Sabtu, 09 Mei 2015

BELAJARLAH UNTUK MELIHAT KEBAIKAN SESEORANG DARIPADA MENILAI KEBURUKANNYA.

Sebuah cerita tahun 1930an..
Suatu hari, seorang bocah laki-laki berumur 10 tahun mendatangi kedai kopi sebuah hotel dan duduk di satu meja.

Seorang pelayan menaruh segelas air di depannya.

"Berapa harga es krim sundae?" tanya bocah itu.
"50 sen," jawab si pelayan.
Bocah itu mengeluarkan kepingan uang dari kantong celananya dan menghitungnya.
"Hmmm... Kalau es krim yang biasa berapa?" tanyanya lagi.

Saat itu, sudah banyak pelanggan yang menunggu untuk dilayani. Dan si pelayan menjadi tidak sabar.
"35 sen," jawabnya dengan kasar.

Bocah itu menghitung uangnya sekali lagi dengan hati-hati.
"Aku pesan yang biasa saja," lanjutnya.

Tak lama kemudian, si pelayan membawa pesanan bocah itu dan menaruh bonnya di meja, lalu dia pergi.

Setelah menghabiskan es krimnya, ia membayar ke kasir dan pergi.

Ketika si pelayan hendak membersihkan meja yang tadi dipakai bocah itu, ia kaget dan menangis haru. Di samping piring tempat es krim terdapat dua koin bernilai 5 sen dan lima koin bernilai 1 sen untuk tipsnya.

Inilah alasannya bocah tadi tidak jadi memesan es krim sundae karena ia ingin memberikan uang tips yang layak kepada si pelayan.

Bukankah kita sering kali bersikap seperti pelayan tadi? Selalu cepat menghakimi orang lain. Selalu melihat suatu keadaan atau kejadian dari satu sisi saja.

Sesuatu yang tampak tidak baik di satu sisi belum tentu tidak baik juga di sisi yang lain.

Seperti pada cerita di atas, tindakan si bocah yang membuat si pelayan jengkel ternyata berujung pada maksud dan niat yang baik.

Dan, sayangnya, si pelayan terlambat menyadarinya. Nah, sebelum kita mengalami hal yang sama seperti pelayan tadi, mari belajar untuk memahami suatu kejadian atau seseorang dari berbagai sisi, sehingga kita bisa mengambil tindakan atau mengeluarkan perkataan yang tidak akan kita sesali di kemudian hari.

Belajarlah melihat kebaikan seseorang, lebih daripada menilai keburukannya..