Kamis, 06 Maret 2014

Tingkat Kesucian

Ada 4 macam tingkat kesucian : 

1. Sotapanna (pemasuk arus) : hanya akan ada maksimum 7 kelahiran lagi baginya dan tidak akan lahir ke alam rendah. Mereka disebut pemasuk arus / pemenang arus, karena ia telah memasuki arus yang menuju ke Nibbana. Mereka telah mematahkan 3 belenggu pertama; sakkaya-ditthi, vicikiccha, dan silabataparamasa.
Sotapatti adalah tingkat kesuciannya, orangnya disebut sotapanna.

2. Sakadagami (hanya akan ada 1 kelahiran lagi baginya sebagai manusia).  Mereka telah mematahkan 3 belenggu pertama, dan melemahkan belenggu ke 4 dan ke 5.

3. Anagami (tidak akan lahir kembali menjadi manusia, tetapi di alam Suddhavasa). Mereka telah mematahkan 5 belenggu pertama.

4. Arahat (tiada kelahiran lagi baginya di manapun juga). Mereka telah mematahkan semua belenggu di atas.

Empat tingkatan kesucian :
1. Sotapanna (Pemenang arus/7 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian pertama ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbata Paramasa)

2. Sakadagami (1 kali kembali ke alam manusia), Jika hendak mencapai tingkat kesucian kedua ini harus menghapus :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa) Memperlemah
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

3. Anagami (Mahluk suci yang tidak kembali lagi), harus menghapuskan :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)

4. Arahat (Seorang yang telah mencapai Nibbana), menghapus 10 Belenggu, yaitu :
a. Kepercayaan akan adanya jiwa yang kekal (Sakkayaditthi)
b. Keragu-raguan (Vicikiccha)
c. Kemelekatan pada ritual dan upacara (Silabbataparamasa)
d. Nafsu indera (Kamaraga)
e. Kebencian (Patigha)
f. Kemelekatan

Ada 10 belenggu (dasa samyojana) :
1. Pandangan sesat tentang adanya pribadi, jiwa atau aku yang kekal (sakkaya-ditthi).
2. Keragu-raguan yang skeptis pada Buddha, Dhamma, Sangha, dan tentang kehidupan lampau dan kehidupan yang akan datang, juga tentang hukum sebab akibat (vicikicchā).
3. Kemelekatan pada suatu kepercayaan bahwa hanya dengan melaksanakan aturan-aturan dan upacara keagamaan seseorang dapat mencapai kebebasan (silabbata-parāmāsa).
4. Nafsu indriya (kāma-rāga).
5. Dendam atau dengki (vyāpāda).
6. Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam bentuk (rūpa-rāga).
Alam bentuk (rūpa-rāga) dicapai oleh seseorang apabila ia meninggal sewaktu dalam keadaan samadhi dan telah mencapai Jhāna I, Jhāna II, Jhāna III atau Jhāna IV.
7. Kemelekatan atau kehausan untuk terlahir di alam tanpa bentuk (arūpa-rāga). Alam tanpa bentuk (arūpa-rāga) dicapai oleh seseorang apabila ia meninggal sewaktu dalam keadaan samadhi dan telah mencapai Arūpa Jhāna I, Arūpa Jhāna II, Arūpa Jhāna III atau Arūpa Jhāna IV.
8. Perasaan untuk membandingkan diri sendiri dengan orang lain (māna).
9. Kegelisahan (uddhacca). Suatu kondisi batin yang haus sekali karena yang bersangkutan belum mencapai tingkat kebebasan sempurna (arahat).
10. Kebodohan atau ketidak-tahuan (avijjā).

Perenungan 32 unsur tubuh (dvatimsakara) terdiri dari 20 jenis padat dan 12 jenis cair, terbagi menjadi 6 kelompok:
1. rambut kepala, bulu badan, kuku, gigi, dan kulit
2. daging, otot-otot, tulang-tulang, sumsum, dan ginjal
3. jantung, hati, selaput paru-paru, limpa, dan paru-paru 4. usus, isi perut, lambung, tinja, dan otak
5. empedu, lendir, nanah, darah, keringat, dan lemak
6. air mata, minyak, ludah, ingus, pelumas sendi, dan air seni.

Debat Ajaran Sang Buddha

Buddha diam saja walaupun jelas-jelas keduanya yang berdebat tentang ajaran Beliau berada persis di belakang rombongan tersebut. Ketika Buddha mengetahui pembicaraan tersebut, Beliau berkata : “Para bhikkhu, jika seseorang menghina – Ku, Dhamma (ajaran Buddha), atau Sangha (perkumpulan para bhikkhu), kalian tidak boleh marah, tersinggung, atau terganggu akan hal itu. Jika kalian marah atau tidak senang akan penghinaan itu, maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Karena jika orang lain menghina – Ku, Dhamma atau Sangha, dan kalian marah atau tidak senang, dapatkah kalian mengetahui apakah yang mereka katakan itu benar atau salah ?” “Tidak, Bhagava” jawab para bhikkhu.
“Jika orang lain menghina – Ku, Dhamma atau Sangha maka kalian harus menjelaskan apa yang tidak benar sebagai tidak benar, dengan mengatakan : ‘Itu tidak benar, itu salah, itu bukan jalan kami, itu tidak ada pada kami’” “Jika orang lain memuji – Ku, Dhamma atau Sangha, kalian tidak boleh gembira, bahagia atau senang akan hal itu. Jika kalian gembira, bahagia, atau senang akan pujian itu maka itu akan menjadi rintangan bagi kalian. Jika orang lain memuji – Ku, Dhamma atau Sangha, kalian harus mengakui kebenaran sebagai kebenaran, dengan mengatakan : ‘Itu benar, itu tepat sekali, itu adalah jalan kami, itu ada pada kami” Brahmajala Sutta

Dengan demikian, Buddha mengajarkan agar para pengikut – Nya tidak terbawa emosi positif atau negatif saat seseorang memuji ataupun merendahkan ajaran Beliau, melainkan menjelaskan mana yang benar dan mana yang tidak benar atas pandangan terhadap ajaran Buddha tersebut sehingga dapat membebaskan agama Buddha dari pandangan salah orang-orang yang tidak tahu atas ajaran – Nya.

Rabu, 05 Maret 2014

Seminar


Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta.Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata dan mulai memberikan balon kepada masing-masing peserta.Dan kepada mereka masing-masing diminta untuk menulis namanya di balon tsb dengan menggunakan spidol. Kemudian semua balon dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam ruangan lain.

Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu dan diminta untuk menemukan balon yang telah tertulis nama mereka, dan diberi waktu hanya 5 menit. Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan.Waktu 5 menit sudah usai,tidak ada seorangpun yang bisa menemukan balon mereka sendiri.Sekarang masing-masing diminta untuk secara acak mengambil sembarang balon dan memberikannya kepada orang yang namanya tertulis di atasnya.Dalam beberapa menit semua orang punya balon mereka sendiri.

Akhirnya sang Motivator berkata : Kejadian yg baru terjadi ini mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari.Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, (mirip dengan mencari balon mereka sendiri) dan banyak yang gagal.Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka memberikan kebahagiaan kepada orang lain (memberikan balon kepada pemiliknya).

Kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan orang lain. Beri kebahagiaan kepada orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan anda sendiri.So kita tidak pernah akan tahu bagaimana rasanya bahagia ketika kita tidak pernah membahagiakan org lain...?

Sayuran Pencegahan anti Kanker

Dr, Yu Zongxian menekankan, jikalau setiap orang yang menerima berita ini, dapat lanjutkan kpd 10 orang lain, setidaknya satu nyawa akan terselamatkan ...
我已經做了我的部分了,希望你也能幫忙做了你的部分。感謝!
Institut Pencegahan Kanker mengumumkan Ranking sayuran anti kanker :
01: Ubi jalar dimasak 98.7%
02: Ubi jalar mentah. 94.4%
03: Asparagus. 93.9 %
04: Broccoli, 92.8%
05: Kubis.cabbage. 91.4%
06: Kembang kol. 90.8%
07: Seledri. 83.7%
08: Terong. 74.0%
09: Paprica. 55.5%
10: Wortel. 46.5%
11: Golden cauliflower 37.6%
12: Capsella/shepherd's purse 35,4%
13: Kol/Kohlrabi. 34.7%
14: Mustard. 32.9%
15: Brassica juncea. 29.8%
16: Tomat. 23.8%
Tips hangat : Semua kentang mgandung kolagen, terutama ubi jalar kuning paling banyak, sedangkan bahan antikanker paling banyak adalah ubi jalar ungu, serta juice lemon hangat tanpa gula. Temuan resep baru dari negeri china.
Bagi yg berpenyakit diabetes gak usah susah berobat ke dokter lagi. Cukup dg memblender 12 batang kacang panjang di campur 1 buah tomat merah. Minum dihabiskan langsung. bikin 2x sehari. TSilakan cek kadar gulanya esok hari. Dijamin langsung turun kadar gulanya. Sudah banyak yg membuktikan mujarab tanpa pantangan makan lagi. Bantu kirim brita ini ke semua kontak . Bantu mereka yg sakit diabetes agar sembuh !!

Hotel


Seorang perempuan cantik nginap semalam di hotel bintang *5.
Ketika check-out, kaget melihat total bill (tagihan) hotel sebesar Rp 7 Jt.
Dia protes ke Manager Hotel.

Wanita :
"Saya cuma tidur 1 malam masak hrs bayar Rp7jt, mana perinciannya?"

Manager :
"Harga itu termasuk Spa, Kolam Renang, Gym, Lap Tennis, WiFi dll.."

Wanita :
"Sama sekali saya tidak menggunakan, kenapa harus bayar ?"

Manager :
"Kami sudah menyediakan, kenapa tidak pergunakannya."

Merasa ada yang tidak beres, wanita itu tidak mau berdebat, dia mengeluarkan uang Rp.1 Jt dan meletakkan dimeja manager hotel,
seraya berkata :
“Saya cuma bayar Rp.1 Jt, yang Rp 6 jt adalah ongkos bercinta semalam dgn saya.”

Manager hotel dengan terbata-bata menjawab :
“Lho Saya… Saya kan tdk bercinta dgn Anda."

Wanita :
“Saya sudah menyediakan diri, salah sendiri kenapa tidak menggunakannya ?!”.

Haha....

Rabu, 19 Februari 2014

Obat Penyakit Kulit Pigmen

By JRP:
Menolong sesama
Murahkan hati anda untuk membagikan info ini buat orang yang membutuhkan.

Bila anda atau teman anda mengalami penyakit kulit seperti kekurangan pigmen (kata org awam) dimana terlihat seperti bercak-bercak putih yang kian hari kian melebar keseluruh tubuh.

Sejauh ini belum ada obat modern yang sanggup menyembuhkannya.

Jangan sedih, ada solusinya...Yaitu ramuan tradisional murah meriah, dapat diolah sendiri dan pasti sembuh, sudah diuji coba banyak orang.

Resep:
2 ons tembakau kwalitas bagus.

2 ons belerang di hancurkan lalu disaring sampai sehalus-halusnya.

2 ons kepala kunyit di parut halus.

Minyak makan secukupnya untuk melembabkan bahan-bahan diatas.

Cara olah:
Campurkan semua bahan-bahan kedalam wadah kaca tahan panas, aduk rata dan dimasak sampai hangat.

Cuci beberapa helai bulu ayam, lap/keringkan bersih, digunakan untuk mengambil cairan masakan tadi untuk dioles merata ke seluruh kulit yang berbercak putih.

Adonan tembakau ini jangan dibuang,dapat digunakan kembali setelah dihangatkan.

Lakukan setiap hari dengan rutin sampai sembuh. 啊弥陀佛

Kamis, 13 Februari 2014

Renungan Sikap Pada Pasangan Anda



Belajarlah hidup dengan motivasi
Maka kita belajar percaya diri.

Belajarlah untuk menghargai orang lain,
Maka kita belajar menemukan cinta di dunia ini .

Hidup ini bukanlah untuk menjadi orang yang patah hati...

Namun menjadi orang yang dapat menyenangkan hati..

Jika dia memang jodohmu dekatkanlah disisimu.........

Namun jika dia bukan jodohmu...
  biarkanlah dia disisinya......

Tinggalkanlah apa yang tak pantas
   kamu pertahankan........

Terlalu sia sia jika waktumu hanya
 dihabiskan untuk bertahan dalam kesedihan............


Hidup ini tidak pernah mudah bagi siapa pun tetapi akan terasa berkah bagi jiwa yang ikhlas dan tahu bersyukur.

Jika pacar kamu pergi ke surga
kejarlah dengan pahala
Jika pacar kamu pergi ke laut
kejarlah dengan perahu
Dan jika pacar kamu pergi ke pelukan orang lain,
kejarlah dengan membawa kayu
pukul aja langsung
Dasar tukang selingkuh
.  
                  \=))_   
     Ђåђåђα ((  Ђåђåђα​
                <,'\/ ψåKåKåKå
Gak boleh banyak komen nikmati aja =))=))=))

Kasih dapat menutup luka hati.
Kasih mampu menghilangkan noda² yang tidak kita inginkan di dalam kehidupan yang kita jalani.
. =)) .....b'tulll
. ...B'tuưưuLL
☁( \......bTuuuLL

Selasa, 11 Februari 2014

Alam Semesta Dalam Buddhisme


Para ilmuwan dewasa ini menyatakan bahwa alam semesta merupakan serangkaian pengembangan, penciutan, pengerutan dan penghancuran berupa ledakan besar (Big Bang) yang berlangsung secara terus menerus tanpa akhir).

Sang Buddha telah mengajarkan hal yang sama 2500 tahun yang lalu, berikut adalah apa yang beliau ungkapkan di dalam Bhayaberava Sutta:

" Ketika pikiranku yang terkonsentrasi dengan demikian termurnikan, tidak tercela, mengatasi semua kekotoran, dapat diarahkan, mudah diarahkan, serta tenang, Aku memusatkannya pada kelahiran-kelahiran yang lampau, satu, dua, ...ratusan, ribuan, banyak kalpa dari penyusutan dunia, banyak kalpa pengembangan dan penyusutan dunia".
1 kalpa yg lazim dipakai adalah 139.600.000 tahun.

Alam Semesta

Menurut pandangan Buddhis, alam semesta ini luas sekali. Dalam alam semesta terdapat banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung.

Hal ini diterangkan oleh Sang Buddha sebagai jawaban atas pertanyaan bhikkhu Ananda dalam Anguttara Nikaya sebagai berikut :

Ananda apakah kau pernah mendengar tentang seribu Culanika loka dhatu (tata surya kecil) ? ....... Ananda, sejauh matahari dan bulan berotasi pada garis orbitnya, dan sejauh pancaran sinar matahari dan bulan di angkasa, sejauh itulah luas seribu tata surya. Di dalam seribu tata surya terdapat seribu matahari, seribu bulan, seribu Sineru, seribu jambudipa, seribu Aparayojana, seribu Uttarakuru, seribu Pubbavidehana ....... Inilah, Ananda, yang dinamakan seribu tata surya kecil (sahassi culanika lokadhatu).

*Ananda, seribu kali sahassi culanika lokadhatu dinamakan "Dvisahassi majjhimanika lokadhatu".

Ananda, seribu kali Dvisahassi majjhimanika lokadhatu dinamakan "Tisahassi Mahasahassi Lokadhatu".

Ananda, bilamana Sang Tathagata mau, maka ia dapat memperdengarkan suara-Nya sampai terdengar di Tisahassi mahasahassi lokadhatu, ataupun melebihi itu lagi.

Sesuai dengan kutipan di atas dalam sebuah Dvisahassi Majjhimanika lokadhatu terdapat 1.000 x 1.000 = 1.000.000 tata surya.
Sedangkan dalam Tisahassi Mahasahassi lokadhatu terdapat 1.000.000 x 1.000 = 1.000.000.000 tata surya.
Alam semesta bukan hanya terbatas pada satu milyard tata surya saja, tetapi masih melampauinya lagi. Ajaran ini benar-benar sesuai dengan kosmologi modern.

Buddha juga telah mengajarkan aneka bentuk galaksi yang ada di alam semesta ini sebagaimana yang ada pada Avatamsaka Sutra bab 4:
" Putra-putra Buddha, sistem-sistem dunia tersebut memiliki aneka bentuk dan sifat-sifat yang berbeda. Jelasnya, beberapa diantaranya bulat bentuknya, beberapa diantaranya tidak bulat dan tidak pula segi empat. Ada perbedaan yang tak terhitung. Beberapa bentuknya seperti pusaran, beberapa seperti gunung kilatan cahaya, beberapa seperti pohon, beberapa seperti bunga, beberapa seperti istana, beberapa seperti makhluk hidup, beberapa seperti Buddha..."Galaksi yang berbentuk seperti pusaran termasuk galaksi kita sendiri, bima sakti, dan galaksi terdekat yaitu Andromeda. Galaksi yang berbentuk seperti makhluk hidup termasuk di antaranya galaksi Nebula Kepala Kuda (horse head nebula). Hal yg paling mengagumkan adalah Sang Buddha telah mengetahui berbagai bentuk galaksi yang keberadaan galaksi-galaksi tersebut baru bisa diketahui para ilmuwan dewasa ini dengan teleskop yang paling canggih.

Sebuah bait dari Salistamba Sutra ayat 37 : "Lebih jauh lagi Sariputra, hal tersebut bagaikan rembulan pada langit yang indah, yang berjarak 42.000 yojana dari bumi".

Yojana merupakan jarak yang ditempuh oleh pasukan berkuda dalam waktu sehari(kurang lebih 10km). Dengan demikian 42.000 yojana = 420.000 km. Hal ini sangat dekat jaraknya dengan penghitungan sains yang mengatakan jarak bumi ke bulan adalah kurang lebih 400.000 km. Akurasi dalam penghitungan jarak bumi ke bulan bisa dianggap luar biasa untuk zaman 2500 tahun yang lalu.

Buddha menyatakan bahwa terjadi empat fase dalam kehidupan suatu sistem dunia yaitu fase kekosongan, fase pembentukan, kediaman, dan kehancuran. Masing-masing fase tersebut memakan waktu yang sangat lama, dimana di dalam bahasa Buddhis disebut memakan waktu 20 kalpa menengah. Menurut Buddhisme, pembentukan planet bumi memerlukan 20 kalpa menengah, dimana satu kalpa memakan waktu 139.600.000 tahun.

Berdasarkan rujukan ini, maka masa pembentukan planet bumi (fase pembentukan) memerlukan waktu 2.780.000.000 tahun atau hampir 3 milyar tahun lamanya. Intinya, menurut Buddhisme, pembentukan planet bumi ini memerlukan waktu milyaran tahun, bukan enam hari atau enam ribu tahun. Para ahli astrofisika dan ahli geologi setuju bahwa umur bumi bukan ribuan tahun melainkan sudah milyaran tahun.2,78 milyar tahun belum termasuk fase kediaman (adanya makhluk yg berdiam). Fase kediaman menurut Buddhisme, sudah memasuki pertengahan kalpa ke 11.

Bila digabungkan dengan fase pembentukan, maka total umur bumi menurut Buddhisme adalah 4.38 milyar tahun (2.78 milyar +(11.5 x 139.600.000)). Adapun menurut estimasi ahli geologi, umur bumi adalah sekitar 4.55 milyar tahun. Kedekatan kedua angka tersebut benar-benar telah mencengangkan banyak orang.

Awal Kehidupan di Muka Bumi

Sudah semenjak zaman dahulu kala, manusia telah berusaha untuk mengetahui asal usulnya. Rasa ingin tahu inilah yang kemudian mendorong mereka untuk menciptakan aneka mitos mengenai penciptaan alam semesta ini. untuk memuaskan rasa ingin tahunya mereka mengarang aneka dongeng. Sayang sekali bahwa ternyata tidak ada satupun dongeng tersebut yang benar.

Berikut adalah sabda Sang Buddha yang ada di Aganna Sutta yang merupakan sutra ke 27 dari Digha Nikaya:
"Pada waktu itu semuanya merupakan suatu dunia yang terdiri dari air, gelap gulita. Tidak ada matahari atau bulan yang nampak, tidak ada bintang-bintang dan konstelasi-konstelasi yang kelihatan, siang maupun malam belum ada, bulan maupun pertengahan bulan belum ada, tahun-tahun maupun musim-musim belum ada, laki-laki maupun wanita belum ada. Makhluk-makhluk hanya dikenal sebagai makhluk-makhluk saja.."
Sang Buddha telah mengatakan bahwa kehidupan berawal dari air. pernyataan ini tidak bertentangan dengan sains yang mengatakan bahwa bumi pada awalnya berbentuk cair.

Pada saat bumi baru terbentuk, masih terdapat kabut yang disebabkan oleh proses pendinginan bumi. oleh karena itu adanya kabut tebal tersebut, maka matahari dan bintang belum tampak, belum tampak disini bukan berarti belum ada. Hal ini tidak bertentangan dengan sains yang mengatakan bahwa matahari lebih tua dari pada bumi. Demikian juga dengan pernyataan Buddha bahwa makhluk-makhluk yang pertama tidak berjenis kelamin.

