Selasa, 16 Oktober 2018

MEMECAHKAN MASALAH By Ven Ajahn Brahm.

Sudah berapa banyakkah Anda mencoba memecahkan “masalah”? Anda akan terus mencoba memecahkannya bukan hanya sampai Anda meninggal dalam kehidupan ini saja, namun selama berapa banyak masa kehidupan Anda selanjutnya, lagi dan lagi. Alih-alih, pahamilah bahwa dunia ini hanyalah permainan indra-indra saja. Hanyalah lima khanda (kelompok kemelekatan bentuk (rupakkhandha), kelompok kemelekatan perasaan (vedanakkhandha), kelompok kemelekatan pencerapan (sannakkhandha), kelompok kemelekatan bentuk-bentuk pikiran (sankharakkhandha), dan kelompok kemelekatan kesadaran (vinnanakkhandha).”
(Digha Nikaya 22) yang melakukan urusan mereka; itu tidak ada urusannya dengan Anda. Itu hanya orang, orang biasa, dunia hanya dunia biasa.

Terkadang di vihara kami, Anda melihat serombongan besar burung kakatua. Mereka sangat berisik. Beberapa orang mengatakan jika mereka tidak menyukai suara kakatua, namun entah Anda suka atau tidak suka akan suara kakatua, burung-burung itu tetap saja ribut, jadi mengapa kita sendiri yang tidak melepaskan keterlibatan kita di dalamnya?

Sebagai seorang meditator, saya dahulu sering bertanya kepada diri saya sendiri, “Mengapa suara bisa mengusik saya?” Apakah itu suara burung di luar atau suara seseorang sedang batuk atau membanting pintu di balai utama, mengapa saya bisa mendengarnya? Mengapa saya tidak mampu melakukan hal yang sama dengan mata saya yang tertutup, yaitu mencari “kelopak” dan menutupi telinga saya? Melalui perenungan suara dan memahami bagaimana kerjanya, menjadi cukup jelas bahwa satu-satunya alasan saya mendengarnya adalah karena saya keluar dan mendengarkannya. Ada keterlibatan yang aktif dengan dunia suara. Itulah sebabnya suara itu dapat mengusik saya. Ajahn Chah guru saya dahulu sering mengatakan bahwa bukan suara itu yang mengusik Anda; Andalah yang mengusik suara itu. Itu suatu ungkapan yang sangat mendalam, dan itu banyak berarti bagi saya. saya menggunakan ungkapan itu untuk memahami sifat suara dan mengapa suara terdengar begitu mengusik.

Ketika seseorang memanggil Anda babi, idiot, atau apa pun, Anda tidak perlu mendengarnya. Kita mendengarnya karena kita sendiri yang tertarik kepadanya; kita terlibat dengannya dan melekat pada dunia suara itu. Namun jika kita menyadari bahwa suara itu datang sesuai sifat alaminya, saat itulah kita mengalami nibbida (ketidakmelekatan). Ada suara indah, suara gila, dan suara burung. Sebagian burung bersuara merdu dan sebagian lagi dapat merusak kuping, seperti gagak, suaranya sangat mengerikan. Namun itu bukanlah salah gagak; memang begitulah suara alaminya mereka, sama halnya dengan vihara: sebagian anagarika (bhikkhu) seperti gagak dan sebagian seperti burung bulbul sebagian bhikkhu bicara dengan indah, sebagian bicara dengan mengerikan. Itulah alaminya mereka, itu saja. Itu tidak ada hubungannya dengan kita, dan karena itulah kita semestinya melepaskan diri dari keterlibatan.

Ketika kita bisa melepaskan keterlibatan dari hal-hal ini melalui nibbida (ketidakmelekatan), mereka akan memudar. Duka memudar ketika sebab duka memudar. Dunia indriya mulai pupus lenyap ketika kita tidak begitu peduli untuk mengubahnya. Ketika kita melepas keterlibatan diri darinya dengan nibbida (ketidakmelekatan), kita merasa muak dengan dunia indra, dan mulai menolaknya. Ini karena nibbida (ketidakmelekatan) muncul dari melihat dunia sebagaimana adanya, dengan itu, kita bergerak ke arah yang berbeda dibandingkan dengan penghuni dunia lainnya yang masih satu dunia dengan kita.

Sumber: Dhamma Kehidupan