan, memikirkan niat mencuri dan minum arak.
Mengapa bisa ada begitu banyak khayalan? Oleh karena anda lupa pada kata “Mati”, anda sudah lupa bahwa kelak akan mati. Sehingga melewati hari demi hari dengan tanpa tujuan, ketika usia senja tiba, juga mati tanpa tujuan.
Setelah mati ke mana perginya asmara anda? Cinta anda juga tidak tampak lagi; anda suka makanan lezat, juga tidak bisa makan lagi; anda suka bertamasya dan main-main, juga tidak bisa melakukannya lagi, maka itu jangan malas, harus serius melatih diri.
Inilah alasan mengapa Bodhisattva Samantabhadra mengikrarkan sepuluh tekadNya, oleh karena melihat semua makhluk belum terbebas dari roda samsara; meskipun Beliau telah mencapai pencerahan, namun juga tidak tega melihat anda dan saya serta semua makhluk hanyut dalam buaian dan tidak mau sadar juga, sehingga Beliau menginginkan kita tercerahkan, menghendaki agar kita selekasnya membangkitkan niat melatih diri, maka itu jangan malas sehingga melewatkan waktu dengan sia-sia.
Dipetik dari Ceramah Master Hsuan Hua
Tanggal : 26 Juni 1988
Bertempat di Vihara Jin Lun, Los Angeles, Amerika Serikat.
普賢菩薩警眾偈
是日已過,命亦隨減,如少水魚,斯有何樂?
大眾!當勤精進,如救頭然,但念無常,慎勿放逸!
「是日已過,命亦隨減」,就是說這一天已經過去了,我們生命的力量就減少一天,生命的時間減少一天。
「如少水魚」,魚以水為牠的生命。有水魚就有命:水若乾了,魚就會死了。各位想一想,魚在水裏,水漸漸沒有了,那魚還會活著嗎?人也是這樣子,我們生命減少了,也就好像魚在水裏,水漸漸少了一樣。
「斯有何樂?」想到這地方,我們人生究竟有什麼值得快樂?我們怎可不真正發菩提心、不真正痛念生死?但就因為我們還覺這世界是很值得留戀,一切的享受,一切的環境,都覺非常好。如果你能覺得人如魚在水中,水一天比一天少,那究竟有什麼樂趣呢?有什麼值你留戀?有什麼值得你那麼貪著?有什麼值得你放不下?有什麼值得你那執著?因為這個,故說:「大眾!當勤精進」,一切眾生應該要趕快修行用功,不要把光陰都空過了,不要再等了。應該時時刻刻把「死」字掛到眉梢上,不要在這世界貪玩耍了。
「如救頭然」,要把修行當做有人要把我的頭割去,我們要想法子來保護頭那麼要緊,如果不保護,就有人要來割去此頭;這裏也可以解釋是被火燒著了,一定要想法子刻不容緩熄滅這火。
你應該時時把「死」字掛到自己眉毛梢上,睜眼也看見這「死」字,閉眼也看見這「死」字,睡覺也看見自己眉毛梢上掛著「死」字,作夢時也看見「死」字當頭。你要是時時不忘生死,你怎麼還有時間去旅行?去找娛樂?去做吃喝等不正當的行為?
你要真能把「死」字記得,你就應該修行。
「但念無常」,你應當天天不忘記無常鬼不知什麼時候來請客。
「慎勿放逸」,你不要那麼圖安逸、圖假的快樂,打婬欲的妄想、打吃的妄想、打貪的妄想、打爭的妄想、打殺的妄想、打偷盜的妄想、打飲酒的妄想;為什麼你打這麼多妄想?因為你把「死」忘了,你不覺得將來會死。所以在生時,糊裏糊塗活著,等到老時,又糊裏糊塗死了;死的時候,你的愛情跑到什麼地方?你的愛也找不著了,你的情也看不見了;你的貪吃,也吃不下去了;你的貪玩,也沒有什麼好玩的,所以不要懈怠,不要放逸,要認真、腳踏實地去修行。
這是普賢菩薩發十大願王的原因,因為他知道一切眾生的生死未了;他雖然覺悟,他也不忍看你我現在一切眾生這麼沉迷不悟、醉生夢死,所以他間接地要我們覺悟,要我們也趕快發修道的心,所以不要躲懶偷安,把光陰都空過了。
文摘恭錄 :
慎勿放逸要精進
◎宣公上人一九八八年六月二十六日於金輪寺
Sumber : Mitra Sejati