Kalau kita mempertimbangkan kondisi masyarakat pada ribuan tahun yang lalu yang masih terbelenggu oleh dongeng dan mitos, maka ajaran Buddha terlihat sudah sangat jauh ke depan.Sang Buddha bukanlah seorang ilmuwan, Buddha menggunakan metoda intuisi dan penembusan langsung untuk memahami corak fenomena dengan kekuatan batin, lain halnya dengan pendekatan ilmiah yang memerlukan perangkat lunak dan keras dalam mencapai suatu kesimpulan.

Tak TerhinggaAgama Buddha juga mengemukakan tentang ketidakterbatasan waktu, berikut adalah kutipan dari pertanyaan seorang Buddhis kepada Sang Buddha di dalam Samyuta Nikaya XV:5:
"Dapatkah ia dilukiskan, O, Bhagavat (Sang Buddha), dengan sebuah perumpamaan?"
"Bisa, wahai Saudara," demikianlah yang dikatakan Bhagavat, 'bayangkanlah sebuah gunung karang curam, yang panjang, lebar, dan tingginya, masing-masing satu yojana, tanpa sedikitpun retakan, tidak berongga, suatu massa batu yang padat, dan seseorang akan datang pada akhir tiap abad, dan dengan sutera halus Kasi menggosok gunung batu tersebut aus seluruhnya, atau habis seluruhnya, masih lebih lama satu kalpa. Demikianlah lamanya satu kalpa...demikianlah banyak kalpa telah berlalu, banyak ratusan kalpa, banyak ribuan kalpa, banyak ratusan ribu kalpa telah berlalu...Bagaimana ini? Tak terhitunglah awal mula itu, wahai Saudara,...Waktu yang paling awal tidak dapat diketahui keberadaannya...."
Menurut Buddhisme, fenomena tidak lahir secara spontan, melainkan melalui proses penyatuan dan penggabungan aneka sebab-musabab dan kondisi-kondisi tertentu.

Dalam Avatamsaka Sutra bab 37 tertera:
"Sebagaimana dengan miliaran planet, alam semesta tidaklah terbentuk hanya karena satu kondisi saja, tidak oleh satu fenomena saja, alam semesta hanya dapat terbentuk oleh aneka sebab-musabab dan kondisi-kondisi yang tak terhitung.

Kiamat

Pada suatu ketika bumi kita ini akan hancur lebur dan tidak ada. Tapi hancur leburnya bumi kita ini atau kiamat bukanlah merupakan akhir dari kehidupan kita. Karena di alam semesta ini tetap berlangsung pula evolusi terjadinya bumi. Lagi pula, bumi kehidupan manusia bukan hanya bumi kita ini saja tetapi ada banyak bumi lain yang terdapat dalam tata surya - tata surya yang tersebar di alam semesta ini.

Kiamat atau hancur leburnya bumi kita ini menurut Anguttara Nikaya, Sattakanipata diakibatkan oleh terjadinya musim kemarau yang lama sekali. Selanjutnya dengan berlangsungnya musim kemarau yang panjang ini muncullah matahari yang kedua, lalu dengan berselangnya suatu masa yang lama matahari ketiga muncul, matahari keempat, matahari kelima, matahari keenam dan akhirnya muncul matahari ketujuh. Pada waktu matahari ketujuh muncul, bumi kita terbakar hingga menjadi debu dan lenyap bertebaran di alam semesta.

Pemunculan matahari kedua, ketiga dan lain-lain bukan berarti matahari-matahari itu tiba-tiba terjadi dan muncul di angkasa, tetapi matahari-matahari tersebut telah ada di alam semesta kita ini. Dalam setiap tata surya terdapat matahari pula.

Menurut ilmu pengetahuan bahwa setiap planet, tata surya, dan galaxi beredar menurut garis orbitnya masing-masing. Tetapi kita sadari pula, karena banyaknya tata surya di alam semesta kita ini, maka pada suatu masa garis edar tata surya kita akan bersilangan dengan garis orbit tata surya lain, sehingga setelah masa yang lama ada tata surya yang lain lagi yang bersilangan orbitnya dengan tata surya kita. Akhirnya tata surya ketujuh menyilangi garis orbit tata surya kita, sehingga tujuh buah matahari menyinari bumi kita ini. Baiklah kita ikuti uraian tentang kiamat yang dikhotbahkan oleh Sang Buddha kepada para bhikkhu:Bhikkhu, akan tiba suatu masa setelah bertahun-tahun, ratusan tahun, ribuan tahun, atau ratusan ribu tahun, tidak ada hujan. Ketika tidak ada hujan, maka semua bibit tanaman seperti bibit sayuran, pohon penghasil obat-obatan, pohon-pohon palem dan pohon-pohon besar di hutan menjadi layu, kering dan mati .....Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kedua muncul. Ketika matahari kedua muncul, maka semua sungai kecil dan danau kecil surut, kering dan tiada .....Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yanglama, matahari ketiga muncul. Ketika matahari ketiga muncul, maka semua sungai besar, yaitu sungai Gangga, Yamuna, Aciravati, Sarabhu dan Mahi surut, kering dan tiada .....Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keempat muncul. Ketika matahari keempat muncul, maka semua danau besar tempat bermuaranya sungai-sungai besar, yaitu danau Anotatta, Sihapapata, Rathakara, Kannamunda, Kunala, Chaddanta, dan Mandakini surut, kering dan tiada .....Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari kelima muncul. Ketika matahari kelima muncul, maka air maha samudra surut 100 yojana*, lalu surut 200 yojana, 300 yojana, 400 yojana, 500 yojana, 600 yojana dan surut 700 yojana. Air maha samudra tersisa sedalam tujuh pohon palem, enam, lima, empat, tiga, dua pohon palem, dan hanya sedalam sebatang pohon palem. Selanjutnya, air maha samudra tersisa sedalam tinggi tujuh orang, enam, lima, empat, tiga, dua dan hanya sedalam tinggi seorang saja, lalu dalam airnya setinggi pinggang, setinggi lutut, hingga airnya surut sampai sedalam tinggi mata kaki.

Para bhikkhu, bagaikan di musim rontok, ketika terjadi hujan dengan tetes air hujan yang besar, mengakibatkan ada lumpur di bekas tapak-tapak kaki sapi, demikianlah dimana-mana air yang tersisa dari maha samudra hanya bagaikan lumpur yang ada di bekas tapak-tapak kaki sapi.

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari keenam muncul. Ketika matahari keenam muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung, mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap. Para bhikkhu, bagaikan tungku pembakaran periuk yang mengeluarkan, memuntahkan dan menyemburkan asap, begitulah yang terjadi dengan bumi ini.

Demikianlah, para bhikkhu, semua bentuk (sangkhara) apa pun adalah tidak kekal, tidak abadi atau tidak tetap. Janganlah kamu merasa puas dengan semua bentuk itu, itu menjijikkan, bebaskanlah diri kamu dari semua hal.

Para bhikkhu, selanjutnya akan tiba suatu masa, suatu waktu di akhir masa yang lama, matahari ketujuh muncul. Ketika matahari ketujuh muncul, maka bumi ini dengan gunung Sineru sebagai raja gunung-gunung terbakar, menyala berkobar-kobar, dan menjadi seperti bola api yang berpijar. Cahaya nyala kebakaran sampai terlihat di alam Brahma, demikian pula dengan debu asap dari bumi dengan gunung Sineru tertiup angin sampai ke alam Brahma.

Bagian-bagian dari puncak gunung Sineru setinggi 1, 2, 3, 4, 5 ratus yojana terbakar dan menyala ditaklukkan oleh amukan nyala yang berkobar-kobar, hancur lebur. Disebabkan oleh nyala yang berkobar-kobar bumi dengan gunung Sineru hangus total tanpa ada bara maupun abu yang tersisa. Bagaikan mentega atau minyak yang terbakar hangus tanpa sisa. Demikian pula bumi maupun debu tidak tersisa sama sekali.


Sabbe satta bhavathu sukhitatta
Semoga semua makhluk hidup berbahagia.

Senin, 10 Februari 2014

Filsuf

Suatu hari, seseorang yang baru dikhianati sahabatnya bersedih di taman, saat itu datang seorang ahli filsafat bertanya padanya...

"Mengapa kamu bersedih???

" Orang itu menjawab,
"Aku sangat sedih,mengapa dia mengkhianatiku??!!!!!!

" Lalu sang filsuf itu tertawa sambil berkata:
"Kamu bodoh sekali!"

Lalu orang itu menjawab..
"Kamu ini bagaimana??? Aku dikhianati saja sudah cukup menyedihkan, tak apalah kalau kamu tak menghiburku, tapi kamu masih juga menertawaiku, Bodoh!"

Kamu tak perlu sedih, karena yang seharusnya sedih adalah dia" kata filsuf itu."

Kenapa dia yang bersedih, kan dia yang mengkhianatiku???" Kata sang filsuf...

"Karena, kamu hanya kehilangan orang yang TAK jujur & tak setia padamu, tetapi dia kehilangan orang yang SANGAT mempercayainya" Jawab filsuf tsb.

Jangan percaya kepada seseorang karena penampilan & ucapannya, sebab keelokan paras & kata-kata dapat menyesatkan, Jangan pula percaya kepada kekayaannya, karena kekayaan dapat musnah.

Percayalah kepada seseorang yang dapat membuatmu TETAP SEMANGAT saat TERPURUK, KEMBALI LURUS saat mulai MELENCENG, RENDAH HATI saat berada di PUNCAK

NB: " TIDAK SEMUA TEMAN ITU BISA DIPERCAYA, BOLEH BERTEMAN DENGAN SIAPA SAJA YANG PENTING JANGAN SAMPAI TERJERUMUS DAN MERUGIKAN DIRI KITA SENDIRI " .

Minggu, 09 Februari 2014

BACAAN : Orang Miskin Bertanya Kepada Dewa

Orang miskin bertanya kepada Dewa: mengapa saya begitu miskin?

神:因為你没有學會给予别人. Dewa: Karena engkau tidak pernah belajar... Untuk memberi kepada orang lain.

 窮人:我甚麼都没有如何给?
Orang miskin: Apapun tidak saya miliki, dengan apa yang harus saya berikan?

神:一个人即使没有錢,也可给予别人五樣東西!
Dewa: Seorang walaupun miskin tak punya uang, masih bisa memberi 5 jenis barang kepada orang lain yaitu:

1. 顏施即微笑處事。
Senyuman: Senyummu dapat menghibur orang.
2. 言施😙多說鼓勵,讚美和安慰别人的話。
Tutur bahasa : Lebih banyak memberi dukungan, memuji dan menghibur orang lain dengan perkataan.
3. 心施敞開心扉對人誠懇。
Niat: Bukalah pintu hatimu yang tulus dan penyayang dapat membangun hati kepada orang lain.
4. 眼施用善意的眼光給予别人。
Pandangan: Dengan memberikan sorotan matamu yang tulus ikhlas penuh kehangatan kepada orang lain.
5. 身施以行動幫助别人。
 轉此可為布施。
Tindak tandukmu yang bisa mengulurkan tangan untuk membantu orang lain disekelilingmu.

NB: " TIDAK SEMUA HAL HARUS DIBERI DENGAN MATERI "

Seandainya


Seandainya Adam & Hawa adalah orang Tionghoa.
Namanya pasti akan menjadi "Athiam & Ahwa".
Manusia pasti tidak akan jatuh dalam dosa, karena pada tau lah.. otak bisnis orang Tionghoa.
Begitu melihat buah apel pasti tidak akan dimakan tetapi di jual di pasar, lumayaaaan cuan goceng,....
Ularnya pun nggak sempat menggoda, pasti akan ditangkap, lalu dimasak sup untuk ciakpoh.
Hoo cuan ... Hoo chiak... :D dan, yg pasti :•
Mereka takkan menelantarkan taman Eden kosong karena pasti dibangun ruko atau apartment jadi Taman Eden Residence =D......

Bunga Tidak Setiap Hari Merah dan Mekar


Bunga tidak setiap hari merah dan mekar.Jika ada bunga mekar pasti ada bunga gugur.
(花没有每日红或盛开.如果有花开一定有花落)

Lupakan segala yang tidak baik,segala kesalahan dan kebaikan tergantung dari sudut mana kita memandang,jangan melihat kecil seseorang.

Jangan melihat sesuatu hanya dari satu sisi,mungkin kita lihat dari sudut yang beda.Belum tentu bener penaksiran kita,dengar dan lihat dari sisi lain juga.

Hidup tidak selalu baik di sisi kita,kadang kita bisa sakit dan membutuhkan orang lain.
Jangan sewaktu sehat dan serba kelimpahan merasa kita orang yang hebat.
Jangan seperti tikus jatuh ke lumbung padi,akhirnya mati di lumbung.

Berusaha lupakan apa yang tidak baik.
Lupakan & jangan ingat juga suatu cara menghilangkan rasa sakit.
Lama lama akan seperti tertiup angin pergi jauh,seperti awan tertiup angin,hujan berpindah ke tempat lain juga .

Ketika kita melihat ke belakang,kita menemukan begitu mudah sudah lupakan.
Waktu melupakan memang sulit dan sakit,waktu juga yang akan membawa pergi semuanya.
Segala yang menyakitkan jangan diingat,tidak berharga untuk diingat.

Beberapa orang datang dan pergi,beberapa orang malah kembali.
Kadang dunia ini memang banyak orang tidak menghargai persahabatan atau persaudaraan,mereka anggap saudara atau temennya hanya ban serapnya mereka.
Terlalu realitas hanya ingin dekat dengan orang yang punya manfaat bagi mereka.

Biarlah hidup ini beberapa dekat,dan beberapa yang menjauh,supaya kita lihat jelas diri mereka dan intropeksi diri kita dan buat pembelajaran agar kita lebih bijaksana.

- Master Cheng Yen -Mampu memahami dan menjunjung tinggi prinsip kebenaran,serta mematuhi tata krama,akan merupakan kehidupan yang jujur dan terbuka.
能知理、惜理、守禮,   就是光明磊落的人生.
Understand the truth, safeguard principles, and observe propriety.
This leads to a radiant and open life.

Jumat, 07 Februari 2014

Mutiara kata


"APA Yang Kau Cari...??? "

Sudah di gunung, pantai kau rindukan
Tiba di pantai, gunung yang kau inginkan
Saat kemarau, kau tanya kapan hujan
Diberi hujan, kemarau kau tanyakan

Sudah tenang di rumah, pengen pergi
Begitu pergi, kau ingin ke rumah kembali
Sudah dapat ketenangan, keramaian kau cari
Keramaian kau temukan, ketenangan kau rindui

Apa yang sebenarnya yang kau cari?
Belum berkeluarga mencari istri/suami
Sudah berkeluarga, ngeluh anak belum diberi
Dapat anak, ngeluh lagi kurang rejeki
Ternyata sesuatu tampak indah karena belum kita miliki

Kapankah kebahagiaan akan didapatkan?
Kalau yang belum ada selalu kita pikirkan..
Sedang Yang sudah diberi Tuhan kita abaikan?
Bukankah telah banyak yang kau dapatkan?

Jadilah pribadi yang SELALU BERSYUKUR
Karena kesyukuran akan membuatmu subur
Mungkinkah selembar daun bisa menutup bumi?
Sedang kau tak bisa menutup telapak tangan sendiri
Tetapi saat selembar daun kecil menempel di mata
Maka bumi yang luas seperti tertutup semua

Begitu juga bila hatimu ditutupi keburukan
Seolah-olah yang tak cocok denganmu selalu kejelekan
Seluruh bumi seolah tak ada kebaikan
Padahal letaknya cuma hatimu yang tertutup

Jangan tutup matamu dengan daun kecil
Jangan tutup hatimu dengan kotoran secuil
Syukuri nikmat Tuhan, meski kelihatan mungil
Terus istiqomah dengan sunnah maka kelak kau berhasil

Bila buruk hatimu, buruk pula akhlaqmu
Bila tertutup hatimu, tertutuplah segala sesuatu
Syukurilah semua apa yang ada padamu
Dari situ engkau memuliakan dirimu

Belajarlah berterimakasih kepada Tuhan
Sebagai modal untuk meMULIAkan-NYA.
Karena hidup adalah: "WAKTU yang dipinjamkan
Dan harta adalah: "ANUGERAH yang dipercayakan" sharing your love..

Jalan Buntu ?

DEAD LOCK ???

Dalam kita berkendaraan, ketika sedang menemukan jalan buntu, tentunya kita tidak akan berhenti dan hanya berdiam berlama-lama ditempat itu saja...

Kita pasti akan berputar dan berusaha mencari jalan lain agar bisa segera keluar dari jalan buntu itu.

Begitu juga dalam kita mengarungi kehidupan ini , bila kita sedang menghadapi Jalan Buntu atau 'Dead Lock', jangan terburu-buru menjadi stress dan putus asa..., karena selalu ada Jalan Keluar atau Solusinya...

Ketika dihadapi pada kenyataan dengan kenaikan harga barang-barang sehingga biaya hidup menjadi tinggi, kita bisa mengendalikan gaya hidup kita dengan Tidak Boros dan membeli barang sesuai dengan kebutuhan saja..

Kita memang tidak mampu mencegah lalu lintas di jalan-jalan raya yang selalu macet setiap hari, namun kita bisa mengatasinya dengan mempercepat keberangkatan kita dan pergi lebih awal ke tempat pekerjaan kita agar terhindar dari kemacetan...

Jadi dalam menghadapi permasalahan hidup PASTI ada Jalan Keluarnya, sebagaimana sebuah Gembok, Pasti ada Kuncinya...

H a n y a orang-orang yang malas dan tidak mau berusaha saja yang mengatakan bahwa ia sedang berada di Jalan Buntu.......

Ayo Bangkit dari keterpurukan, jangan berpasrah pada keadaan, karena Tuhan TIDAK akan merubah 'nasib' seseorang bilamana orang itu tidak mau mengubah dirinya sendiri..........
GOD WILL MAKE A WAY !

Pelajaran Penting Panjang Umur



Usianya sudah lebih dari 100 tahun. Dokter yang juga kepala rumah sakit di Tokyo itu masih segar. Ia masih bekerja dan aktif menjadi pembicara. Ia juga penulis buku yang produktif. Sejak ulang tahunnya yang ke 75 ia terus menulis buku hingga melahirkan sekitar 150 buku.

Apa rahasia panjang umurnya dan tetap aktif? Shigeaki Hinohara, yang lahir di Jepang 4 Oktober 1911, mengemukakan rahasianya:


1. Merasa baik itu penting

Jika dibandingkan dengan makan dan tidur yang cukup, hal yang paling penting justru adalah merasa baik. “Jika kita bisa menghidupkan spirit di dalam diri, kita akan merasakan energi di dalam diri kita.”

2. Menjaga berat badan

Makan jangan berlebihan dan makanlah makanan yang sehat. “Jangan membebani perut Anda (dengan makan berlebihan) karena itu akan membuat lesu dan ngantuk,” katanya.

3. Memiliki rencana ke depan

Untuk mempertahankan kekuatan pikiran dan jiwa, kita harus konsisten melakukan kegiatan positif, kreatif, dan menyenangkan. “Semakin banyak Anda melihat ke depan, Anda akan makin bersemangat dan tertarik,” katanya.

4. Nikmati apa yang dikerjakan

Orang yang hidup dan mencintai setiap momen yang dijalani akan mendapatkan energi yang tak tertandingi. Hal ini akan membuat kita terus terisi energi setiap saat.

5. Raihlah dan bagikan apa yang telah dipelajari

Orang belajar di mana saja, tetapi jarang ada orang yang mau membagikan apa yang dipelajarinya pada banyak orang. “Maka cari cara untuk berbagi pengetahuan dan wisdom dengan sesama mengenai apa yang telah Anda peroleh. Itu akan memperkaya hidup Anda.”

6. Beri kesempatan pada alam

Setiap penyakit memiliki obat. Namun sains kadang menghadapi keterbatasan di mana kita tak menemukan obat yang pas. Cobalah berpaling ke alam dan keindahan. Mungkin memelihara taman, membesarkan hewan piaraan, mendengar suara-suara burung. Ini menjadi obat yang tak pernah diresepkan oleh dokter...Semoga Semua Mahluk Berbahagia...:)$

Rabu, 05 Februari 2014

Jalan Mulia Berunsur Delapan


Jalan Mulia Berunsur Delapan (Ariya Atthangiko Magga) terdiri dari:

Pengertian Benar (Sammã Ditthi)
Pengertian Benar adalah pengetahuan yang disertai dengan pengertian terhadap Empat Kesunyataan Mulia (dukkha, asal mula dukkha, lenyapnya dukkha, dan jalan untuk melenyapkan dukkha).

Pikiran Benar (Sammã Sankappa)
Pikiran Benar adalah pikiran yang bebas dari hawa nafsu (raga), kemauan buruk (byapada), kekejaman (vihimsa), dan semacamnya.

Ucapan Benar (Sammã Vãca)
Ucapan Benar adalah berusaha menahan diri dari berbohong (musãvãdã), memfitnah (pisunãvãcã), berucap kasar/caci maki (pharusavãcã), dan percakapan-percakapan yang tidak bermanfaat/pergunjingan (samphappalãpã).

Perbuatan Benar (Sammã Kammantã)
Perbuatan Benar adalah berusaha menahan diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, perkataan tidak benar, dan penggunaan cairan atau obat-obatan yang menimbulkan ketagihan dan melemahkan kesadaran.

Penghidupan Benar (Sammã Ãjiva)
Penghidupan Benar berarti menghindarkan diri dari bermata pencaharian yang menyebabkan kerugian atau penderitaan makhluk lain. "Terdapat lima objek perdagangan yang seharusnya dihindari, yaitu: makhluk hidup, senjata, daging, minum-minuman keras, dan racun" (Anguttara Nikaya, III, 153).

Usaha Benar (Sammã Vãyama)
Usaha Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu: berusaha mencegah munculnya kejahatan baru berusaha menghancurkan kejahatan yang sudah ada berusaha mengembangkan kebaikan yang belum muncul berusaha memajukan kebaikan yang telah ada.

Perhatian Benar (Sammã Sati)
Perhatian Benar dapat diwujudkan dalam empat bentuk tindakan, yaitu:perhatian penuh terhadap badan jasmani (kãyãnupassanã)perhatian penuh terhadap perasaan (vedanãnupassanã)perhatian penuh terhadap pikiran (cittanupassanã)perhatian penuh terhadap mental/batin (dhammanupassanã) Keempat bentuk tindakan tersebut bisa disebut sebagai Vipassanã Bhãvanã.

Konsentrasi Benar (Sammã Samãdhi)
Konsentrasi Benar berarti pemusatan pikiran pada obyek yang tepat sehingga batin mencapai suatu keadaan yang lebih tinggi dan lebih dalam. Cara ini disebut dengan Samatha Bhãvanã. Tingkatan-tingkatan konsentrasi dalam pemusatan pemikiran tersebut dapat digambarkan dalam empat proses pencapaian Jhana, yaitu:Bebas dari nafsu-nafsu indria dan pikiran jahat, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna pertama, di mana vitakka (penempatan pikiran pada objek) dan vicãra (mempertahankan pikiran pada objek) masih ada, yang disertai dengan kegiuran dan kesenagan (piti dan sukha).Dengan menghilangkan vitakka dan vicara, ia memasuki dan berdiam dalam Jhãna kedua, yang merupakan ketenangan batin, bebas dari vitakka dan vicãra, memiliki kegiuran (piti) dan kesenangan (sukha) yang timbul dari konsentrasi.Dengan meninggalkan kegiuran, ia berdiam dalam ketenangan, penuh perhatian dan sadar, dan merasakan tubuhnya dalam keadaan senang. Dia masuk dan berdiam dalam Jhãna ketiga.Dengan meninggalkan kesenangan dan kesedihan, dia memasuki dan berdiam dalam Jhãna keempat, keadaan yang benar-benar tenang dan penuh kesadaran di mana kesenangan dan kesedihan tidak dapat muncul dalam dirinya.

Sumber:Samyutta Nikaya XLV.8 (Magga-vibhanga Sutta), Access to Insight.Pedoman Penghayatan dan Pembabaran Agama Buddha Mazhab Theravada di Indonesia, Yayasan Dhammadipa Arama, 1992.Sang Buddha dan Ajaran-Nya, Jilid 2, Narada, Yayasan Dhammadipa Arama, Jakarta.

Senin, 03 Februari 2014

Kata ucapan Chinness New Year



Kami  M e n g u c a p k a n . . 
└┉┈┈┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽̶

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓ 
 恭 祝 大 家  
┆ Gong Zhu Da Cia ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Doa Untuk Semuanya..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 新 年 (Xin Nian)   
┆ 2565.. ┆
 快 乐 (Kuai Le) 
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Tahun Baru Imlek 2565 Berbahagia..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓ 
 身 体 健 康  
┆ Shen Ti Jian Gang ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Badan Sehat Selalu..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 万 事 如 意 
┆ Wan Shi Ru Yi ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Impian dan Cita-cita Terkabul (Sukses Selalu)..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓ 
 财 源 广 进  
┆ Cai Yuan Guang Jin ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Rejeki Berlimpah - limpah..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 年 年 有 馀 
┆ Nian Nian You Yu ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Setiap Tahun Tidak Kekurangan..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 招 财 进 宝 
┆ Zhao Cai Jin Bao ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Rejeki & Kekayaan Semakin Berlimpah..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 合 家 平 安 
┆ He Jia Ping An ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Sekeluarga Damai Sentosa & Sejahtera..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓ 
 事 事 顺 利  
┆ Shi Shi Shun Li ┆
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Setiap Masalah Selalu Terselesaikan..

⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽┈┈┈┈┉┓
 恭 喜 (Gong Xi) 
┆ 大 家 (Da Jia) ┆
┆发 大 财 (Fa Da Cai) 
└┉┈┈┈┈⌣̊┈̥-̶̯͡♈̷̴✽
Semua Harapan / Cita-cita Kita Terkabul..
Kaya Raya & Sukses.                          

Matahari dan Goa



Konon, di suatu pagi terjadi percakapan antara Matahari dan Goa. Matahari berkata, "Wahai temanku Goa, kalau ada waktu, datang mampir ke rumahku! Rumahku sangat terang dan indah. Aku percaya kamu belum pernah sekalipun melihat "terang" seterang rumahku."

Mendapat tawaran seperti itu, Goa pun tidak mau kalah dari matahari. "Wahai sobatku, jika kamu punya waktu, datanglah ke rumahku. Kamu akan melihat apa yang dimaksud dengan "gelap" karena rumahku adalah gua yang paling gelap di alam semesta.

Suatu ketika, Goa memutuskan mengunjungi sahabatnya, Matahari. Ketika sampai, Goa begitu takjub melihat "terang" yang luar biasa dipancarkan matahari."Wah! Ini benar-benar terang!" Kata Goa kepada Matahari.

Kini giliran Matahari berkunjung ke rumah Goa. Ketika Matahari masuk ke dalamnya, ia tampak bingung dan heran,"Wahai Goa! Di manakah letak kegelapan yang kamu ceritakan? Bukankah di sini juga terang?"

Inilah yang dimaksud prinsip "terang":

"Gelap tidak akan pernah bisa menguasai terang."

Ketika bekerja di kantor atau belajar di sekolah entah disadari atau tidak mungkin ada teman kita yang iri atau membenci kita. Hal ini mungkin terjadi karena prestasi kita lebih baik. Alangkah melegakan jika tidak ada seorang pun yang membenci kita.

Namun ingatlah prinsip ini...

Ketika kita dikenal orang sebagai pribadi yang memiliki sifat "terang" (baik dan menyenangkan) maka akan sulit bagi seseorang untuk iri hati dan terus menerus membenci kita. Sekalipun masih ada orang berkepribadian "gelap" yang tidak menyukai kita, maka percayalah bahwa ia tidak akan berlama-lama membenci kita. Ia akan terus dikejar oleh rasa bersalahnya sendiri karena kita tetapi memperlakukannya dengan baik (memancarkan sifat "terang")

"Darkness cannot drive out darkness; only light can do that. Hate cannot drive out hate; only love can do that. Kegelapan tidak dapat mengusir kegelapan; hanya cahaya yang mampu. Benci tidak dapat mengusir benci; hanya Cinta Kasih yang mampu" Martin Luther King, Jr

Mari... jadilah pribadi yang terang!

Menjaga Lidah


Charles Spurgeon dan istrinya suatu saat menjual telur ayam peliharaan mereka. Mereka benar-benar menjualnya, tidak memberikan secara cuma-cuma, bahkan kepada saudara atau kerabat dekat. Beberapa orang menganggap mereka pelit.
Suami-istri itu membiarkan saja berita itu beredar tanpa berusaha membela diri. Akhirnya, terkuaklah apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata hasil penjualan telur itu digunakan Spurgeon dan istrinya untuk menyokong hidup dua janda lanjut usia.
Mereka bersepakat untuk menolong tanpa diketahui orang lain.

Kita hidup di tengah dunia yang begitu mudah membicarakan masalah dan keburukan orang lain. Lihat saja tayangan televisi atau ambillah lembaran koran, kita akan mendapati banyak liputan gosip tak sedap.
Tanpa sadar kita jadi mulai terbiasa dan ikut terseret dalam arus kebiasaan itu.
Betapa sering kita menilai seseorang sebatas apa yang kita lihat dan kita ketahui. Alih-alih mencari fakta yang sebenarnya, mendoakan, dan menjaga nama baik orang itu, kita cenderung mempergunjingkannya.
Kita sepatutnya sadar akan pentingnya mengendalikan lidah. Salah satu caranya dengan tidak menyebarluaskan atau membicarakan masalah seseorang pada orang lain yang tak perlu mengetahuinya. kita sepatutnya belajar menggunakan lidah untuk mengasihi, bukan untuk menyakiti satu sama lain.


LIDAH YANG TAK TERKENDALI MENDATANGKAN KEMATIAN.
LIDAH YANG TERKENDALI MEMBUAHKAN KEHIDUPAN. Dan..
ALANGKAH BAHAGIA NYA JIKA KITA MEMBICARAKAN KEBAIKANNYA ORANG LAIN DARIPADA KEJELEKANNYA !

Ucapan Imlek



[新年快乐]
Xin Nian Kuai Le
Happy New Year
Selamat Tahun Baru

[恭贺新禧]
Gong He Xin Xi
Happy New Year
Selamat Tahun Baru

[恭喜发财]
Gong Xi Fa Cai
may you have a prosperous New Year
Semoga anda Makmur di Tahun Baru ini

[万事如意]
Wan Shi Ru Yi
May all your wishes comes true
Semoga semua cita-citamu tercapai

[心想事成]
Xin Xiang Shi Cheng
May all your wishes comes true
Semoga semua cita-citamu tercapai

[学业进步]
Xue Ye Jin Bu
May you have a academic progress
Semoga anda mencapai kemajuan akademik (sekolah/belajar)

[生意兴隆]
Shen Yi Xing Long
May you have prosperous business
Semoga Bisnismu makin maju dan berkembang

[年年有余]
Nian Nian You Yu
May you have abudance year after year
Semoga anda mendapatkan rezeki yang berlimpah ruah tahun demi tahun

[一帆风顺]
Yi Fan Feng Shun
Wish you everything is running smoothly
Semoga semuanya mulus di hidup anda

[步步高升]
Bu Bu Gao Shen
Wish you to be promoted
Semoga anda mendapatkan promosi Jabatan

[大吉大利]
Ta Ji Ta Li
Wish you have a great luck dan great profit
Semoga anda mendapatkan keberuntungan dan laba yang besar

[万事顺利]
Wan Shi Shun Li
Wish you everything is running smoothly
Semoga semuanya mulus di hidup anda

[财源广进]
Cai Yuan Guang Jin
Wish you have abundance of wealth
Semoga anda memiliki harta/rezeki yang berlimpah ruah

[身体健康]
Shen Ti Jian Kang
Wish you always healthy
Semoga anda selalu sehat

[吉星高照]
Ji Xing Gao Zhao
Wish your lucky star is always shines brigh
Semoga Bintang Keberuntunganmu dapat selalu bersinar terang.

Pepatah



泥路上的奔驰永远跑不过高数上的阿凡达,说明平台很重要。
Mobil Mercedes-benz yang berada dijalanan tanah liat kecepatannya tidak akan pernah melebihi avanza yang berada dijalan tol, artinya platform/arena itu sangat penting.

男人再优秀没有女人的配合也无法生下孩子,说明合作很重要。
Sehebat apapun seorang pria tanpa dukungan seorang wanita tidak mungkin bisa melahirkan seorang anak, ini menjelaskan bahwa kerjasama itu penting.

我们都知道,恶虎架不住群狼,说明团队很重要。
Seperti kita semua tahu, harimau galak tidak bisa mengontrol sekumpulan serigala, ini mengartikan bahwa kepemimpinan seseorang dalam team itu sangat penting.

你拥有再大再多的水桶也不如一个水龙头,说明渠道很重要。
Tidak peduli anda memiliki berapa banyak dan besar ember untuk menampung air juga tidak lebih berguna daripada sebuah keran air, ini menjelaskan bahwa saluran, jaringan, networking itu sangat penting.

Selasa, 28 Januari 2014

Menyelam Ke Dasar Batin

By: Master Cheng Yen
Saat Terbaik adalah saat ini


Setiap hari adalah awal untuk menjadi manusia baru, setiap detik adalah saat yang tepat untuk mengalahkan diri sendiri.

Waktu dapat membentuk watak, menyelesaikan pekerjaan, dan… memupuk pahala kebajikan.

Hidup adalah apa yang dilakukan oleh setiap orang sepanjang usianya. Karenanya berpaculah dengan waktu, jangan biarkan ia melewatimu.Setiap detik, berjuanglah demi kebaikan.

Di saat-saat kita bebas melakukan sesuatu, seringkali kita tertipu oleh kebebasan itu, dan membuang-buang waktu tanpa sadar.

Orang bijaksana menggunakan waktu seperti permata berharga. Tapi bagi orang bodoh, waktu tak ubahnya segenggam tanah liat yang tak berharga.

Buddha mengatakan, “Hidup ini tak ubahnya nafas.” Manusia tidak dapat mengatur panjang-pendek hidupnya, atau menghindar dari kematian. Dan karena hidup ini hanya sementara, kita harus menghargainya. Gunakanlah ia, kembangkan, dan tunjukkan nilainya yang sejati, pancarkanlah kebaikan dan keindahannya.

Justeru karena hidup ini amat singkat, ia jadi sangat berharga. Dan karena sulit untuk terlahir sebagai manusia, kita harus bertanya pada diri sendiri, adakah kita telah mengembangkan potensi kemanusiaan kita dan tidak hanya mengejar kekayaan dalam hidup ini?

Orang harus sigap dalam melakukan perbuatan baik, dan harus sampai tuntas. Seperti memasak air; sebelum ia mendidih apinya jangan dipadamkan, kalau tidak mau mengulanginya lagi dari awal.

Didorong oleh rasa takut akan berlalunya hari, kita cenderung menghabiskan energi memikirkan berbagai cara untuk mengisi waktu. Akibatnya kita malah kehilangan banyak waktu, dan tetap tidak menghasilkan apa-apa.

Banyak orang terpesona oleh kemampuan duniawi dan terobsesi olehnya. Waktu atau umur yang panjang tidak ada gunanya bagi orang-orang seperti itu, karena mereka tidak akan pernah mencapai kemajuan batin.

Dalam tahapan-tahapan hidup yang singkat ini, waktu untuk menjadi dan menunaikan tugas sebagai manusia yang sempurna amatlah sedikit. Pekerja paling keras sekalipun hanya akan mencapai sepertiga dari apa yang dicapainya.

Bila tidak ada yang dapat dilakukan, kita biasanya membiarkan waktu lewat dengan percuma; kehidupan terus berjalan sementara kita tidur bermalas-malasan. Begitu pula, orang yang membiarkan batinnya tertidur sepanjang hidupnya pantas dijuluki “si pemalas”.

Selidikilah makna yang hakiki dari hidup ini dengan arif. Aturlah penggunaan waktu dalam hidupmu dengan kekuatan ikrar ketetapan hati.

Karena hidup ini tidak kekal, kita harus mempercepat langkah dan terus maju. Kita tidak sedang berjalan di atas lumpur – kebingungan, gamang, dan tidak mantap – ketika sebelah kakimu telah menginjak tanah di depan, kakimu yang sebelah lagi masih takut dan ragu-ragu melepaskan pijakannya. “Setelah satu kaki melangkah, kaki yang lain menyusul.” Artinya kita harus melepaskan hari kemarin, dan memusatkan perhatian pada apa yang sedang dikerjakan sekarang.

Ciri orang bijaksana adalah bahwa ia bisa mengatur waktunya.

Betapapun derita dan kesulitan yang harus ditempuh untuk mencapai sesuatu, jangan biarkan pikiranmu terikat pada hasil-hasil yang pernah kau capai. Betapapun kita telah banyak memberi kepada orang lain, janganlah menuntut balas atau ganjaran.

Kita tidak dapat menggenggam masa lalu, ataupun memastikan yang akan dating. Jadi, hiduplah pada hari ini, saat ini.

Jika berpegang pada hari kemarin, maka niscaya akan muncul pikiran-pikiran keruh dari batin yang ternoda. Dengan demikian masa lalu, sedikit demi sedikit penderitaan, kemarahan, sakit-hati, dan kebencian akan bertambah.

Yang akan datang adalah mimpi di siang hari, masa lalu adalah kenangan palsu. Kita harus memperhatikan batin sejati yang hadir saat sekarang, dan dengan seksama menyelesaikan semua tugas.

Dalam hidup ini, tidak setiap permainan dapat dilakukan dengan baik, tapi dengan latihan dan disiplin yang keras, seorang pemain dapat melakukannya dengan cemerlang.

Sabtu, 25 Januari 2014

Nasib Bukanlah Kebetulan Ia Adalah Pilihan


Oleh : Rhonda Byrne

Hidup ini mematuhi Anda. Setiap hal yang Anda alami dalam hidup Anda benar-benar merupakan hasil dari apa yang Anda ungkapkan lewat pikiran dan perasaan Anda, entah Anda menyadarinya bahwa Anda telah memancarkannya atau tidak.
Segala sesuatu di dalam hidup ini tidak terjadi begitu saja pada Anda …… hidup ini mematuhi Anda. Nasib Anda di tangan Anda. Apapun yang Anda pikirkan, apapun yang Anda rasakan, akan menentukan hidup Anda.

Segala sesuatu dalam hidup ini dihadirkan bagi Anda agar Anda memilih apa yang Anda cintai. Hidup ini adalah katalog, dan Andalah yang memilih apa yang Anda sukai dari katalog itu. Namun apakah Anda memilih apa-apa yang Anda sukai atau Anda sibuk menilai-nilai dan memberi label pada berbagai hal yang tidak berkenan ? Bila hidup Anda jauh dari menyenangkan, secara tidak sadar Anda telah memberi label pada segala hal yang tidak menyenangkan. Anda telah membiarkan berbagai hal yang Anda anggap buruk menghalangi Anda dari tujuan hidup Anda.

Karena tujuan Hidup Anda adalah untuk mencintai.
Tujuan hidup Anda adalah kegembiraan.
Tujuan hidup Anda adalah memilih berbagai hal yang Anda cintai dan meninggalkan yang tidak Anda cintai maka anda tidak memilih yang tidak Anda cintai itu.

Pilihlah yang Anda Cintai.

“Nasib bukanlah kebetulan. Nasib adalah pilihan ~

Penyakit Nanti


Napoleon Hill mengatakan, "Yang berarti bukan APA YANG AKAN kita kerjakan, melainkan apa yang SEDANG kita kerjakan SEKARANG."

Secara tidak langsung ia juga mengingatkan, rencana belaka TANPA DISERTAI TINDAKAN untuk mewujudkannya bakal sia-sia.

Masalahnya, tidak sedikit orang yang mengidap Penyakit Nanti.
Ketika semestinya dapat melakukan sesuatu sekarang ini, mereka lebih memilih untuk menundanya dan berkata akan melakukannya pada suatu hari nanti.
"Ah, nanti kan masih ada lagi kesempatan, " dalih mereka.

Padahal, KESEMPATAN BAIK JANGAN DIBIARKAN BERLALU, karena belum tentu akan MUNCUL lagi.
Penundaan membuat kita tidak mengalami kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan yang berarti.
Kita jadi tidak memetik hasil yang optimal.

Tuhan membukakan kesempatan bagi kita setiap hari.
Jika kita punya NIAT, jangan biarkan niat itu tinggal menjadi niat.

Ambillah keputusan untuk merealisasikannya sebaik mungkin dengan segenap sumber daya yang kita miliki saat ini juga.

Jangan biarkan penyakit Nanti menahannya...
Jangan sampai kesempatan baik itu berlalu, lalu kita BARU TERSADAR dan MENYESALINYA ketika terbaring sakit atau sudah tidak mampu berbuat apa-apa.

KEMARIN sudah berlalu, NANTI belum datang...
Yang ada dalam genggaman kita hanyalah SAAT INI !
DO IT NOW !

Universitas Kehidupan



Jika semua yang kita kehendaki terus kita MILIKI, darimana kita belajar IKHLAS

Jika semua yang kita impikan segera TERWUJUD, darimana kita belajar SABAR

Jika setiap do’a kita terus DIKABULKAN, bagaimana kita dapat belajar IKHTIAR

Seorang yang dekat dengan TUHAN, bukan berarti tidak ada air mata

Seorang yang TAAT pada TUHAN, bukan berarti tidak ada KEKURANGAN

Seorang yang TEKUN berdo’a, bukan berarti tidak ada masa masa SULIT

Biarlah TUHAN yang berdaulat sepenuhnya atas hidup kita, karena TUHAN TAU yang tepat untuk memberikan yang TERBAIK

Ketika kerjamu tidak dihargai, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETULUSAN

Ketika usahamu dinilai tidak penting, maka saat itu kamu sedang belajar KEIKHLASAN

Ketika hatimu terluka sangat dalam……, maka saat itu kamu sedang belajar tentang MEMAAFKAN

Ketika kamu lelah dan kecewa, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KESUNGGUHAN

Ketika kamu merasa sepi dan sendiri, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KETANGGUHAN

Ketika kamu harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, maka saat itu kamu sedang belajar tentang KEMURAH – HATIAN

Tetap semangat….

Tetap sabar….

Tetap tersenyum…..

Karena kamu sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN

TUHAN menaruhmu di “tempatmu” yang sekarang, bukan karena “KEBETULAN”……

Orang yang HEBAT tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan.

MEREKA di bentuk melalui KESUKARAN, TANTANGAN & AIR MATA
Dari buku sepatu-Dahlan Iskan.

Jumat, 24 Januari 2014

The Power Of Dreams


Dia lahir di keluarga miskin, anak pertama dari 9 bersaudara ...

Dan ayahnya hanya seorang tukang tambal ban namun dia mempunyai mimpi setinggi langit ...

Di saat kecil temannya menertawakannya karena dia miskin, dia drop out (DO) dari sekolahnya ...

Di saat dewasa dia memulai bisnisnya, namun kemalangan terjadi ... Pabriknya hancur terkena gempa, namun dia bangkit. Tidak lama kemudian dia berhasil membangun kembali pabriknya. Namun bencana datang kembali ... Negaranya mengalami perang sehingga pabriknya mengalami kebangkrutan yang kedua kali ... sehingga dia berniat menjual bisnisnya kepada kompetitornya namun penawarannya ditolak. Tak lama dia jatuh sakit.

Dari barang rongsokan dia memulai kembali bisnisnya ... Pelan namun pasti dia berhasil membangun kembali pabriknya. Dan bisnisnya menjadi sukses dan besar ...

Rongsokan dalam tangannya menjadi sebuah sepeda motor, kemudian mobil, kapal boat dan sekarang bisnisnya merambah ke pesawat terbang ... Mimpinya sejak kecil menjadi kenyataan. Ya ... dialah Soichiro Honda, pendiri kerajaan Honda Motor!

Semua itu bisa terjadi berkat keuletan dan kerja kerasnya serta filosofi yang kuat, yaitu: THE POWER OF DREAMS!

“Orang hanya melihat 1% kesuksesanku, namun mereka tak melihat 99% kegagalanku.”

Saat KEKUATAN mulai melemah bukan berarti harus menyerah ...

Saat KEMAMPUAN mulai pudar bukan berarti harus menghindar ...

Saat KEGIGIHAN mulai rapuh bukan berarti harus terjatuh ..

Bentuk KASIH SAYANG TUHAN tidak selalu terasa manis, tetapi terkadang pahit ...

Dan di sinilah PROSES hidup berjalan untuk mencapai KESUKSESAN.
Jangan putus asa dan cepat menyerah, ayo coba lagi!

Mampukah Pengetahuan Dhamma Mengatasi Semua Masalah Hidup?



(Sebuah ringkasan)

Penggunaan istilah “ pengetahuan Dhamma ” dalam judul di atas dimaksudkan sebagai usaha seseorang untuk mengetahui Ajaran Sang Buddha dengan mempelajari serta melaksanakan Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, pengetahuan di sini bukan hanya sekadar menghafal teori tentang Dhamma saja. Buddha Dhamma tanpa dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh semangat hanya akan menjadi sekedar kata mutiara yang indah didengar namun tidak mendatangkan manfaat serta kebahagiaan untuk diri sendiri maupun semua mahluk yang berada di sekitarnya.

Sedangkan sehubungan dengan istilah “ semua masalah hidup ” dalam judul di atas, jika dipandang secara Dhamma SEMUA masalah hidup yang dirasakan oleh setiap orang sesungguhnya berasal dari pikiran orang itu sendiri. Hal ini disebabkan adanya pengertian bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri seseorang adalah NETRAL sifatnya.

Oleh karena itu, ketika seseorang berpikir positif dalam menghadapi suatu peristiwa, ia akan merasakan kebahagiaan terhadap segala sesuatu yang sedang ia alami. Sebaliknya, ketika seseorang berpikir negatif, ia akan merasakan penderitaan pada saat menghadapi suatu kenyataan. Dengan demikian jelaslah sudah adanya suatu kejadian yang membahagiakan seseorang akan dapat menjadi sesuatu yang menyedihkan bagi orang lain.

Dalam kondisi seperti itu, manusia tidak akan mampu mengubah kenyataan yang telah terjadi dan bersifat netral tersebut. Manusia hanya bisa mengubah cara berpikirnya agar ia selalu berpikir positif dalam menghadapi segala sesuatu sehingga ia akan selalu berbahagia pada kondisi apapun yang ia alami. Dengan demikian ia akan dapat mengambil tindakan yang tepat dan sesuai untuk menghadapi kenyataan tersebut.

Agar seseorang mendapatkan kemampuan untuk mengatasi bermacam-macam permasalahan dalam hidup ini, sebagai awal yang baik untuk melaksanakan Buddha Dhamma adalah dengan berusaha mempelajari serta meneladani perilaku Sang Guru Agung yaitu Sang Buddha Gotama.

Salah satu perilaku Sang Guru Agung yang akan diutarakan di sini adalah perjuangan Beliau yang tidak kenal lelah dan putus asa selama enam tahun di hutan Uruvela ketika Beliau berusaha mencapai kesucian.

Pola hidup ‘tidak kenal putus asa’ dalam berusaha dan mencoba ini tentunya akan sangat bermanfaat dalam mengatasi berbagai kesulitan dalam hidup. Selama seseorang selalu hidup dengan penuh semangat dan tidak mengenal putus asa, permasalahan yang ia hadapi telah dapat diselesaikan setengahnya. Ia akan tekun untuk mencoba dan terus mencoba berbagai cara untuk menyelesaikan segala kesulitan yang sedang ia alami saat ini.

Apalagi sikap positif ini dibarengi pula dengan kemauan untuk merenungkan kembali dari semua segi buruk maupun baiknya suatu usaha yang telah dilakukan selama ini. Segala keburukan yang telah terjadi hendaknya dicari penyebabnya dan berusaha diperbaiki. Demikian pula dengan segala kebaikan yang dialami harus dicari penyebabnya untuk ditingkatkan dengan berbagai usaha giat lainnya. Dengan pola hidup seperti ini, seseorang akan selalu menjadikan setiap saat dalam hidupnya sebagai saat yang sangat berharga untuk meraih kemajuan dan mengatasi berbagai kesulitan. Ia bahkan mampu menjadikan kesulitan yang ditemuinya dalam hidup ini sebagai pembangkit semangat untuk mendapatkan kemajuan di masa depan. Demikian pula keberhasilan yang dialami akan menjadi pendorong untuk mewujudkan keberhasilan-keberhasilan yang selanjutnya.

Pola pikir ‘tidak kenal putus asa’ dan ‘menjadikan pengalaman sebagai pelajaran’ haruslah dibarengi dengan ‘kemauan untuk berubah’ jika ia telah menyadari semua penyebab kekurangan dan kelebihannya. Kemauan untuk mengubah diri ini sering cukup sulit dikerjakan oleh sebagian orang. Padahal, dengan memiliki kemauan positif tersebut seseorang akan mendapatkan kemajuan yang luar biasa dalam kehidupan ini.

Tentu saja masih cukup banyak pengetahuan Dhamma yang harus dilaksanakan dalam kehidupan ini agar dapat mengatasi semua permasalahan dalam hidup. Namun, karena keterbatasan waktu dan tempat, kiranya pola hidup ‘tidak pernah kenal putus asa’, ‘menjadikan segala pengalaman sebagai guru’ serta ‘keterbukaan untuk mengubah diri sendiri’ inilah yang dapat disampaikan pada kesempatan ini.

Semoga ketiga sifat baik yang diteladani dari kehidupan Sang Buddha ini dapat dimanfaatkan dengan sepenuhnya sehingga mampu membuktikan bahwa pengetahuan Buddha Dhamma memang dapat membantu seseorang dalam menyelesaikan semua permasalahan hidupnya.

Semoga selalu berbahagia.

Kiat Mengatasi Kebosanan



Menghormat mereka yang patut dihormat.
Itulah Berkah Utama.
(Manggala Sutta)

Para umat Buddha yang berbahagia, bertepatan dengan suasana Waisak, maka dalam pertemuan ini akan diawali dengan ucapan ‘Selamat Waisak’ semoga dengan hikmah Waisak ini akan dapat meningkatkan semangat mempelajari serta melaksanakan Buddha Dhamma dalam kehidupan sehari-hari. Semoga dengan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha ini akan memberikan kebaikan dan kebahagiaan. Semoga demikianlah adanya.

Hari Raya Waisak adalah merupakan salah satu dari empat hari raya yang ada dalam Agama Buddha. Hari Raya pertama dalam setiap tahun adalah Magha Puja yang diadakan pada sekitar bulan Februari. Hari Raya kedua adalah Waisaka Puja yang diadakan pada sekitar bulan Mei. Hari Raya ketiga adalah Asadha Puja yang diadakan pada bulan Juli dan Hari Raya keempat adalah Kathina Puja yang dilakukan sebulan penuh mulai sekitar bulan Oktober sampai dengan November.

Hari Waisak juga merupakan awal dimulainya perhitungan kalender Buddhis. Karena itu, dalam rangka Waisak yang juga bersamaan dengan Tahun Baru Buddhis, tentu tepat kalau saat ini diberikan ucapan: ‘Selamat Tahun Baru Buddhis’, semoga semuanya selalu berbahagia dalam Dhamma.

Dimulainya kalender Buddhis di saat Waisak yang sesungguhnya merupakan salah satu nama bulan di India adalah karena pada saat itu Sang Buddha wafat atau Parinibbana dan pada saat itu pula penanggalan Buddhis disepakati untuk dimulai. Saat Waisak bukan hanya diingat sebagai saat pergantian tahun Buddhis saja, melainkan juga untuk memperingati tiga peristiwa yang sangat penting yang berhubungan dengan riwayat kehidupan Sang Guru Agung, Buddha Gotama. Peristiwa penting pertama adalah kelahiran Pangeran Siddharta Gotama di Taman Lumbini, di India pada tahun 623. Kemudian, peristiwa penting kedua adalah ketika Beliau tepat berusia 35 tahun, Beliau telah mencapai kesucian atau menjadi Buddha Gotama setelah bertapa selama enam tahun di bawah Pohon Bodhi di Hutan Uruvela. Peristiwa penting ketiga adalah wafat atau pencapaian Parinibbana Sang Buddha di Kusinara ketika Beliau tepat genap berusia 80 tahun setelah 45 tahun lamanya mengajar Dhamma ke seluruh penjuru. Karena Waisak memperingati tiga peristiwa penting yang terjadi pada diri Sang Buddha, maka Waisak sering pula disebut sebagai Hari Buddha yang dimaksudkan sebagai hari untuk mengingat dan mengenang Sang Buddha.

Sang Buddha memang seorang tokoh yang layak untuk diingat dan dikenang, bahkan lebih dari itu, Sang Buddha juga layak untuk dihormati karena perjuangan pangeran Siddharta untuk menjadi seorang Buddha tidaklah mudah. Perjuangan yang membutuhkan semangat dan usaha yang luar biasa kerasnya. Perjuangan keras yang tidak pernah dilakukan oleh umat manusia lainnya seperti inilah yang layak untuk mendapatkan penghormatan.

Pangeran Sidharta yang merupakan anak Raja Sudhodana setelah meninggalkan istana, selama enam tahun beliau mempelajari berbagai teknik meditasi yang paling hebat pada saat itu. Beliau mengunjungi dan belajar dari banyak guru meditasi yang terkenal di sana.

Beliau juga melatih tubuhnya dengan latihan yang keras sekali. Ketika sedang musim panas, di India udara sangat panas menyengat, beliau malah duduk bermeditasi sambil berjemur di tengah teriknya matahari. Beliau lakukan ini bukan hanya sehari dua hari, melainkan untuk waktu yang cukup lama.

Sebaliknya ketika musim dingin datang, di India cuaca sangat dingin menusuk tulang, pada waktu itu beliau justru bermeditasi sambil berendam di tengah air sungai yang sangat dingin. Demikian seterusnya dilakukan setiap harinya. Selain melatih tubuhnya mempunyai kekuatan terhadap udara panas dan dingin, beliau juga melatih kekuatan tubuhnya terhadap makanan. Beliau setiap hari melatih mengurangi makanan yang masuk ke dalam tubuhnya, dari satu piring menjadi setengah piring, seperempat piring sampai akhirnya menjadi sebutir nasi setiap harinya. Tubuh beliau menjadi kurus kering sehingga dapat diibaratkan perut dipegang akan terpegang punggung, sedangkan bila punggung yang diraba akan terasa pula perutnya. Sedemikian itulah kurus keringnya beliau pada saat itu. Meskipun demikian beliau terus melatih diri dengan keras. Ketika masih juga belum tampak hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, beliau tetap tidak berputus asa. Tujuan beliau berlatih dengan keras adalah untuk mengatasi pengaruh segala suka dan duka dalam kehidupan. Namun, setelah sekian lama usaha ini dilakukan, hasil yang diharapkan masih belum juga diperoleh. Ketidakberhasilan ini bukan mengendorkan semangat beliau. Beliau malah terus berjuang dan berjuang serta berusaha lebih keras untuk memperbaiki dan bahkan mengubah segala kekurangan yang ada pada latihan yang sudah dijalaninya. Sampai akhirnya, di saat Waisak bertepatan dengan ulang tahun beliau yang ke 35 tahun, beliau mencapai Penerangan Sempurna dan menjadi seorang Buddha. Pada saat itulah Beliau menyadari bahwa pengaruh suka dan duka dalam kehidupan adalah disebabkan karena pikiran serta keinginan manusia sendiri. Oleh karena itu, apabila seseorang mampu mengatasi pikirannya sendiri, maka ia akan dapat mengendalikan keinginannya dan bisa membebaskan diri dari jeratan perasaan suka dan duka tersebut. Beliau juga menemukan Jalan Mulia Berunsur Delapan yang berguna untuk mengendalikan dan mengatasi berbagai bentuk pikiran itu. Penemuan Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai cara mengendalikan pikiran inilah yang menjadikan Beliau sebagai seorang Buddha.

Dengan melihat perjuangan Beliau yang tidak pernah kenal putus asa dalam menghadapi segala bentuk kesulitan inilah yang dapat dijadikan contoh dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari para umat Buddha. Seorang umat Buddha yang sering datang ke vihara, mengikuti berbagai acara dan upacara, menghafalkan berbagai paritta maupun membaca riwayat Sang Buddha, namun selama ia belum dapat meneladani cara hidup yang telah Sang Buddha tunjukkan maka sebenarnya umat Buddha semacam itu masih tergolong sebagai umat tradisional, belum umat Buddha yang sesungguhnya. Umat Buddha yang sesungguhnya adalah umat yang telah melaksanakan Buddha Dhamma dalam kehidupannya sehari-hari, paling tidak, dengan meniru sikap serta perilaku Sang Buddha Gotama sebagai Guru Agungnya. Perilaku yang patut ditiru sehingga Sang Buddha layak mendapat penghormatan adalah dengan melihat semangat juang Beliau, kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa, kemauan mengubah diri apabila menghadapi kegagalan sehingga bisa memperbaiki usaha dan meningkatkan hasil yang akan dicapai. Kualitas hidup semacam inilah yang hendaknya dapat ditiru dan diterapkan oleh setiap umat Buddha dalam kehidupannya sehari-hari.

Kadang orang yang hidup bermasyarakat, berumah tangga, bekerja dan lain-lainnya sering timbul kebosanan dalam dirinya, apalagi kalau ia selalu menghadapi berbagai masalah yang sulit diselesaikan. Seorang pelajar di sekolah yang mengalami kegagalan dalam ujian sering kemudian menjadi patah semangat dan berhenti belajar. Padahal, apabila ia mau meneliti cara hidup yang telah dicontohkan oleh Sang Buddha, maka ia seharusnya akan bangkit kembali semangatnya untuk terus berjuang agar dapat menyelesaikan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar. Dalam kehidupan rumah tangga, kadang kehidupan suami istri juga mengalami kejenuhan dan kebosanan. Pasangan yang demikian ini kemudian sering bertengkar bahkan tidak jarang mereka akan mengambil jalan sendiri-sendiri ataupun berpisah. Tentu hal ini bukan jalan keluar yang baik dan sesuai dengan Dhamma. Memang adalah hal yang wajar kalau dalam kehidupan suami istri bisa terjadi kebosanan, namun, sebagai murid Sang Buddha, pasangan itu hendaknya merenungkan perjuangan Pangeran Siddharta yang tidak pernah kenal putus asa untuk mencapai cita-cita Beliau. Dengan demikian, mereka hendaknya juga memiliki semangat tidak kenal putus asa dan mau mencari kekurangan diri sendiri agar dapat segera diperbaiki sehingga kehidupan berumah tangga menjadi lebih bersemangat dan bisa mengatasi kebosanan yang sempat timbul. Kalau masa kebosanan tersebut sudah berhasil dilewati dengan masing-masing fihak berusaha untuk mengubah perilaku yang kurang berkenan untuk pasangannya, maka tentunya rumah tangga akan bisa dilanjutkan untuk waktu yang lebih lama dengan penuh kebahagiaan.

Sebagai umat Buddha yang rajin melaksanakan Ajaran Sang Buddha, kadang juga tidak terlepas dari rasa bosan. Rasa bosan ini tampak dari cara berpikirnya. Ia kecewa karena ia merasa sudah cukup banyak berbuat baik sesuai dengan Ajaran Sang Buddha namun ia melihat keadaan kehidupannya tidak juga berubah, atau mungkin ia malah tambah menderita. Orang yang berpikir seperti inilah yang sesungguhnya dalam dirinya telah tumbuh rasa bosan dengan Buddha Dhamma. Apabila timbul kebosanan seperti itu, hendaknya ia segera mengatasinya dengan mengingat kembali bahwa Pangeran Siddharta pun harus banyak berjuang untuk mencapai kebahagiaan, apalagi ia sebagai umatNya, tentu harus lebih banyak lagi perjuangan yang diperlukan untuk mengubah keadaan kehidupan. Dengan perenungan dan pengertian seperti itu, ia akan bangkit kembali semangatnya. Ia pun siap berjuang kembali.

Penyebab timbulnya semua bentuk perasaan bosan ini, bahkan kadang orang sampai merasakan bosan hidup adalah karena orang tersebut tidak mempunyai semangat. Pangeran Siddharta mampu bertahan untuk terus berjuang selama enam tahun lamanya adalah karena Beliau memiliki semangat yang tidak pernah melemah. Beliau terus berjuang dan berjuang walaupun hasilnya masih belum nampak. Ketika Beliau melihat sebatang kayu yang terapung di tengah sungai, timbullah pengertian dalam diri Beliau bahwa seperti kayu kering yang akan terapung, kayu basah akan tenggelam dan kayu setengah basah setengah kering akan berada di tengah antara terapung dan tenggelam, Beliau juga melihat bahwa latihan pada badan dan batin hendaknya tidak berlebihan, haruslah dilakukan dengan bijaksana. Inilah titik tolak adanya perubahan besar-besaran dalam cara Beliau melatih diri sehingga akhirnya Beliau berhasil mencapai kesucian pada saat Purnamasidhi atau terang bulan di bulan Waisak, pada saat Beliau tepat berusia 35 tahun.

Bila Pangeran Siddharta bisa selalu memiliki semangat untuk mengatasi segala kesulitan dalam perjuangan mencapai cita-cita, maka umat Buddha hendaknya juga dapat meniruNya. Umat sebagai murid Sang Buddha hendaknya mampu membangkitkan dan selalu menjaga semangat agar selalu ada dalam dirinya. Untuk dapat membangkitkan semangat, maka seseorang harus memiliki beberapa hal yang dapat mendukungnya.

Pada awalnya, ia harus mempunyai keyakinan. Pangeran Siddharta dapat menjalani perjuanganNya selama enam tahun adalah karena Beliau mempunyai keyakinan bahwa cara yang ditempuhNya adalah cara yang benar. Kalaupun ternyata ada kekurangan, maka setelah enam tahun dikerjakan, cara tersebut bisa juga diubah. Tidak masalah. Dengan adanya perubahan cara bertapa itu Beliau kemudian malahan dianggap tidak lagi melaksanakan cara pertapaan yang keras sehingga ditinggalkan oleh rekan-rekan pertapanya. Itu juga tidak masalah karena kesemuanya adalah merupakan konsekuensi logis dari suatu keputusan yang memang harus diambil.

Sebagai seorang umat Buddha, apapun yang akan dan sedang dikerjakan, hendaknya didasari dengan semangat karena ia yakin bahwa segala yang dilakukannya adalah benar. Hal ini juga berlaku untuk para umat yang pelajar dan sedang menuntut ilmu di suatu sekolah, atau juga untuk mereka yang menjalani kehidupan berumah tangga, atau apa saja jalan hidup yang dipilihnya. Semua harus dilakukan dengan dasar keyakinan.

Dalam mempelajari Ajaran Sang Buddha, itu pun diperlukan keyakinan sebagai dasar. Orang hendaknya bisa membaca dan merenungkan bahwa sejak dahulu telah banyak orang yang hanya dengan mendengar sekali saja Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada tengahnya dan indah pada akhirnya akan membuatnya mencapai kesucian. Kalau mereka pada waktu itu bisa mencapai kesucian, maka orang hendaknya juga memiliki keyakinan bahwa siapapun pun juga di masa sekarang tetap akan dapat mencapai kesucian sesuai dengan yang diajarkan dalam Buddha Dhamma apabila ia mau melaksanakan Dhamma. Kalaupun bukan kesucian yang bisa diperolehnya dalam waktu dekat ini, paling tidak, orang yang mempelajari Dhamma itu hendaknya telah mampu mengubah perilaku dan sifatnya sehingga menjadi lebih baik. Mungkin dahulu ia adalah orang yang pemarah, maka setelah mengenal Dhamma, ia hendaknya bisa mengubah wataknya menjadi lebih lembut dan pemaaf. Dahulu ia tidak sabaran, setelah melaksanakan Buddha Dhamma, ia kemudian menjadi lebih sabar. Begitu seterusnya, selalu ada perubahan menuju ke hal yang lebih baik ketika orang telah mengenal dan melaksanakan Buddha Dhamma. Dengan adanya perubahan sikap dan mental inilah orang akan semakin bertambah keyakinannya pada kebenaran dan keluhuran Buddha Dhamma. Dan, kalau perubahan ini diceritakan kepada orang lain, maka orang lain yang mendengarnya pun akan timbul keyakinan yang sama pada Buddha Dhamma.

Bahkan, karena memiliki keyakinan yang kuat pada Dhamma, maka ada orang yang menderita suatu penyakit pun kemudian ia akan memperoleh kesembuhan. Peristiwa ini sudah dibuktikan sendiri oleh salah seorang umat Buddha dari Pulau Bali yang terkena tumor kandungan. Beliau ingin mendapatkan kesembuhan dari penyakit yang telah lama mengganggunya dari berbagai aktifitas sehari-hari tersebut. Oleh karena itu, dengan tekun ia membaca paritta serta bermeditasi selama 40 hari. Namun, pada hari yang 35 beliau sudah bisa sembuh dari sakitnya. Bahkan, pada dokter dari luar negeri pun menjadi bingung dibuatnya. Hal ini bisa terjadi karena keyakinannya yang kuat pada kebenaran Ajaran Sang Buddha. Dengan mengetahui adanya pengalaman umat Buddha seperti itu, maka orang akan dapat bangkit keyakinannya untuk selalu bersemangat dalam melaksanakan Ajaran Sang Buddha.

Kalau seseorang sudah mempunyai keyakinan yang kuat, maka dalam dirinya akan muncuk semangat. Semangat untuk mengerjakan segala hal yang diyakininya itu. Sama seperti ibu yang terkena tumor kandungan tersebut, karena ia yakin akan kebenaran Ajaran Sang Buddha, maka ia dengan rajin dan penuh semangat melaksanakan pembacaan paritta dan bermeditasi setiap hari. Oleh karena itu, hasil yang diperolehnya sungguh menakjubkan. Inilah manfaat memiliki semangat berdasarkan keyakinan.

Setelah seseorang memiliki keyakinan atau saddhayang kemudian diikuti dengan munculnya semangat atau viriya , maka tahap berikutnya yang dikatakan dalam Dhamma adalah kemunculan perhatian atausati . Perhatian yang dimaksudkan di sini adalah kemampuan orang tersebut untuk memperhatikan dengan teliti segala hal yang sedang dikerjakannya. Apabila ia mulai bingung dan kacau batinnya karena pikirannya mulai memperhatikan hal yang lain sehingga pekerjaannya terganggu, maka ia hendaknya memiliki kemampuan untuk mengembalikan perhatiannya agar tetap terpusat pada pekerjaan semula.

Contoh penerapan Dhamma ini dalam kehidupan sehari-hari misalnya sebagai seorang pelajar, setelah ia memiliki keyakinan untuk mengerjakan tugas selayaknya sebagai pelajar, orang itu akan bersemangat untuk meningkatkan segala pengetahuannya dari berbagai sumber. Ia akan melakukannya dengan penuh perhatian sehingga walaupun ada siaran TV yang baik, kalau itu tidak berhubungan dengan pelajaran yang sedang ditekuninya, ia akan tetap mampu memusatkan perhatian pada peningkatan kualitas pengetahuannya. Ia tidak lagi tertarik dengan siaran TV tersebut, maupun ajakan teman-temannya untuk bergembira di berbagai tempat hiburan.

Dalam kehidupan sebagai suami istri, hendaknya juga didasari keyakinan bahwa pilihannya telah benar. Setelah ia yakin memilih pasangan hidup sesuai dengan yang diinginkannya, maka ia akan selalu bersemangat untuk menjaga keutuhan rumah tangganya. Ia juga akan terus memusatkan perhatian kepada keluarganya. Apabila ada orang lain yang lebih menarik daripada pasangan hidupnya, ia akan segera menyadari dan menghindarinya, karena pikirannya tetap terpusat pada pasangan hidupnya.

Sebagai seorang umat Buddha, setelah memiliki keyakinan akan kebenaran Ajaran Sang Buddha, maka ia akan bersemangat untuk melaksanakan Ajaran luhur Sang Buddha, dan ia pun akan selalu memusatkan perhatian pada penerapan dan pelaksanaan Ajaran Sang Buddha. Ia tidak akan bisa terpengaruh oleh bujukan orang agar mencoba apalagi memilih ajaran lain untuk menggantikan Buddha Dhamma yang telah ia yakini selama ini. Ia akan tetap bertahan pada Buddha Dhamma, apapun yang terjadi padanya.

Setelah memiliki keyakinan atau saddha , semangat atau viriya dan perhatian atau sati , maka tahap berikutnya akan timbul dalam dirinya samadhi . Samadhi adalah merupakan perhatian atau satiyang berlangsung untuk jangka waktu lama atau terus menerus. Biasanya istilah-istilah ini dipergunakan untuk mengembangkan batin dalam bermeditasi, namun, bisa juga dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Seorang pelajar yang harus menghadapi ulangan. Ia akan berusaha belajar dengan tekun dan menghindari segala bentuk gangguan pada ketekunannya. Namun, kalau sikap itu hanya berlangsung untuk waktu yang pendek saja, misalnya satu atau dua jam saja, maka sikap itu disebut sebagai perhatian atau sati . Sedangkan kalau ketekunannya itu bisa bertahan untuk waktu yang lama, bahkan mungkin untuk seumur hidup, maka sikap yang telah menjadi watak itulah yang secara sederhana disebut sebagai samadhi.

Demikian pula dalam kehidupan sebagai pasangan hidup, kalau orang mampu memusatkan perhatian untuk waktu yang lama, selalu setia dengan pasangan hidupnya, tidak pernah berubah seumur hidup, maka itulah samadhi. Seorang umat Buddha yang seumur hidupnya selalu berjuang untuk pelaksanaan Dhamma, selalu tidak pernah tergoyahkan walaupun mendapatkan pengaruh yang sangat hebat, maka itulah pengertiansamadhi.

Dengan adanya keempat kualitas batin tersebut, maka kemudian dalam diri orang tersebut muncul kebijaksanaan atau pannya . Kebijaksanaan adalah kemampuan melihat hal yang penting sebagai hal yang penting dan hal yang tidak penting sebagai hal yang tidak penting. Kebijaksanaan adalah merupakan hasil yang diperoleh dari usaha mempertahankan keyakinan, semangat, perhatian dan konsentrasi.

Sebagai seorang pelajar, misalnya, ketika dengan penuh keyakinan ia dapat menjalankan tugasnya sebagai seorang pelajar yang selalu penuh perhatian dan terus belajar, ia tidak terpengaruh muncul atau tidak muncul gangguan. Ia tetap tekun belajar, maka di akhir perjuangannya, ia akan memperoleh buah yang manis yaitu kebijaksanaan. Ia akan mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkannya.

Demikian pula halnya dengan kehidupan pasangan suami-istri. Ketika ia telah yakin dengan pasangannya, yakin dengan kebenaran pilihannya sendiri, yakin bahwa hanya bersama dialah rumah tangga ini dijalani. Ia memiliki keyakinan bahwa hanya dengan dialah bersama-sama menghadapi suka dan duka. Keyakinan inilah yang akan menjadikan segala gangguan dan hambatan dalam kehidupan ini dapat diselesaikan satu persatu. Di hari tua, ia akan menyadari bahwa memang ternyata pilihannya di masa muda itu tidak salah. Ia memang sesuai sebagai teman hidup selamanya.

Begitu pula sebagai seorang umat Buddha, ketika ia telah yakin dengan kebenaran Dhamma, ia juga telah yakin dengan segala yang telah dipelajarinya melalui buku, kaset maupun berbagai ceramah Dhamma, maka ia akan selalu melaksanakan Ajaran pokok Sang Buddha yaitu kerelaan, kemoralan serta konsentrasi. Ia dengan penuh perhatian mengamati dan menyadari segala yang ia lakukan dengan badan, ucapan maupun pikirannya. Ia mungkin akan dapat mencapai kebijaksanaan agung yaitu kesucian dalam kehidupan ini. Kesucian inilah yang menjadi tujuan akhir seorang umat Buddha.

Inilah lima kualitas batin yang telah diuraikan dalamAnggutara Nikaya III, 10 yang dikenal sebagaiPancabala atau lima kekuatan dalam Dhamma. Dalam kehidupan ini, apabila orang sudah mempunyai keyakinan untuk memilih satu jalan kehidupan, baik sebagai perumahtangga maupun sebagai seorang bhikkhu, maka hendaknya ia jalankan kehidupan yang telah dipilihnya itu dengan penuh semangat. Hendaknya ia selalu memperhatikan hal kecil yang mungkin akan dapat mengganggu kelancaran jalan hidup yang telah dipilihnya itu. Sebaliknya, ia hendaknya juga memperhatikan hal kecil yang mungkin dapat mendukung serta memajukan jalan hidup yang telah dipilih tersebut. Kalau sudah timbul perhatian yang sedemikian kuatnya, ia hendaknya terus mempertahankan perhatian itu sepanjang hidupnya. Dengan terus memiliki perhatian yang kuat, maka dalam dirinya akan timbullah kebijaksanaan. Pengertian yang sesungguhnya akan tumbuh dalam batinnya. Ia akan menjadi orang bijaksana yang mampu memilih hal baik diantara banyak hal yang buruk. Ia akan mendapatkan ketenangan dan kebahagiaan lahir batin.

Oleh karena itu di saat peringatan Waisak seperti ini, orang hendaknya jangan hanya melakukan penghormatan kepada Sang Buddha dengan bunga, dupa serta lilin dalam suatu upacara ritual yang meriah. Jangan hanya demikian. Namun, orang hendaknya juga dapat melaksanakan serta meneladani sikap hidup Sang Buddha. Hal ini sebenarnya adalah merupakan salah satu bentuk penghormatan yang dikenal dengan Pattipati Puja , yaitu menghormat orang yang layak dihormat dengan sikap dan perilaku. Para umat Buddha memang perlu dan harus menghormat Sang Buddha, karena ‘menghormat orang yang patut dihormat adalah berkah utama’, namun, marilah menghormati Sang Buddha dengan memperbaiki dan mengubah perilaku masing-masing agar menjadi lebih baik dalam bertindak, berbicara, dan berpikir. Semakin seorang menghormati Sang Buddha, seharusnya ia akan semakin baik pula perilakunya.

Selamat Tahun Baru Buddhis, Selamat Waisak, semoga semangat Waisak ini akan dapat meningkatkan semangat untuk mempelajari dan melaksanakan Buddha Dhamma yang luhur dan indah dalam kehidupan sehari-hari.Semoga Anda semua berbahagia dalam Dhamma. Semoga semua makhluk baik yang tampak maupun yang tidak tampak akan memperoleh kebaikan dan kebahagiaan sesuai dengan kondisi karmanya masing-masing.

Sabbe satta bhavantu sukhittata

Ditranskrip dari kaset ceramah
oleh: NN, Jakarta
Editor: Bhikkhu Uttamo

Kenyataan Hidup

                                        
“Jadi orang baik sulit bagaikan mendaki gunung,
tapi jadi orang jahat mudah bagaikan meluncur dari puncaknya."

Membangun sebuah gedung,
dibutuhkan waktu bertahun-tahun.
Untuk merobohkannya, cukup 1 hari saja.

Jari tangan terpotong dalam sekejap mata namun untuk penyembuhannya,
butuh waktu berbulan-bulan.

Belajar hemat puluhan tahun,
menggesek kartu kredit cukup 1 menit.

Belajar judi 1 jam,
mau tobat butuh waktu 10 tahun.

Belajar jujur bertahun-tahun,
tapi belajar bohong tidak perlu semenit.

Menjadi baik puluhan tahun,
tapi jahat cukup 1 detik.

Itulah realita hidup...

Kejahatan mudah dipelajari,
tapi susah diperbaiki.

Kebaikan sulit dibina,
tapi mudah ternoda.

Jangan jadi jahat dan isilah kehidupan ini dengan perbuatan-perbuatan bermakna !!!

"Apakah arti hidupmu?
Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."

Hidup ini takkan lama,
Sudah saatnya mari bersama-sama membuat HIDUP LEBIH BERHARGA,
Saling menghargai,
Saling membantu dan memberi,
Saling mendukung untuk kemajuan bersama dan jadilah teman setia tanpa pamrih,
Jauhin niat jahat untuk mencelakai teman dan memaksa seseorang melakukan suatu hal yang menyimpang untuk kepentingan pribadi anda, believe in KARMA.

TUHAN memberikan kehidupan yang sangat
Berharga,
Namun bukankah anda seringkali kurang menghargai waktu hidup ini justru saat anda masih bisa hidup lama?

Hidup ini begitu bernilai,
Itulah sebabnya agar anda tidak menyesal di kemudian hari,
maka anda harus menjalani hidup dengan maksimal.

Bekerja dengan maksimal,
Mengasihi keluarga dengan maksimal,
Berkarya bagi sesama dengan maksimal.

Intinya...
Ketika anda sudah mengusahakan yang terbaik selama hidup ini,
maka anda tidak perlu lagi menyesal di kemudian hari.

Kamis, 23 Januari 2014

Tian Ya He Chu Shi Wo Jia

天涯何處是我家(金佩姍)

作詞:十方
作曲:方文
良編曲:方文
良製作人:方文良


白與黑 錯與對
我們一生都在分辨是非
誰說近朱者赤
近墨者黑 善良是出污泥而不染的蓮

地與天 家與街
我們一生都在找尋依歸
候鳥不懂梧桐樹 在等誰
梧桐也不明白候鳥為誰追

 就這樣飄盪許多年 
像沒有根的浮萍不斷變遷
幸福也許山高水遠 
有天會近在眼前

天涯那麼大 何處是我家
讓我依靠陪我聽我說話
蝴蝶經過掙扎就能飛的像朵花
生命越磨越亮 我不怕

天涯那麼大 我要一個家
一片屋瓦為我風吹雨打
萬家燈火高掛閃著愛的偉大
總會有一盞燈 為我牽掛

Filosofi Jepang


(1) : Hubungan antar manusia yang paling tinggi levelnya,yang terus diajarkan dari generasi kegenerasi, diajarkan sejak balita,dan menjadi kiblat orang Jepang adalah "Empati".

Empati atau Memposisikan diri kita menjadi ORANG LAIN (memposisikan diri kita menjadi lawan bicara).

Kalau kita sedang ngebantah sama Orang Tua kita, cobalah untuk menjadi orang tua yang sudah "Bingungan" itu,sedang ngomong dengan "Anak Kita" maka jelmakan diri kita menjadi anak kita yang bandel.

Sedang ngomong ke customer kita atau Downline kita, maka menjelmalah menjadi customer kita terlebih dulu.

Mau ngomong ke upline kita, sahabat kita, musuh kita, maka Menjadilah mereka terlebih dulu dan bila kita menjadi dia "apa yg ingin kita dengarkan?"

Kenapa dompet yang jatuh dikereta Jepang kemungkinan besar AKAN balik kepemiliknya? Karena yang menemukan langsung akan berpikir, bila uang di dompet ini saya ambil "jangan-jangan yang punya, gak punya uang lagi, gajian baru bulan berikutnya, dia pasti akan bingung bayar hutang, bingung bayar listrik, bingung beli makan, nanti dia akan dimarahin istri, anak dia akan kelaparan atau dia akan mati karena perbuatan saya ini"Ya, mereka selalu berfikir empati.

Itulah makanya negaranya aman dan cepat maju.

1.Yang ketahuan korupsi, bunuh diri karena malu.

2. Pejabat yang merasa gagal akan mundur karena dia pakai kacamata rakyatnya

3. Wanita pulang kerja malam hari lebih terjamin keamanannya, karena para pria berpikir, gimana kalau itu adik, anak atau istri saya.
Anda ingin dicintai oleh siapapun?

Milikilah ilmu orang Jepang. Gak usah merasa malu untuk mengcopynya!

Manusia dan Benda


Ketika seorang pria sedang memoles-moles mobil barunya, anaknya yang berumur 6 tahun mengambil sebuah batu dan menggores-goresnya di badan mobil itu. Dengan marah, pria tersebut memegang tangan anak itu dan memukul-mukulnya berulang-ulang,tanpa sadar bahwa ia sedang memegang kunci pas.

Di rumah sakit, anak itu kehilangan semua jari-jari tangannya karena remuk. Ketika anak itu melihat ayahnya dgn menahan rasa sakit di matanya, dia bertanya "ayah, kapan jari-jariku akan tumbuh lagi ?".

Pria itu sangat terpukul dan terdiam, dia kembali ke mobilnya dan terus menerus menendang-nendangnya. Menyesali perbuatannya, dia duduk di depan mobil itu dan melihat goresan yang ditulis anaknya "LOVE YOU DAD".

Beberapa hari kemudian pria itu kedapatan bunuh diri. Marah dan Cinta tidak ada batasannya, pilihlah yang terakhir agar anda punya hidup yang indah.

Barang-barang hanya dibuat, namun orang untuk dicinta, tapi itulah masalah di dunia sekarang, orang dibuat dan barang dicinta.

Berhati-hatilah, pikiran anda menjadi kata-kata dan  kata-kata menjadi aksi, aksi menjadi kebiasaan, kebiasaan menjadi karakter, dan karakter menjadi nasib anda.

Saya senang renungan ini dikirimi teman sebagai pengingat.. Tidak masalah bila anda tidak mengirim ulang, tapi jika anda melakukannya mungkin anda akan mengubah hidup seseorang.. dan semoga ada manfaatnya.

Mengendarai Mobil Disaat Terjadi Banjir



Bagi anda yang terjebak di lokasi banjir...

1. Nyetir di tempat banjir nggak perlu ngebut. Kenapa? Untuk menghindari cipratan berlebih di ruangan mesin yang berpotensi bikin mogok.

2. Nerjang banjir paling aman pakai gigi 1 (mobil matic pindah ke L atau 1). Karena beban mobil lebih berat waktu nerjang banjir.

3. Nggak perlu resah urusan knalpot kemasukkan air. Kenapa? Karena knalpot nggak akan bisa kemasukkan air selama mesin tetap nyala.

4. Ketimbang knalpot, yang harus diperhatikan justru filter udara di ruang mesin. Bagian ini lebih rentan bikin mogok di banjir.

5. Karena filter udara yang kemasukkan air (cipratan dari menerjang banjir) bisa bikin mogok. Maka dari itu perlahan saat melintas.

6. Jika memungkinkan, hindari berhenti di tengah banjir. Karena saat mobil berhenti, permukaan air akan naik di ruang mesin.

7. Pada dasarnya, mobil bermesin diesel lebih aman nerjang banjir di banding mesin bensin. Diesel lebih bersifat 'Waterproof'.

8. Kenapa nggak boleh terlalu di gas waktu lewat banjir? Karena filter udara semakin kuat nyedot udara. Makin berpotensi ngisep air.

9. Selalu siaga dan cermat. Tanpa disadari, yang bikin mobil kita mogok justru terjangan ombak air berlebih dari mobil sebelah.

10. Setelah melewati genangan, jangan langsung mengebut. Cukup berbahaya karena kondisi rem kita masih sangat licin.

11. Cara mengeringkan rem setelah melewati genangan? Cukup lakukan rem kecil berulang hingga terasa menggigit kembali.

12. Untuk mobil manual, usahakan menghindari menginjak kopling saat berada di genangan banjir. Mengapa? Menginjak kopling di genangan banjir membuat air masuk ke transmisi. Berpotensi merusak transmisi karena oli bercampur air.

13. Jika belum familiar dengan jalan yang dilewati. Usahakan jangan melintas pinggir jalan. Mungkin saja ada selokan...


Semoga bermanfaat.

Ketuhanan Dalam Agama Buddha


Oleh Bhikkhu Uttamo

Umat Buddha kadang dianggap masyarakat luas sebagai orang yang tidak bertuhan. Agama Buddha sering pula dikatakan sebagai agama yang tidak bertuhan. Bahkan, pada suatu pertemuan dengan para pemuka agama, saya pernah menerima pernyataan dari pemuka agama lain bahwa Agama Buddha tidak bertuhan.

Menanggapi pernyataan yang bersifat tuduhan ini, saya jawab dengan pertanyaan lain: ”Manakah agama di Indonesia yang bertuhan?”

Tentu saja para pemuka agama itu langsung tersentak kaget dan merah padam mukanya. Mereka seolah tidak percaya dengan pertanyaan saya tersebut.

Namun, saya segera melanjutkan dengan keterangan bahwa istilah ‘tuhan’ sesungguhnya berasal dari Bahasa Kawi.

Oleh karena itu, pengertian kata ‘tuhan’ terdapat dalam kamus Bahasa Kawi. Disebutkan dalam kamus tersebut bahwa ‘tuhan’ berarti penguasa atau tuan.

Dan, karena di Indonesia tidak ada agama yang mempergunakan Bahasa Kawi sebagai bahasa kitab sucinya, lalu agama manakah di Indonesia yang bertuhan dan mencantumkan istilah ‘tuhan’ dalam kitab suci aslinya?

Menyadari kebenaran tentang bahasa asal kitab suci masing-masing, barulah mereka menerima bahwa memang tidak ada istilah ‘tuhan’ dalam kitab suci mereka.

Jika demikian dalam Tipitaka, kitab suci Agama Buddha, tentu juga tidak akan pernah ditemukan istilah ‘tuhan’ karena Tipitaka menggunakan Bahasa Pali yaitu bahasa yang dipergunakan di India pada jaman dahulu.

Namun, tidak adanya istilah ‘tuhan’ dalam kitab suci Tipitaka tentunya tidak boleh dengan mudah dan sembarangan kemudian orang menyebutkan bahwa ‘Agama Buddha tidak bertuhan’.

Salah pengertian dan penafsiran sedemikian sembrono tentunya berpotensi menjadi pemicu pertentangan antar umat beragama di Indonesia bahkan di berbagai belahan dunia.

Sebagai contoh sederhana tentang hal ini adalah penggunaan istilah ‘telunjuk’ untuk salah satu jari tangan manusia.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata ‘telunjuk’ pasti dengan mudah dapat diketemukan karena memang kata tersebut berasal dari Bahasa Indonesia.

Namun, dalam kamus Bahasa Inggris, tidak mungkin dapat dijumpai istilah ‘telunjuk’.

Kenyataan yang bertolak belakang ini tentu saja tidak mengkondisikan orang secara sembarangan menyimpulkan bahwa semua orang yang berbahasa Inggris tidak mempunyai telunjuk.

Sebuah kesimpulan yang aneh dan tidak masuk akal. Kesimpulan sembarangan semacam ini pasti akan menjadi bahan tertawaan orang banyak.

Sayangnya, pemahaman seperti ini tidak berlaku untuk konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Ketika Agama Buddha tidak pernah menyebutkan istilah ‘tuhan’ dalam berbagai upacara ritual, maka secara sembarangan, masyarakat telah ‘menuduh’ bahwa Agama Buddha tidak bertuhan.

Padahal, dalam Agama Buddha yang menggunakan kitab suci berbahasa Pali, konsep ketuhanan yang dimaksud mempergunakan istilah Nibbana atau lebih dikenal secara luas sebagai Nirvana (Bahasa Sanskerta).

Jadi, seseorang tidak akan pernah menemukan istilah ‘tuhan’ dalam Tipitaka, melainkan istilah ‘nibbana’. 

Nibbana inilah yang sering dibabarkan oleh Sang Buddha di berbagai kesempatan kepada bermacam-macam lapisan masyarakat. Nibbana ini pula yang menjadi tujuan akhir seorang umat Buddha, sama dengan berbagai konsep ketuhanan dalam agama lain yang juga menjadi tujuan akhir mereka masing-masing.

Seperti telah diketahui bersama bahwa Ajaran Sang Buddha mengenal adanya tiga tujuan hidup umat Buddha yaitu:
pertama, mendapatkan kebahagiaan di dunia.
Kedua, kebahagiaan karena terlahir di alam surga atau alam bahagia setelah meninggal dunia.
Ketiga, kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana atau Nirvana yang dapat dicapai ketika seseorang masih hidup di dunia ataupun setelah ia meninggal nanti.

Kebahagiaan yang pertama adalah kebahagiaan duniawi yang dapat diwujudkan di dunia ini setelah seseorang mengenal dan melaksanakan Buddha Dhamma.

Apabila setelah mengenal Dhamma, seseorang semakin susah hidupnya, maka berarti Dhamma yang lebih dikenal sebagai Agama Buddha itu belum memberikan manfaat baginya.

Kebahagiaan tahap pertama ini diukur dengan adanya rasa cukup, paling tidak, untuk empat kebutuhan pokok paling mendasar yaitu pakaian, makanan, tempat tinggal serta sarana kesehatan.

Pengertian ‘cukup’ yang dimaksudkan di sini tentu saja sangat relatif sifatnya. Cukup bagi seseorang mungkin saja kekurangan bagi orang lain.

Oleh karena itu, dalam Dhamma, istilah ‘cukup’ ini diukur paling bawah atau secara minimal dari rasa cukup yang dimiliki oleh para bhikkhu.
Dengan demikian, seorang umat yang mempunyai lebih daripada yang dimiliki bhikkhu, maka sesungguhnya ia sudah dapat disebut sebagai cukup.
Kalaupun umat tersebut masih merasa tidak cukup, mungkin saja hal ini berhubungan dengan kebutuhan yang berbeda atau bahkan ketamakan yang dimiliki.

Para bhikkhu dalam menjalani hidup sebagai pertapa masih membutuhkan empat kebutuhan pokok yaitu jubah, makanan, tempat tinggal dan obat-obatan.

Keperluan jubah seorang bhikkhu hanya satu set saja. Dengan demikian, jika seorang bhikkhu mampu hidup menggunakan satu set jubah selama bertahun-tahun, maka seorang umat yang memiliki lebih dari satu set pakaian, misalnya tujuh set untuk tujuh hari dalam seminggu, maka ia bisa dianggap telah cukup.
Namun, apabila ia telah memiliki banyak sekali pakaian dan masih juga merasa belum cukup, maka hal ini lebih disebabkan oleh ketamakan yang dimilikinya.

Demikian pula dengan kebutuhan makanan. Kehidupan seorang bhikkhu ditopang dengan makanan yang diperoleh dari persembahan umat. Pada umumnya, seorang bhikkhu hanya makan sekali atau dua kali sebelum tengah hari. Oleh karena itu, jika seorang umat sudah mampu menyediakan diri dan keluarganya makanan lebih dari dua kali sehari, sesungguhnya ia sudah dapat dikatakan cukup. Namun, apabila ia masih merasa belum cukup ketika makanan yang ia miliki telah berlebihan, maka perasaan ini timbul sebagai akibat dari ketamakan yang ia miliki selama ini.

Kebutuhan tempat tinggal seorang bhikkhu dapat tercukupi dengan tinggal di dalam goa ataupun gubuk sederhana. Oleh karena itu, apabila seorang umat telah mampu memiliki satu unit rumah walaupun sederhana, sebenarnya ia telah dapat disebut cukup. Berlebihan dalam penyediaan rumah bisa dikatakan sebagai tanda ketamakan.

Akhirnya, kecukupan sarana kesehatan menjadi sumber kebahagiaan duniawi yang keempat setelah pakaian, makanan maupun tempat tinggal. Untuk menjaga kesehatan maupun mengobati penyakit, seorang bhikkhu sesuai dengan peraturan kebhikkhuan diperkenankan mempergunakan urine sendiri. Tradisi ini sebenarnya dimasa sekarang lebih dikenal dengan istilah ‘terapi urine’. Jadi, apabila seorang umat telah mampu membeli obat, walaupun generik, ia sesungguhnya sudah dapat disebut cukup. Namun, apabila ia berlebihan dalam pengadaan sarana kesehatan sehingga cenderung boros, maka ia termasuk telah dipengaruhi oleh nafsu ketamakan.

Terkait dengan tujuan hidup umat Buddha yang pertama yaitu hidup bahagia di dunia dengan kecukupan pakaian, makanan, tempat tinggal maupun sarana kesehatan, maka banyak sekali catatan uraian Dhamma Sang Buddha tentang mencari nafkah, mempertahankan dan meningkatkan kekayaan maupun upaya membina hidup rumah tangga bahagia dan harmonis.

Dengan melaksanakan uraian Dhamma yang telah disampaikan oleh Sang Buddha dan dicatat dalam Kitab Suci Tipitaka, maka para umat Buddha diharapkan mempunyai pedoman hidup yang jelas serta pasti untuk bekerja dan berumah tangga. Dengan demikian, ia akan mendapatkan kecukupan materi, bahkan berlimpah dengan materi namun rumah tangga serta kondisi batin tetap bahagia.

Selanjutnya, tujuan hidup umat Buddha yang kedua setelah merasa cukup bahagia hidup di dunia adalah mengarahkan kehidupannya agar setelah meninggal dunia ia terlahir di alam surga. Tujuan terlahir di alam surga ini menjadi tujuan kedua agar memberikan kesempatan para umat Buddha membuktikan terlebih dahulu manfaat Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan ini.
Apabila memang benar ia telah memetik manfaat Buddha Dhamma dengan mendapatkan kebahagiaan duniawi, tentu akan tumbuh keyakinan yang kuat dalam dirinya kepada Ajaran Sang Buddha. Ia akan lebih bersemangat melaksanakan Dhamma agar ia terlahir di alam bahagia sebagai tujuan hidup yang berikutnya. Pembuktian mencapai kebahagiaan di dunia ini menjadi sangat penting karena pembuktian kelahiran di surga jauh lebih sulit dilakukan semasa seseorang masih hidup di dunia. Kelahiran di alam surga sering menjadi pengetahuan umum maupun kepercayaan membuta yang diperoleh dari berbagai kitab suci yang ada dalam masyarakat. Disini Buddha Dhamma berusaha memberikan bukti, bukan hanya sekedar janji.

Tidak adanya manfaat memiliki kepercayaan membuta tanpa bukti atas kelahiran di surga ini dapat diperjelas dengan perumpamaan cinta seorang pria terhadap gadis pujaannya.

Tersebutlah sebuah kisah tentang seorang gadis yang cantik jelita. Kecantikannya telah terkenal di mana-mana. Setiap hari, banyak pemuda datang mengharapkannya sebagai istri. Mereka datang dengan membawa berbagai buah tangan sebagai penarik hati si gadis itu. Akhirnya, dari sekian banyak pria yang melamar, gadis tersebut memilih salah satu diantaranya. Ketika si pria yang diterima lamarannya ini bertanya, kapan mereka akan menikah.
Si gadis menjawab, “Nanti setelah kita mati”.

Sebuah jawaban yang aneh dan tidak ada gunanya. Ketika mereka mati, kapan mereka memiliki kesempatan untuk hidup dan berbahagia bersama? Tidak masuk akal memang. Sayangnya, jawaban semacam ini dianggap tidak aneh dan tetap layak dipercaya ketika seseorang mendapatkan janji tanpa bukti bahwa seseorang akan terlahir di surga setelah ia meninggal dunia. Justru karena untuk membuktikan terlebih dahulu, Buddha Dhamma memberikan kesempatan kepada mereka yang mau mempelajari dan melaksanakan Dhamma mendapatkan kebahagiaan duniawi sebelum mereka membicarakan kebahagiaan surgawi.

Adapun kebahagiaan surgawi yang dicapai setelah mendapatkan kebahagiaan duniawi dapat diperoleh para umat Buddha dengan mengkondisikan timbulnya kebahagiaan duniawi kepada mereka yang membutuhkan.
Umat Buddha hendaknya sering melakukan kebajikan dengan membagikan kelebihan pakaian, makanan, tempat tinggal maupun sarana kesehatan yang telah ia miliki dan ia telah merasa cukup dengan hal itu.
Disinilah peran rasa cukup yang mampu mengatasi ketamakan menjadi sangat penting. Dari tindakan ini pula dapat dibedakan pengaruh cukup atau tamak terhadap diri seseorang. Mereka yang dipengaruhi oleh ketamakan tidak akan pernah merasa cukup dan tidak ingin berbagi kepada mereka yang membutuhkannya. Sedangkan mereka yang merasa cukup tidak akan pernah menyia-nyiakan setiap kesempatan untuk berbagi dan terus berbagi kepada mereka yang membutuhkan. Dengan sering berbagi, maka umat pun terlatih untuk memperbanyak kebajikan melalui badan, ucapan serta pikiran. Banyaknya kebajikan yang telah dilakukan inilah yang akan menjadi jalan lebar serta lurus untuk seseorang terlahir di alam surga setelah kematiannya.

Akhirnya, karena seseorang telah mampu membuktikan pencapaian kebahagiaan duniawi dengan melaksanakan Dhamma, ia pun telah merasakan kebahagiaan karena mampu berbagi, maka tahap ketiga sebagai tujuan hidupnya adalah berusaha mencapai Nibbana atau Nirvana atau Tuhan Yang Mahaesa dalam kehidupan ini juga maupun kehidupan yang selanjutnya.

Untuk memahami konsep ketuhanan dalam Agama Buddha, perlu dimengerti terlebih dahulu bahwa dalam masyarakat pada umumnya terdapat dua cara pendekatan.

Pertama, Tuhan dikenal melalui bentuk manusia. Oleh karena itu, tidak jarang dijumpai istilah “Tuhan melihat umatNya”, atau “Tuhan mendengar doa umatNya” serta masih banyak lainnya.

Pendekatan kedua, Tuhan dikenal melalui sifat manusia. Misalnya, “Tuhan marah”, “Tuhan cemburu”, “Tuhan mengasihi”, “Tuhan adil”, serta masih banyak istilah sejenis lainnya.

Berbeda dengan yang telah disampaikan, Ketuhanan dalam Agama Buddha tidak menggunakan kedua cara di atas. Agama Buddha menggunakan aspek ‘nafi’ atau penolakan atas segala sesuatu yang dapat dipikirkan oleh manusia.

Jadi, pengertian Nibbana atau Tuhan dalam Agama Buddha adalah “Yang tidak terlahirkan”, “Yang tidak menjelma”, “Yang tidak bersyarat”, “Yang tidak kondisi”. “Yang tidak terpikirkan”, serta masih banyak kata ‘tidak’ lainnya.

Secara singkat, Tuhan atau Nibbana adalah mutlak, tidak ada kondisi apapun juga. Pendekatan yang berbeda ini sehubungan dengan ketidakmampuan bahasa manusia untuk menceritakan segala sesuatu bahkan hal sederhana yang ada di sekitar hidup manusia.

Misalnya, seseorang tidak akan pernah mampu menceritakan rasa maupun bentuk durian kepada orang yang sama sekali belum pernah melihat durian. Sepandai apapun juga orang itu bercerita, si pendengar tetap mengalami kesulitan untuk membayangkannya, apalagi jika membahas mengenai bau durian yang khas. Pasti tidak mungkin terceritakan. Untuk itu, cara yang jauh lebih mudah menjelaskan hal ini adalah dengan membawa contoh durian asli untuk dikenalkan kepada si pendengar. Setelah melihat bendanya, mencium aromanya, si pendengar pasti segera menganggukkan kepada penuh pengertian.

Demikian pula dengan konsep ketuhanan dalam Agama Buddha. Apabila rasa, bentuk maupun warna durian yang mudah dijumpai saja tidak mampu diceritakan, maka tentunya kini sudah dapat dimengerti penyebab Dhamma mempergunakan istilah ‘tidak terpikirkan’ untuk menceritakan Nibbana.

Hanya saja, menyebutkan ‘tidak terpikirkan’ bukan berarti tidak ada. Sama dengan kesulitan menceritakan rasa durian di atas; tidak bisa diceritakan bukan berarti tidak ada.

Untuk menjelaskan durian, perlu dibuktikan sendiri.Untuk memahami Nibbana, perlu dijalani sendiri. Jalan yang harus ditempuh itu dikenal sebagai Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Jalan Mulia Berunsur Delapan sesungguhnya hanya merupakan satu jalan saja. Namun, satu jalan ini terdiri dari delapan unsur yaitu:
Pengertian Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Daya Upaya Benar, Perhatian Benar dan Konsentrasi Benar.

Jalan Mulia inilah yang diajarkan Sang Buddha ketika Beliau pertama kali mengajarkan Dhamma di dunia. Karena seorang umat Buddha harus melaksanakan dan menjalani sendiri Jalan Mulia Berunsur Delapan agar dapat memahami Ketuhanan Yang Mahaesa atau Nibbana, maka dalam Ajaran Sang Buddha dikenal istilah “datang dan buktikan” atau ehipassiko (Bhs. Pali).

Jalan Mulia Berunsur Delapan yang telah disebutkan di atas adalah merupakan salah satu unsur dari Ajaran Pokok Sang Buddha yang dikenal dengan Empat Kesunyataan Mulia.

Seperti nama yang dipergunakan, Empat Kesunyataan Mulia terdiri dari empat kondisi yang pasti dialami oleh semua mahluk hidup.

Kesunyataan pertama menyebutkan kenyataan bahwa hidup berisikan ketidakpuasaan. Ketidakpuasan ini disebabkan karena keinginan untuk selalu bertemu dan berkumpul dengan mereka yang dicintai dan keinginan untuk tidak berjumpa dengan mereka yang tidak disukai.

Kesunyataan kedua menganalisa bahwa ketidakpuasan tersebut disebabkan oleh keinginan. Semakin kuat keinginan, semakin kuat pula ketidakpuasan yang dialami. Sebaliknya, semakin lemah keinginan, semakin lemah pula ketidakpuasan yang timbul dalam batin seseorang.

Kesunyataan ketiga memberikan penalaran bahwa terkendalinya keinginan akan menyebabkan hilangnya ketidakpuasan sehingga seseorang mencapai Nibbana.

Dan, kesunyataan keempat memberikan cara atau satu jalan yang memiliki delapan unsur untuk mengendalikan keinginan serta melenyapkan ketidakpuasan. Agar mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka masing-masing kesunyataan mulia ini akan sepintas dibahas secara umum.

Kesunyataan Mulia yang pertama menyebutkan bahwa hidup berisikan ketidakpuasan. Ketidakpuasan ini muncul karena dalam kehidupan selalu terkondisi untuk berpisah dengan segala hal yang dicinta dan bertemu dengan segala hal yang tidak disuka.

Maksud dari segala hal yang dicinta dan tidak disuka ini dalam arti yang seluas-luasnya. Dengan demikian, pengertian tersebut dapat meliputi orang, benda, suasana dsb.

Misalnya, seseorang pada mulanya bisa saja duduk bersila di lantai dengan nyaman, namun pada saat berikutnya ia mungkin merasakan kesemutan yang menyakitkan. Perasaan ini timbul karena ia telah berpisah dengan kondisi yang dicinta yaitu nyaman duduk bersila di lantai dan bertemu dengan kondisi yang tidak dicinta yaitu rasa sakit akibat kesemutan.

Demikian pula dengan rasa tidak nyaman akibat lapar. Kondisi ini timbul akibat berpisah dengan yang dicinta yaitu rasa tidak lapar dan bertemu dengan kondisi yang tidak disuka yaitu rasa lapar. Jadi, kondisi bertemu dengan yang tidak disuka dan berpisah dengan yang disuka ini selalu muncul berbarengan bagaikan dua sisi tangan yang terlihat berbeda apabila dipandang dari dua arah. Namun, kedua perbedaan sudut pandang ini tetap saja melihat satu bagian yang sama yaitu telapak tangan.

Sang Buddha mengerti dengan jelas bahwa sumber ketidakpuasan yang dialami ini adalah dari keinginan yang tidak tercapai untuk selalu bertemu dengan yang dicinta dan tidak bertemu dengan yang tidak disuka.

Oleh karena itu, Kesunyataan Mulia yang kedua menyebutkan bahwa keinginan adalah sumber ketidakpuasan. Semakin kuat keinginan seeorang untuk mempertahankan kondisi yang dicintai, maka semakin besar pula rasa ketidakpuasan yang ia alami. Demikian pula, semakin kuat penolakan terhadap pertemuan dengan kondisi yang tidak menyenangkan akan memperberat rasa ketidakpuasan yang timbul dalam batinnya.

Dalam contoh di atas, semakin seseorang gelisah atas rasa kesemutan yang ia alami, maka semakin memuncak rasa ketidakpuasannya terhadap kondisi tubuhnya yang terbatas tersebut. Semakin seseorang menolak rasa lapar yang memang sudah timbul, semakin parah pula rasa lapar menyerangnya.

Oleh karena itu, pembabaran Sang Buddha selanjutnya adalah Kesunyataan Mulia yang ketiga bahwa ketidakpuasan dapat diatasi apabila keinginan dapat dikendalikan.
Pengendalian keinginan ini dicapai dengan pemahaman bahwa hidup adalah proses yang berkesinambungan. Tidak ada kekekalan di alam semesta ini. Hanya ketidakkekalan itulah yang kekal.
Dengan demikian, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Ketika seseorang bertemu dengan kondisi nyaman duduk bersila di lantai, maka seiring dengan berjalannya waktu, ia pun pasti akan bertemu dengan kondisi tidak nyaman duduk di lantai yaitu kesemutan.
Demikian pula ketika ia merasa nyaman ‘bertemu’ dengan rasa tidak lapar, maka suatu saat sesuai dengan berjalannya waktu, ia pasti akan ‘bertemu’ dengan rasa lapar. Segala bentuk keinginan yang menimbulkan ketidakpuasan tersebut akan dapat diatasi apabila seseorang mampu memahami ketidakkekalan ini.

Akhirnya, sebagai Kesunyataan Mulia yang Keempat, diuraikan Sang Buddha tentang Jalan Mulia Berunsur Delapan yang menjadi kunci pelaksanaan seseorang untuk dapat mengendalikan keinginannya. Pelaksanaan Jalan Mulia inilah yang seharusnya dikerjakan dengan tekun dan penuh semangat oleh para umat serta simpatisan Buddhis agar hidupnya mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan yang bisa diperoleh, seperti yang telah diuraikan sebelumnya, adalah kebahagiaan duniawi, kemudian, kebahagiaan setelah meninggal dunia dengan terlahir di salah satu alam surga atau bahkan tentu saja kebahagiaan tertinggi yaitu terbebas dari kelahiran kembali yakni ketika seseorang mencapai Nibbana atau Tuhan Yang Mahaesa dalam Agama Buddha.

Dasar pelaksanaan Jalan Mulia Berunsur Delapan diawali dengan latihan kemoralan. Paling tidak, sebagai awal, terdapat lima latihan kemoralan yang dapat dilakukan yaitu: upaya menghindari tindakan pembunuhan, pencurian, perjinahan, bohong dan mabuk-mabukan.

Latihan mengendalikan diri terhadap lima perilaku tidak benar ini mengkondisikan seseorang untuk selalu menyadari segala tingkah laku badan dan ucapan yang sedang dikerjakan. Semakin sering seseorang mampu mengembangkan kesadaran atas tindakan serta ucapannya, maka ia pun semakin terkondisi untuk memperhatikan serta menyadari segala bentuk gerak gerik pikiran yang menjadi sumber tindakan badan maupun ucapan yang dilakukannya.

Perhatian pada gerak gerik pikiran inilah yang akan mengkondisikan seseorang menyadari bahwa kenyataan hidup adalah saat ini. Secara bertahap dengan mempunyai kesadaran ini, seseorang akan semakin berkurang kemelekatannya pada masa lampau maupun masa depan.

Masa lampau hanyalah tinggal kenangan sebagai bagian dari upaya pembelajaran untuk diperbaiki maupun ditingkatkan di masa sekarang.
Sedangkan masa depan masih berupa rencana maupun impian yang harus segera dilaksanakan sedikit demi sedikit di masa sekarang.

Dengan demikian, masa sekarang menjadi masa yang sangat penting sekali untuk selalu meningkatkan kualitas diri secara lahir maupun batin. Pemahaman yang kuat bahwa kenyataan hidup adalah saat ini menjadikan seseorang secara perlahan-lahan akan berkurang kemelekatannya.

Batinnya menjadi tenang seimbang menghadapi segala perubahan yang dijumpainya. Bahkan, pada akhirnya ia mampu membebaskan diri dari kemelekatan sehingga batinnya pun terbebas dari ketamakan, kebencian serta kegelapan.

Kegelapan batin yang dimaksudkan di sini adalah ketidaktahuan seseorang bahwa kenyataan hidup adalah tidak kekal dan hanya merupakan proses berkesinambungan. Dengan demikian, ia tidak lagi melekat dengan proses yang terus menerus berubah ini.

Pengertian inilah yang membawa seseorang terbebas dari kelahiran kembali atau mencapai Nibbana yang tidak bisa diceritakan karena kemutlakannya. Sama sekali tidak bersyarat. Hanya saja, walaupun tidak bisa diceritakan, ternyata Nibbana mampu dicapai oleh mereka yang dengan sungguh-sungguh melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Demikianlah Nibbana atau Tuhan Yang Mahaesa dalam Agama Buddha yang tidak bisa diceritakan namun bisa dicapai dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan. Tentu saja akan timbul pertanyaan dalam diri para umat serta simpatisan Buddhis bahwa apabila Nibbana atau Tuhan dalam Agama Buddha tidak memiliki konsep seperti pemahaman umum yang dikenal dalam masyarakat, lalu bagaimanakah umat Buddha seharusnya berdoa?

Banyak orang sering menyebutkan secara keliru bahwa umat Buddha melakukan sembahyang di vihara. Untuk itu, sebaiknya harus dimengerti terlebih dahulu istilah ‘sembahyang’ yang sebenarnya terdiri dari dua suku kata yaitu ‘sembah’ berarti menghormat dan ‘hyang’ yaitu dewa.

Dengan demikian, ‘sembahyang’ berarti menghormat, menyembah para dewa. Apabila ‘sembahyang’ diartikan seperti itu, maka umat Buddha sesungguhnya tidak melakukan sembahyang.

Umat Buddha bukanlah umat yang menghormat maupun menyembah para dewa. Umat Buddha mengakui keberadaan para dewa dewi di surga, namun umat tidak sembahyang kepada mereka.

Umat Buddha juga tidak ‘berdoa’ karena istilah ini mempunyai pengertian ada permintaan yang disebutkan ketika seseorang sedang berdoa. Umat Buddha tentu saja tidak pernah meminta kepada arca Sang Buddha maupun kepada fihak lain.

Keterangan ini jelas menegaskan bahwa umat Buddha bukanlah penyembah berhala karena memang tidak pernah meminta-minta apapun juga kepada arca Sang Buddha, arca yang lain bahkan kekuatan di luar manusia lainnya.

Daripada disebut ‘sembahyang’ maupun ‘doa’, umat Buddha lebih sesuai dinyatakan sedang melakukan ‘puja bakti’. Istilah puja bakti ini terdiri dari kata ‘puja’ yang bermakna menghormat dan ‘bakti’ yang lebih diartikan sebagai melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam melakukan puja bakti, umat Buddha melaksanakan tradisi yang telah berlangsung sejak jaman Sang Buddha masih hidup yaitu umat datang, masuk ke ruang penghormatan dengan tenang, melakukan namakara atau bersujud yang bertujuan untuk menghormat kepada lambang Sang Buddha, jadi bukan menyembah patung atau berhala.

Kebiasaan bersujud ini dilakukan karena Sang Buddha berasal dari India. Sudah menjadi tradisi sejak jaman dahulu di berbagai negara timur termasuk India bahwa ketika seseorang bertemu dengan mereka yang dihormati, maka ia akan melakukan sujud yaitu menempelkan dahi ke lantai sebagai tanda menghormati mereka yang layak dihormati dan menunjukkan upaya untuk mengurangi keakuan sendiri.

Karena bersujud di depan altar ataupun arca Sang Buddha hanyalah bagian dari tradisi, maka para umat dan simpatisan boleh saja tidak melakukannya apabila batinnya tidak berkenan untuk melakukan tindakan itu. Tidak masalah, karena sebentuk arca tidak mungkin menuntut dan memaksa seseorang yang berada di depannya untuk bersujud. Namun, dengan mampu bersujud, maka seseorang akan mempunyai kesempatan lebih besar untuk berbuat baik dengan badannya. Ia belajar bersikap rendah hati.

Setelah memasuki ruangan dan bersujud, umat Buddha dapat duduk bersila di tempat yang telah disediakan. Umat kemudian secara sendiri atau bersama-sama dengan umat yang ada dalam ruangan tersebut membaca paritta yaitu mengulang kotbah Sang Buddha. Diharapkan dengan pengulangan kotbah Sang Buddha, umat mempunyai kesempatan untuk merenungkan isi uraian Dhamma Sang Buddha serta berusaha melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, semakin lama seseorang mengenal Dhamma, semakin banyak ia melakukan puja bakti, semakin banyak kotbah Sang Buddha yang diulang, maka sudah seharusnya ia semakin baik pula dalam tindakan, ucapan maupun pola pikirnya.

Salah satu contoh yang paling mudah ditemukan adalah kebiasaan umat membaca Karaniyametta Sutta di vihara. Sutta atau kotbah Sang Buddha ini berisikan cara memancarkan pikiran penuh cinta kasih kepada semua mahluk di setiap waktu, ketika seseorang sedang berdiri, berjalan, berbaring, berdiam selagi ia tidak tidur.

Diharapkan, dengan sering membaca sutta tersebut seseorang akan selalu berusaha memancarkan pikiran cinta kasih kepada lingkungannya. Ia hendaknya menjadi orang yang lebih sabar dari sebelumnya. Disebutkan pula dalam salah satu bait sutta tersebut bahwa jangan karena marah dan benci mengharapkan orang lain celaka. Pengertian baris cinta kasih ini sungguh sangat mendalam dan layak dilaksanakan. Dengan mampu melaksanakan satu baris ini saja dalam kehidupan, maka batin seseorang akan menjadi lebih tenang dan bahagia walaupun berjumpa dengan kondisi yang tidak sesuai keinginannya. Ia akan menjadi orang yang mampu mengendalikan dirinya. Dengan demikian, setiap kali ia hadir dan berkumpul maka ia akan selalu membawa kebahagiaan untuk lingkungannya.

Itulah makna sesungguhnya dari pengertian ‘puja bakti’ yaitu menghormat dan melaksanakan Ajaran Sang Buddha. Sekali lagi, umat Buddha tidak berdoa, juga tidak sembahyang. Namun, sebagai manusia biasa, adalah wajar apabila umat Buddha mempunyai keinginan atau permintaan, misalnya ingin banyak rejeki, ingin kaya dsb. Jika demikian, bagaimanakah yang dilakukan oleh umat Buddha agar keinginan atau harapan yang ia miliki tersebut dapat tercapai?

Untuk mencapai keinginan yang dimiliki, secara tradisi umat Buddha disarankan untuk melakukan kebajikan terlebih dahulu dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Setelah berbuat kebaikan, ia dapat mengarahkan kebajikan yang telah dilakukan tersebut agar memberikan kebahagiaan seperti yang diharapkan.

Upaya mengarahkan buah kebajikan ini secara tradisi biasanya dilakukan dalam tiga tahap. Seperti halnya menulis surat tentu membutuhkan kalimat pembuka sebelum mengutarakan maksud atau isi yang sesungguhnya sebelum ditutup dengan kalimat penutup.

Demikian pula kalau mendatangi rumah seseorang, maka biasanya diawali dengan pembicaraan yang santai, ramah dan penuh persaudaraan sebelum membahas masalah yang sesungguhnya. Setelah itu, barulah acara ramah tamah ditutup kembali dengan hal yang ringan sebelum berpamitan pulang.

Demikian pula ketika umat Buddha menyampaikan keinginan ataupun harapannya dalam upacara ritual Buddhis. Pada mulanya dibuka dengan mengingat Ajaran Sang Buddha.

Disebutkan ‘mengingat’ karena untuk membedakan dengan istilah ‘memuji’. Dalam ritual Buddhis, tidak dilakukan pujian kepada Sang Buddha karena tindakan tersebut tidak bermanfaat. Sang Buddha sudah tidak terlahirkan kembali. Dengan demikian, pujian tidak lagi memberikan pengaruh kepada Beliau.

Oleh karena itu, ingatan pada kotbah atau Ajaran Sang Buddha dirumuskan sebagai, “Sesuai dengan benih yang ditabur, demikian pula buah yang akan dituai. Menanam kebajikan akan tumbuh kebahagiaan.”

Perenungan atau ingatan ini berhubungan dengan Hukum Sebab dan Akibat atau lebih dikenal dengan Hukum Kamma. Setelah dibuka dengan perenungan, selanjutnya diungkapkan harapan atau keinginan yang dimiliki dengan menyebutkan,
“Semoga dengan semua kebaikan yang telah saya lakukan sampai saat ini akan membuahkan kebahagiaan dalam bentuk…… “ yang dapat diisi, misalnya : banyak rejeki, panjang umur, sehat kuat dan bersemangat, serta masih banyak lagi isian sesuai dengan keinginan yang dimiliki.

Dengan diawali perenungan pada hukum sebab dan akibat, maka seseorang akan lebih menyadari bahwa apabila ia menginginkan kebahagiaan, ia hendaknya melakukan kebajikan terlebih dahulu kepada fihak lain. Seperti halnya tanam padi akan panen padi, demikian pula apabila seseorang menanam kebajikan, ia pun akan memetik kebahagiaan. Jika ia menanam pelepasan mahluk dari penderitaan, maka ia pun akan terlepas dari berbagai kesulitan yang sedang dihadapi. Demikian seterusnya. Apabila telah cukup banyak kebajikan yang dilakukan, maka tentu kebahagiaan seperti yang diharap pun akan dapat terwujud. Kalaupun masih ada keinginan yang belum terwujud, ia akan selalu bersemangat untuk melakukan kebajikan karena ia telah menyadari bahwa semua kebajikan yang ia lakukan tidak akan pernah hilang begitu saja.

Apabila ungkapan permintaan itu telah dibuka dan didahului dengan perenungan pada Hukum Kamma atau Hukum Sebab dan Akibat, maka sebagai penutup umat Buddha dapat mengucapkan berkali-kali kalimat, “Semoga semua mahluk berbahagia’ yang artinya, ia sendiri adalah mahluk, semoga ia bahagia dengan tercapai segala harapannya. Keluarganya juga mahluk, semoga keluarganya bahagia sesuai dengan kondisi kamma mereka masing-masing. Bahkan, musuh-musuhnya pun adalah mahluk, semoga mereka semua berbahagia sesuai dengan keinginan yang mereka miliki. Dengan mengucapkan kalimat penutup seperti ini, maka umat Buddha diarahkan untuk mengingat kebahagiaan fihak lain selain diri sendiri. Kebahagiaan kepada fihak lain ini diwujudkan dengan memancarkan pikiran cinta kasih kepada semua mahluk, bahkan kepada para musuhnya. Sesungguhnya, dengan seseorang mampu mengharapkan semua mahluk berbahagia, maka dirinya sendiri pun akan mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan harapan yang telah dimiliki selama ini.

Jadi, secara lengkap, rumusan ungkapan permintaan ataupun ‘doa’ dalam tradisi Buddhis ini terdiri tiga tahap seperti yang telah diuraikan di atas yaitu: “ Sesuai dengan benih yang ditabur demikian pula buah yang dituainya, menanam kebajikan maka akan memperoleh kebahagiaan. Semoga dengan semua kebaikan yang telah saya lakukan sampai saat ini akan membuahkan kebahagiaan dalam bentuk ….. (diisi: panjang umur, sehat, sukses dsb.). Semoga semua mahluk berbahagia.” Dengan rumusan ‘doa’ seperti ini, umat Buddha akan selalu bersemangat untuk mengembangkan kebajikan melalui badan, ucapan dan juga pikiran karena ia sadar bahwa kebahagiaan akan dapat dirasakan melalui upaya kebajikan yang ia kerjakan. Ia tidak akan pernah menyalahkan fihak lain atas penderitaan yang ia alami. Sebaliknya, ia pun tidak akan menganggap ada fihak lain yang membuatnya bahagia. Suka duka adalah bagian dari buah perbuatan yang ia lakukan selama ini. Ia akan selalu bersemangat untuk melaksanakan lima latihan kemoralan yaitu berusaha tidak melakukan pembunuhan, pencurian, perjinahan, bohong maupun mabuk-mabukan. Ia juga akan tekun melaksanakan latihan pengembangan kesadaran atau meditasi. Dengan demikian, ia akan selalu sadar pada saat ia sedang bertindak, berbicara maupun berpikir. Kesadaran yang penuh akan hidup saat ini akan mengkondisikan seseorang mencapai kebebasan dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin. Pada tingkat inilah seseorang disebut mencapai Nibbana atau Tuhan dalam Agama Buddha. Jadi, pencapaian Tuhan atau Nibbana ini tidak harus dialami ketika seseorang telah meninggal, namun juga bisa dalam kehidupan ini juga. Sekarang juga.

Sebagai kesimpulan, sudah jelas sekarang bahwa tujuan hidup seorang umat Buddha adalah untuk mencapai kebahagiaan. Dalam Dhamma disebutkan adanya tiga tujuan hidup yaitu berbahagia di dunia ini, berbahagia setelah kehidupan ini yaitu mencapai alam surga atau alam bahagia lainnya. Kemudian, sebagai tujuan hidup yang tertinggi adalah kebahagiaan Nibbana atau Tuhan Yang Mahaesa. Tentu saja, Nibbana bukan surga atau alam, namun terbebas dari kelahiran kembali yang dapat dicapai dalam kehidupan ini juga. Agar seseorang dapat mencapai tujuan hidup yang tertinggi yaitu Nibbana, maka ia hendaknya selalu berusaha melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan secara terus menerus.

Adapun Jalan Mulia Berunsur Delapan itu adalah Pandangan Benar,
Pikiran Benar,
Ucapan Benar,
Perbuatan Benar,
Mata Pencaharian Benar,
Daya Upaya Benar,
Perhatian Benar dan
Konsentrasi Benar.
Dengan melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan ini seseorang paling tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup ini. Dan, apabila timbul keinginan atau harapan, maka ia dapat mengucapkan tekad yang terdiri dari tiga bagian yaitu pembuka, isi serta penutup seperti yang telah diuraikan di atas.

Cara mengungkapkan harapan atau keinginan dalam tiga bagian tersebut dapat dipergunakan dimanapun seseorang berada tanpa menimbulkan pertentangan maupun permusuhan dengan fihak lain. Cara tersebut dapat dipergunakan di berbagai tempat ibadah Buddhis maupun bukan.

Inilah yang perlu disampaikan pada kesempatan ini. Semoga uraian Dhamma ini akan memberikan manfaat serta kebahagiaan untuk para umat dan simpatisan Buddhis.

Semoga Anda semua berbahagia.
Semoga semua mahluk selalu berbahagia.
Semoga demikianlah adanya.

TANYA JAWAB:

Tanya 01 :
Apakah dalam Agama Buddha ada surga dan neraka, seperti dalam agama lain?

Jawab :
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa terdapat tiga tujuan hidup seorang umat Buddha yaitu bahagia di dunia, kemudian, bahagia setelah kehidupan ini yaitu terlahir di alam surga dan juga bahagia karena terbebas dari kelahiran kembali ketika seseorang telah mencapai Nibbana. Dengan demikian, dalam Agama Buddha pasti ada surga maupun neraka. Bahkan, surga dalam Agama Buddha lebih dari satu tingkat.
Banyaknya jenis alam surga ini karena tingkat kebajikan yang dilakukan seseorang tidaklah sama dengan kebajikan yang dilakukan oleh orang lain. Jadi, mereka yang lebih banyak melakukan kebajikan akan terlahir di surga yang lebih tinggi dan lebih lama daripada mereka yang kurang kebajikannya. Hal ini hampir sama dengan orang yang mempunyai uang lebih banyak tentunya akan mempunyai kesempatan membeli kendaraan lebih banyak pula daripada mereka yang mempunyai uang lebih sedikit. Kendaraan yang mampu dibeli juga berbeda fasilitasnya. Semakin kaya seseorang, tentu semakin bagus pula fasilitas kendaraan yang dapat ia peroleh.
Jadi, para prinsipnya, perbanyak kebajikan dengan badan, ucapan serta pikiran maka seseorang akan terlahir di surga yang lebih baik daripada mereka yang kurang kebajikannya.
Sebaliknya, selain alam surga sebagai buah kebajikan yang dilakukan seseorang semasa hidupnya, maka tentu terdapat pula alam menderita atau alam neraka yang merupakan buah perilaku buruk yang pernah dijalani selama hidup yang sebelumnya. Alam neraka juga mempunyai banyak tingkat. Dengan demikian, semakin jahat perilaku seseorang, semakin buruk pula kondisi neraka yang ia jumpai. Hal ini sama dengan penjahat yang melakukan banyak kejahatan akan mendapatkan hukuman yang lebih berat daripada penjahat yang bentuk kejahatannya tidak terlalu berat.

Tanya 02 :
Setelah manusia meninggal masih adakah surga atau neraka yang kekal? Bagaimana kita bisa tahu jalan menuju ke surga / Nibbana? Apa yang dijadikan patokan bahwa jalan kita yang dilewati itu benar?

Jawab :
Dalam pengertian Buddhis, seseorang yang meninggal akan segera terlahir kembali di alam surga atau neraka sesuai dengan buah kamma yang ia miliki. Mereka yang mempunyai banyak kamma baik akan terlahir di surga atau alam bahagia. Mereka yang banyak mempunyai kamma buruk akan terlahir di alam menderita, termasuk alam neraka. Namun, alam surga maupun neraka dalam Dhamma disebutkan tidak kekal. Oleh karena itu, ketika buah kamma yang mendukung kelahiran di suatu alam telah habis, maka mahluk itu akan meninggal dari alam tersebut untuk terlahir kembali di alam yang sesuai.Dan, untuk mengetahui jalan ke surga maupun Nibbana, dalam uraian di atas sudah dijelaskan bahwa Ajaran Sang Buddha memberikan bukti dengan menguraikan cara-cara untuk mencapai kebahagiaan di dunia. Pada pokoknya disebutkan bahwa segala suka dan duka hanyalah akibat permainan pikiran sendiri. Pikiran akan bahagia ketika keinginan tercapai, sebaliknya pikiran menderita ketika keinginan tidak tercapai. Dengan memahami kenyataan ini, seseorang hendaknya melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan agar ia mampu mengendalikan keinginan. Kemampuan untuk mengendalikan keinginan inilah yang akan menimbulkan kebahagiaan dalam batin seseorang. Kebahagiaan dalam batin ini juga akan mengkondisikan kebahagiaan di lingkungannya. Kebahagiaan di lingkungan akan mampu mewujudkan kebahagiaan di dunia. Setelah seseorang mampu membuktikan kebenaran Ajaran Sang Buddha untuk mencapai kebahagiaan di dunia, maka ia tentunya akan lebih yakin bahwa Dhamma Ajaran Sang Buddha mampu juga memberikan jalan hidup bahagia dengan terlahir di alam surga. Ia juga akan yakin bahwa pelaksanaan Buddha Dhamma akan mengkondisikan seseorang mencapai kesucian atau Nibbana dalam kehidupan ini juga. Jadi, kunci keyakinan pada Buddha Dhamma adalah kesempatan untuk membuktikan terlebih dahulu kebenaran Dhamma dalam kehidupan ini juga.

Tanya 03 :
Apakah Agama Buddha percaya adanya malaikat dan hantu?

Jawab :
Malaikat atau lebih dikenal dalam istilah Buddhis sebagai dewa dan dewi adalah para penghuni surga. Sedangkan hantu adalah mahluk halus dalam Agama Buddha disebutkan ada beberapa jenis. Ada mahluk yang disebut sebagai setan kelaparan, ada juga yang disebut setan raksasa maupun berbagai jenis lainnya. Oleh karena itu, sudah jelas bahwa Agama Buddha mengakui keberadaan para dewa dan dewi serta para mahluk halus. Meskipun demikian, umat Buddha sama sekali tidak dianjurkan untuk meminta maupun memuja mereka. Umat Buddha hanya mengetahui saja bahwa mereka adalah bagian dari para mahluk yang terlahir di berbagai alam kelahiran.

Tanya 04 :
Apakah Agama Buddha terdapat manusia pertama?

Jawab :
Sebenarnya tujuan Dhamma Ajaran Sang Buddha lebih cenderung dipergunakan untuk mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan. Dan, kemampuan seseorang untuk mengendalikan diri ini sama sekali tidak ada hubungan langsung dengan pengetahuan tentang manusia pertama. Tanpa mengetahui manusia pertama sekalipun, seseorang bisa saja mencapai kesucian. Namun, dalam salah satu kesempatan, kepada mereka yang telah mempunyai kemampuan batin dari latihan meditasi yang tekun sehingga mampu mengingat berkali-kali muncul dan kiamatnya bumi, barulah Sang Buddha menceritakan terjadinya manusia pertama. Cerita Sang Buddha hanya kepada mereka yang mampu mengingat terbentuk dan kiamatnya bumi ini agar ada orang yang bisa menyaksikan serta mengingat sendiri peristiwa yang disampaikan Sang Buddha. Tentu saja, sikap Sang Buddha ini berhubungan dengan pengertian dasar dalam Dhamma yaitu ‘datang dan buktikan’, bukan ‘datang dan percaya saja’.
Dalam kisah yang disampaikan oleh Sang Buddha, manusia pertama bukan hanya satu atau dua orang saja, melainkan banyak. Mereka bukan hasil ciptaan. Mereka merupakan hasil sebuah proses panjang bersamaan dengan proses terjadinya bumi beserta planet-planetnya.
Seperti diketahui bahwa dalam pengertian Dhamma, tata surya seperti yang dihuni manusia saat ini bukan hanya satu melainkan lebih dari satu milyar jumlahnya. Masing-masing tata surya ketika kiamat akan terbentuk lagi. Pada saat terjadinya bumi ini, datanglah mahluk-mahluk berupa cahaya dari tata surya yang lain. Mereka berproses bersamaan dengan proses pembentukan tata surya ini. Dalam proses tersebut mereka tertarik mencicipi dan mengkonsumsi sari bumi, sari tumbuhan dsb. Ketertarikan mereka menyebabkan tubuh cahaya menjadi redup dan mulai terjadilah proses pembentukan tubuh, jenis kelamin, persilangan serta keturunan.
Dan, sekali lagi, manusia pertama karena merupakan hasil proses seperti ini, jumlahnya tidak bisa ditentukan lagi. Sangat banyak. Mereka berproses dan berevolusi secara lambat sampai membentuk manusia sekarang. Hanya saja, dalam Dhamma juga tidak membenarkan maupun menolak pandangan ilmu pengetahuan modern bahwa manusia berasal dari monyet. Sikap ini sehubungan dengan kepastian bahwa asal manusia dari monyet ataupun bukan sama sekali tidak ada kaitan dengan keberhasilan seseorang untuk mencapai kesucian ataupun Nibbana.

Tanya 05 :
Alam manusia di dalam Agama Buddha dikatakan sebagai alam yang paling baik untuk mencapai kesempurnaan. Kenapa demikian?

Jawab :
Dalam pandangan Dhamma, hidup sebagai manusia mempunyai kesempatan lebih besar untuk menyaksikan ketidakkekalan. Manusia mudah bertemu dengan yang tidak disuka dan berpisah dengan yang disuka. Kejelasan akan ketidakkekalan ini mempermudah manusia untuk membuktikan kebenaran Kesunyataan Mulia yang pertama yaitu hidup berisikan ketidakpuasan. Dengan menyadari Kesunyataan Mulia yang pertama, maka manusia akan mampu merenungkan bahwa segala sumber ketidakpuasan adalah keinginan. Dengan demikian, timbul dalam batinnya semangat untuk melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan sebagai Jalan mengatasi ketidakpuasan. Pelaksanakan Jalan Mulia inilah yang akan dapat membebaskan manusia dari kemelekatan sehingga ia dapat mencapai Nibbana atau konsep Ketuhanan dalam Agama Buddha. Kemungkinan besar manusia mencapai kesucian dalam kehidupan inilah yang mendasari pengertian bahwa terlahir sebagai manusia adalah sebuah kondisi yang ideal untuk mencapai kesempurnaan.Sedangkan di berbagai alam surga maupun alam menderita karena jangka waktu bahagia dan menderita berlangsung sangat lama maka para mahluk di sana tidak mampu melihat ketidakkekalan. Mereka sulit menyadari adanya perubahan. Dengan demikian, merekapun sulit untuk memahami Empat Kesunyataan Mulia dan mencapai kesucian di alam surga maupun alam menderita.

Tanya 06 :
Saya setuju bahwa Nirwana bisa dijumpai dalam kehidupan sekarang. Apakah mungkin bila tidak bertemu sekarang, orang tidak akan mencapai Nirwana?

Jawab :
Nirvana atau Nibbana memang tidak harus dicapai dalam satu kehidupan ini. Kalaupun seseorang masih belum mampu mencapainya dalam kehidupan ini, ia hendaknya terus menerus melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan, sehingga dalam satu masa kehidupan yang akan datang, ia mungkin baru akan mencapainya. Namun, sebelum mencapai Nibbana, seseorang yang terus melaksanakan Jalan Mulia Berunsur Delapan dengan tekun pasti akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini maupun kebahagiaan setelah kehidupan ini yaitu terlahir di alam bahagia. Jadi, bagaimanapun juga, pelaksanaan Jalan Mulia Berunsur Delapan selalu memberikan manfaat dalam kehidupan ini maupun kehidupan yang selanjutnya sampai seseorang mencapai kebahagiaan tertinggi yaitu Nibbana.

Tanya 07 :
Nasib, apakah ada dan bagaimana cara menanggulangi, kiat mengatasi nasib?

Jawab :
Dalam pengertian Dhamma tidak dijumpai istilah nasib, kodrat maupun takdir. Dalam Agama Buddha lebih dikenal istilah ‘kamma’ (Bhs. Pali) atau ‘karma’ (Bhs. Sanskerta). Dengan mengenal berlakunya Hukum Kamma yang juga sering diartikan sebagai Hukum Sebab dan Akibat, perjalanan hidup seseorang dapat diubah. Dasar pengertian Hukum Kamma adalah mereka yang melakukan kebajikan akan memperoleh kebahagiaan. Dengan demikian, semakin banyak seseorang melakukan kebajikan, semakin besar pula kemungkinan dia untuk mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupan ini pula. Dengan demikian, seseorang yang ingin hidup berbahagia, ia harus memperbanyak kebajikan dengan badan, ucapan dan juga pikiran. Sedangkan, mereka yang telah hidup berbahagia, ia hendaknya tidak pernah bosan untuk terus menambah kebajikan agar hidupnya semakin berbahagia.Sebagai contoh bahwa perjalanan hidup seseorang dapat diubah melalui perbuatan (kamma) yang harus ia kerjakan saat ini adalah kisah tentang seseorang yang dilahirkan dalam kondisi menderita akibat kekurangan materi. Apabila ia dalam hidupnya mampu selalu memperbanyak kebajikan, maka kondisi penderitaan yang dialami mungkin saja berubah 180 derajad. Berubah total. Mungkin dengan berbagai kebajikan dan kejujuran yang telah dilakukan akan mengkondisikan ia mudah mencari kerja dan mendapatkan kepercayaan. Dengan demikian, dalam waktu singkat, perjalanan hidupnya dapat berubah total. Mungkin saja, ia menjadi orang yang lebih mampu daripada sebelumnya. Mungkin ia bahkan mampu mengajak orangtuanya hidup bersama dengannya.Sebaliknya, mereka yang terlahir dalam kondisi kecukupan secara materi misalnya, apabila tindakan yang ia lakukan tidak baik yaitu dengan melakukan pelanggaran lima latihan kemoralan, maka hidupnya mungkin akan berubah total. Ia menjadi orang yang tidak disukai lingkungannya. Ia menjadi orang yang tidak bahagia. Dengan demikian, sudah jelas sekarang bahwa perbuatan seseorang atau kamma sangatlah berperanan untuk mengkondisikan hidup seseorang menjadi bahagia atau bahkan lebih bahagia serta mampu menghindari penderitaan.

Tanya 08 :
Kalau kita berbuat baik berdasarkan pamrih apakah itu juga akan ada karma baiknya?

Jawab :Dalam kenyataan, setiap orang yang belum mencapai kesucian atau terbebas dari ketamakan, kebencian serta kegelapan batin pasti ia akan melakukan suatu perbuatan dengan pamrih. Memiliki pamrih selama tidak dibarengi dengan kemelekatan, kiranya masih dapat dianggap wajar. Oleh karena itu, dalam rumusan doa di atas disebutkan niat ”Semoga dengan kebajikan yang saya lakukan sampai saat ini akan membuahkan kebahagiaan dalam bentuk ….” Sepintas ‘doa’ ini memang tampak berpamrih, namun, sebenarnya rumusan doa ini dipergunakan untuk mengarahkan para umat dan simpatisan Buddhis yang masih dalam tahap awal agar mereka berkenan melaksanakan kebajikan secara lebih terarah. Sedikit demi sedikit, apabila batinnya mulai meningkat dengan pengertian Dhamma, maka ia pun akan bisa diarahkan untuk mencapai kesucian atau Nibbana. Dalam tahap akhir seperti ini, semua tindakan yang dilakukan tidak akan lagi mengharapkan pamrih. Semua tindakan dilakukan demi tindakan itu sendiri. Kondisi ini seperti bunga yang mekar demi mekarnya sendiri, bukan karena ingin diletakkan di tempat yang bagus atau menghindari tempat yang buruk.Adapun perbuatan yang berpamrih, sejauh masih dapat digolongkan sebagai perbuatan baik yang mampu memberikan kebahagiaan untuk banyak fihak, maka si pelaku masih tetap dianggap menanam kamma baik yang pada suatu saat nanti akan ia rasakan buah kebahagiaannya.

Tanya 09 :
Dalam kenyataan hidup, kita selalu merasa kurang. Punya uang puluhan milyar, juga masih kurang. Karena hidup ini tidak kekal, contohnya, kalau kalah dagang atau bangkrut, belum tentu besok ada teman kita yang mau menolong. Dalam hal ini mohon pengertian, sehingga kita merasa cukup.

Jawab :
Pengertian ‘cukup’ memang bersifat sangat relatif. Oleh karena itu dalam Dhamma sebagai ukuran minimal atau paling rendah adalah kecukupan yang dialami oleh para bhikkhu. Para bhikkhu sudah cukup dengan terpenuhinya kebutuhan makanan, pakaian, tempat tinggal maupun sarana kesehatan. Makanan para bhikkhu cukup sehari sekali atau dua kali saja sebelum tengah hari. Pakaian cukup dengan satu set jubah. Tempat tinggal cukup apabila sudah dapat membaringkan tubuh di goa maupun di gubuk. Sarana kesehatan dengan menggunakan therapi urine sudah cukup. Jadi, apabila seseorang telah mampu menyediakan sedikit lebih dari keperluan minimal seorang bhikkhu, maka ia sesungguhnya bisa disebut cukup. Namun, kalau sampai menyediakan secara berlebihan masih terasa tidak cukup, hal itu lebih disebabkan karena adanya ketamakan. Demikian pula dengan uang yang puluhan milyar, jika ia tidak mampu mengendalikan diri dari keinginan, maka sesungguhnya ia sudah terjebak dalam ketamakan.Kalau seseorang kuatir gagal dalam usaha dan tidak ada yang menolong, maka ia harus berusaha mandiri secara ekonomi dengan menyimpan hartanya di tempat yang sesuai. Dengan demikian, ketika ia bangkrut dan tidak ada yang menolong, ia masih bisa menolong dirinya sendiri. Besarnya simpanan yang diperlukan tentu berdasarkan kebijaksanaan, bukan karena ketamakan. Menentukan beda kebijaksanaan dan ketamakan kiranya membutuhkan kesadaran tinggi yang tidak bisa ditentukan oleh orang lain. Dalam Dhamma, semua ini bukanlah keharusan. Memiliki uang sedikit bisa disebut cukup, memiliki uang puluhan milyar bisa merasa tidak cukup. Semuanya berpulang pada kebijaksanaan diri sendiri.

Tanya 10 :Kalau kita sembahyang dengan saji-sajian misalnya makanan, minuman dan buah-buahan apakah betul itu diterima atau sebagai simbolis?

Jawab :
Sesajian yang dipersembahkan dalam upacara ritual Buddhis sesungguhnya lebih bersifat tradisi dan simbolis. Kebiasaan mempersembahkan makanan di altar Sang Buddha dimulai sejak Sang Buddha wafat. Para murid yang sudah berpuluh tahun membantu Sang Buddha mempersiapkan makanan, ketika Sang Buddha wafat mereka masih juga mempersiapkan makanan yang disajikan serta dibereskan pada waktu-waktu tertentu setiap harinya. Kebiasaan ini berlangsung turun temurun sehingga akhirnya sampai sekarang masih banyak orang yang mempersembahkan makanan, minuman maupun buah-buahan di altar Sang Buddha maupun altar yang lain.Persembahan makanan, buah dsb di altar lebih ditujukan untuk melakukan penghormatan. Selain itu, persembahan juga mempunyai makna simbolis atau lambang bahwa seseorang yang telah mampu memberikan buah atau makanan yang terbaik di altar, hendaknya ia juga mampu memberikan pikiran, ucapan serta perbuatan yang terbaik kepada lingkungannya agar memberikan kebahagiaan serta kedamaian bagi semua fihak.

Tanya 11 :
Apakah karma seseorang bisa diketahui dan bagaimana ciri-cirinya?

Jawab :
Dalam tradisi yang berkembang di masyarakat Buddhis, kamma bisa saja dikenali dari wujud luar seseorang. Hal ini juga disebutkan dalam salah satu syair Dhamma bahwa setiap orang dilahirkan oleh kamma sendiri, dilindungi oleh kamma sendiri. Jadi, bentuk lahir seseorang adalah bagian dari kamma yang harus dijalani. Oleh karena itu, dalam masyarakat dapat dijumpai orang yang mampu, misalnya, membaca garis tangan untuk menyebutkan masa lalu maupun masa depan seseorang. Kemampuan ini disebabkan karena garis tangan juga merupakan salah satu tanda bawaan kamma lampau. Tentu saja, metoda membaca garis tangan yang merupakan salah satu upaya mengetahui kamma seseorang ini bukan berasal dari Ajaran Sang Buddha melainkan bagian dari tradisi suatu masyarakat. Sesungguhnya masih banyak cara yang bisa dipergunakan untuk mengetahui kamma seseorang, namun, satu contoh ini kiranya sudah dapat mewakili jawaban atas pertanyaan ini.

Tanya 12 :
Sekarang tentang meditasi. Apakah ada kemungkinan dan bagaimana melatih Samatha Bhavana sebagai umat biasa?

Jawab :
Dalam kehidupan sebagai umat Buddha, sangat disarankan umat untuk berlatih meditasi secara rutin. Lakukan meditasi setiap pagi bangun tidur dan malam hendak tidur. Lakukan meditasi paling tidak selama 15 menit sampai dengan 30 menit setiap kalinya. Adapun meditasi yang dapat dilakukan, sebagai dasar adalah meditasi konsentrasi yang sering disebut sebagai Samatha Bhavana. Latihan meditasi ini biasanya mempergunakan pengamatan dan perhatian pada proses masuk keluarnya pernafasan yang berlangsung secara alamiah. Jadi, meditasi tidak perlu mengatur pernafasan. Meditasi hanya mengamati dan mengetahui saat nafas masuk dan saat nafas keluar. Jika pikiran memikirkan hal yang lain, maka pelaku meditasi akan terus berusaha untuk mengembalikan konsentrasi pikiran pada pengamatan proses pernafasan kembali. Demikian seterusnya dilakukan sampai pikiran benar-benar terpusat pada obyek meditasi. Apabila seseorang telah mampu memusatkan perhatian pada obyek meditasi, maka ia bisa melanjutkan tingkat latihan meditasi yang telah dicapainya dengan mengembangkan kesadaran pada segala gerak gerik pikiran, perasaan, maupun badan. Artinya, pelaku meditasi menjadikan segala yang terjadi pada badan maupun batin sebagai obyek meditasi. Meditasi mengembangkan kesadaran ini disebut sebagai Vipassana Bhavana.Kedua latihan meditasi ini hendaknya sering dilatih para umat Buddha agar semakin lama seseorang mengikuti dan melaksanakan Ajaran Sang Buddha, semakin tinggi pula kesadaran yang ia miliki untuk selalu mengamati gerak gerik badan dan batinnya. Kesadaran yang maksimal tentang badan dan batin ini akan menuju pada tercapainya kesucian yaituNibbana dalam kehidupan ini juga.

Tanya 13 :
Bagaimana cara menghindari pengaruh roh halus, setan dalam bermeditasi ?

Jawab :
Dalam bermeditasi, pada awalnya seseorang hendaknya selalu berusaha memusatkan perhatian pada obyek konsentrasi, misalnya proses masuk dan keluarnya pernafasan. Dengan demikian, apabila terjadi ‘penampakan’, pelaku meditasi hendaknya tidak menghiraukannya. Ia harus tetap memusatkan perhatian pada obyek meditasi. Dengan mampu memusatkan pikiran pada obyek, maka secara bertahap segala bentuk penampakan dan gangguan akan lenyap dengan sendirinya.Namun, pelaku meditasi tahap lanjutan boleh mempergunakan kesadaran penuh untuk mengetahui dan mengamati adanya gangguan mahluk halus. Pelaku meditasi hanya mengetahui saja segala penampakan yang ada tanpa harus timbul rasa takut maupun benci. Dengan pengembangan kesadaran yang tinggi, mahluk halus itupun akhirnya akan lenyap dan tidak mengganggu lagi.Namun, kalau pelaku meditasi masih belum mempunyai konsentrasi maupun kesadaran yang cukup tinggi, maka ia boleh juga mengucapkan berkali-kali dalam batin kalimat ”Semoga semua mahluk berbahagia”. Kalimat ini adalah merupakan kalimat pemancaran pikiran penuh cinta kasih yang merupakan sarana ampuh untuk mengkondisikan agar para mahluk halus itu tidak mengganggu lagi. Dengan demikian, latihan meditasi dapat dilanjutkan dengan pikiran tenang dan damai, bebas dari berbagai ‘penampakan’.Demikianlah semua pertanyaan sudah terjawab secara singkat.Semoga uraian Dhamma tentang konsep Ketuhanan dalam Agama Buddha dan juga jawaban atas berbagai pertanyaan di atas dapat bermanfaat serta menambah keyakinan Anda pada Ajaran Sang Buddha.Semoga keyakinan Anda akan menjadi pendorong untuk selalu melaksanakan Ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapailah kebahagiaan di dunia, kemudian, kebahagiaan setelah kehidupan ini dan bahkan kebahagiaan Nibbana.Semoga Anda selalu berbahagia.Semoga semua mahluk yang tampak maupun mahluk yang tidak tampak akan mendapatkan kebahagiaan sesuai dengan kamma baik yang mereka miliki sendiri.Semoga demikianlah adanya.

Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.